Share

SAHABAT MBAK LUNA

Author: Reinee
last update Huling Na-update: 2021-06-08 06:49:25

"Ray, bisa ke tempat bapak sekarang nggak?" suara Mbak Luna dari seberang telepon. 

 

"Ada apa Mbak? Bapak sama ibu nggak kenapa-napa kan?" tanyaku cemas.

 

"Nggaak! Udah Kamu kesini aja, aku mau ngajak Kamu ke suatu tempat. Cepet ya? Aku tunggu." 

 

Dan sebentar kemudian aku pun sudah siap dengan motor melaju ke rumah orang tuaku. 

 

Sesampainya disana, Mbak Luna sudah menungguku di teras rumah, duduk santai bersama ibu. 

 

"Kalian berdua ini mau kemana sih? Kok tumben kompak banget. Kemarin pergi berdua, sekarang berdua," tanya ibu penasaran. 

 

"Ada deh Bu, bisnis penting," sahut Mbak Luna santai. "Yuk, langsung cabut, Ray. Aku nggak bisa sore-sore pulangnya. Mas Denny nanti nyariin aku," katanya lagi. Aku mengangguk tanpa banyak bicara. Meskipun sebenarnnya aku bingung kemana kakak perempuanku ini akan mengajakku, tapi aku menurut saja saat dia menyuruhku memakai helm.

 

"Bu, titip Keanu bentar ya," pintaku pada ibu sebelum kami berdua berlalu pergi. 

 

***

 

Setengah jam kemudian aku baru mengerti jika Mbak Luna ternyata melajukan motornya ke arah kantor Mas Arman. 

 

"Mbak, kita mau kemana sih?" 

 

"Kantor suami kamu," sahutnya.

 

"Ngapain?" tanyaku keheranan karena ini sangat tiba-tiba.

 

"Udah lah, diem dulu. Nanti kamu juga tau."

 

Aku tak lagi banyak bicara setelah itu. Namun baru merasa aneh saat kami sudah mendekati kantor Mas Arman, Mbak Luna justru berbelok ke samping lalu berputar ke arah belakang gedung kantor. Dan kemudian berhenti tepat di depan sebuah warung kopi yang ada persis di belakang kantor itu.

 

"Kok kesini, Mbak? Kita mau ngapain? Buntutin Mas Arman lagi?" tanyaku sedikit berbisik. Takut kalau-kalau ada seseorang di dekat kami yang mengenal Mas Arman melihatku. 

 

"Hei, Lun! Sini!" suara seseorang memanggil kakakku. Bahkan sebelum sempat dia menjawab pertanyaanku yang nerocos tadi. 

 

Seorang laki-laki berseragam serba hitam berdiri di dekat salah satu bangku warung kopi sedang melambaikan tangan ke arah kami. Mbak Luna segera menyeretku mendekati orang itu. 

 

"Hei, Lang. Kukira kamu lupa sama aku?" Mbak Luna terkekeh saat kami sudah mencapai orang tersebut.

 

"Haissh! Mana mungkin lupa sama kamu, Lun." Lelaki itu dan Mbak Luna nampak berjabat tangan sangat akrab, lalu bersalaman dengan kode 'entahlah' aku sendiri tak mengerti. 

 

"Gimana? Gimana? Ada yang bisa kubantu?" tanya lelaki itu setelah menyuruh kami berdua duduk dan memesankan dua cangkir kopi. 

 

Aku duduk dengan ragu, sesekali menengok ke kanan dan ke kiri Ada perasaan cemas kalau-kalau ada seseorang yang mengenaliku di sekitar situ.

 

"Nggak usah cemas, Mbak. Orang kantor nggak biasa makan disini kok, ini tempat makan khusus pegawai rendahan kayak saya," kata lelaki berperawakan tinggi kurus berkulit sawo matang dan berwajah jenaka itu padaku sambil terkekeh. Kemudian ditimpali kekehan juga oleh Mbak Luna.

 

"Gayamu, Lang! Sopir pribadi direktur bilangnya pegawai rendahan." Mbak Luna menonjok pelan sang sahabat hingga mereka berdua tergelak bersama.

 

Aku menatap lelaki yang kata Mbak Luna bernama Gilang itu dengan sedikit heran. Darimana dia tahu kalau aku sedang cemas memperhatikan sekeliling?

 

"Tenang Ray, Gilang ini bisa dipercaya. Dia sahabatku di karate dulu. Aku sudah cerita garis besarnya sama dia. Insya allah dia bisa bantu. Ya kan, Lang?" Mbak Luna mengedipkan mata ke arah Gilang. 

 

"Bantu apa dulu nih? Kalau kasih-kasih info aja sih insya allah aku bisa, Lun. Tapi kalau bantu finansial, nah itu yang susah," kelakar lelaki itu, membuat aku dan Mbak Luna sontak terbahak. 

 

"Jadi seperti yang aku ceritakan semalam di telepon, Lang. Ini adik aku, Raya. Dia lagi nyelidikin suaminya, kayaknya ada main deh sama atasannya."

 

"Suaminya Raya namanya siapa?" tanya Gilang.

 

"Arman, Mas. Arman firmansyah."

 

"Kamu kenal, Lang?" tanya Mbak Luna.

 

"Tau sih, tapi nggak kenal. Banyak kan karyawan disini soalnya. Bagian pemasaran kan?" tanya lelaki itu mencoba meyakinkan. Aku dan Mbak Luna mengangguk bersamaan.

 

"Kalau managernya. Siapa kemarin Ray namanya?" Mbak Luna menoleh ke arahku.

 

"Anggita Mardiana," sahutku.

 

"Bu Anggi? Manajer pemasaran?" Lelaki itu justru menebak.

 

"Iya Mas, itu."

 

"Kalau itu nggak ada yang nggak kenal. Dia janda. Siapa yang nggak tau dia di kantor ini. Huuu .. seksi dia, cuy," kata lelaki bernama Gilang itu berkelakar lagi pada kakakku.

 

"Jadi gimana? Aku bisa bantu apa?" lanjut lelaki itu bertanya.

 

"Mereka berdua bisa gak sih dilaporin gitu, Lang? Kalau misal ada affair di perusahaan gitu, bisa nggak dilaporin?"

 

"Nggak tau juga sih, Lun. Belum pernah tau kejadian yang kayak gini soalnya aku. Coba deh nanti aku tanya boss dulu. Tapi, itu beneran mereka punya affair? Bukan cuma tuduhan kan?" tanya si lelaki.

 

"Beneran gila. Masa' aku bohong? Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri pas aku buntutin, Cuy," jelas Mbak Luna.

 

"Wahhh, hebat donk Kamu, Lun. Cita-citamu jadi detektif akhirnya kesampaian juga." Gilang tertawa keras.  

 

"Ya gimana ya, demi adek. Gak rela dong harga diri adekku diinjak-injak sama lelaki begituan," sungut Mbak Luna.

 

"Ya udah gini aja. Nanti aku tanya boss dulu. Kalau memang bisa dilaporin dan bisa membuat mereka dipecat, nanti aku kabarin. Tapi kalau sampai dipecat bukannya Raya malah rugi nanti? Suaminya nggak kerja lagi dong ntar." Lelaki itu nampak terdiam, menimbang sambil menatapku. 

 

"Yaa minimal, ada ganjaran lah buat mereka berdua itu, Lang. Enak bener kalau dibiarin."

 

"Oke, oke. Nanti aku cari infonya dulu, Lun. Segera kukabari kamu."

 

"Jangan ember ya, Lang? Jangan sampai beritanya nyebar di kantor duluan sebelum kita bikin jera dua orang itu.," kata Mbak Luna.

 

"Lah ... kayak nggak kenal aku aja Kamu, Lun."

 

"Oke, oke. Aku percaya kok Lang sama Kamu. Thanks ya. Hubungi aku nanti untuk kelanjutannya."

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   MIMPI YANG MENJADI NYATA (ENDING STORY/ AUTHOR'S P.O.V)

    Bagai mimpi yang menjadi nyata, Raya yang telah hampir sebulan menjadi istri seorang Galih Rengga Atmaja akhirnya merasakan juga membuka mata dalam pelukan lelaki yang beberapa waktu lamanya hanya ada di alam mimpinya itu.Rasanya bahkan wanita itu enggan beranjak dari tempat tidur agar bisa tetap menikmati wajah suaminya yang indah itu dalam lelap tidur.Galih yang tertidur pulas di depannya bagai malaikat tak berdosa yang jauh dari sifat sombong, angkuh, dan arogan yang selama ini ditunjukkannya pada Raya.Namun hari sudah beranjak siang, dan Raya tidak ingin terus terusan tidur di siang bolong seperti ini."Mas," panggilnya lirih sambil mengusap lembut pipi sang suami.Galih yang merasakan sentuhan tangan Raya membuka matanya dan melebarkan senyum pada wanita yang akhirnya bisa dia nikmati setelah dinikahinya hampir s

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   AKU MENGINGINKANMU SEUTUHNYA, MAS! (AUTHOR'S P.O.V)

    "Mas, sebenarnya kita ngapain sih di sini?" Raya mendekati Galih yang baru saja mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa menghadapi layar TV setelah mengambil sekaleng minuman dingin dari minibar di kamar itu.Galih menoleh ke arah istrinya dengan senyuman remehnya seperti biasa."Menurut Kamu ngapain?""Nggak tau," Raya mengedikkan bahunya. Dia memang benar-benar nggak paham apa yang dilakukan Galih di tempat itu."Sekali kali Kamu tenang saja di dekatku, nggak usah banyak tanya, nurut aja, bisa kan?" tanya Galih kemudian. Kali ini wajahnya dihiasi senyum manis. Namun hanya sepersekian detik saja, pandangannya sudah beralih kembali menatap ke layar televisi datar di depannya.Raya yang menyadari usahanya bertanya hanya akan sia-sia saja, akhirnya hanya bisa diam di samping suaminya. Matanya dengan terpaksa ikut m

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   KALAU MAU TINGGAL BILANG, APA SUSAHNYA?

    "Rayaaa!!!" teriak Galih menggelegar dari lantai atas.Pak Farhan yang sedang berbicara dengan Mbok Yem di dapur pun sampai kaget dibuatnya. Apalagi Raya yang pagi itu sengaja menemui Gilang untuk mengambil masakan titipan Mbak Luna untuk Raya yang di titipkan padanya.Gilang nampak tersenyum lucu saat melihat wajah Raya yang tegang karena mendengar teriakan suaminya yang sangat keras tadi, yang menggegerkan seisi rumah."Ya, Mas!" sahut Raya menjawab teriakan suaminya itu. Lalu cepat-cepat mengembalikan rantang ke tangan Gilang."Mas, tolong Mas bawain ke dapur dulu ya?" kata Raya cepat, lalu buru-buru berlari menaiki tangga rumah. Gilang terpingkal menyaksikan kekonyolan sepasang suami istri itu."Ada apa sih, Lang?" tanya Pak Farhan yang masih keheranan berjalan dari arah dapur mendekati Gilang.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   HUKUMAN UNTUK PARA PENGACAU

    "Kalian ini benar-benar manusia-manusia menjijikkan!!"Aku kaget saat mendengar Mas Galih berbicara sangat keras."Kalian semua dipecat!!" lanjutnya kemudian, membuat semua orang yang berada di ruangan itu membelalak. Tak terkecuali tiga orang tersangka kekacauan yang tadi hanya duduk sambil menundukkan wajah di depanku dan Mas Galih."Pak, tapi bukan saya yang salah, Pak Galih. Dia yang menyerang saya lebih dulu." Lagi-lagi Anggita membela dirinya menunjuk ke arah Mirna.Belum sempat kudengar apa yang akan dikatakan suamiku untuk menjawab pembelaan Anggita, tiba-tiba wanita bernama Mirna itu bangkit dan dengan gerakan cepat menghambur ke arahku, bersimpuh di depan kakiku. Aku yang kaget sontak beringsut lebih mendekat ke Mas Galih yang juga kulihat sama kagetnya denganku."Mbak, Mbak Raya, tolong Mbak, jelaskan pada Pak

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   PERTENGKARAN ANGGITA SI PELAKOR DI KANTOR

    "Kenapa Kamu? Bosan?" Mas Galih menatapku jengah dari kursi kerjanya. Mungkin dia risih melihatku dari tadi menggeser-geser dudukku di sofa dengan tak beraturan.Saat aku balik menatapnya dan menggeleng, dia pun segera kembali ke pekerjaannya menekuri laptop di depannya. Aku yang bingung harus melakukan apa dari tadi memang hanya duduk bersandar men-scroll layar ponselku naik turun nggak jelas dari tadi. Mungkin raut kebosanan terlihat sangat jelas di wajahku hingga membuatnya terganggu."Tidur saja kalau ngantuk. Nanti aku bangunkan kalau aku sudah selesai," katanya.Kenapa orang ini tiba-tiba jadi ribet begini? Harusnya tadi dia biarkan saja aku pulang bersama Mas Gilang. Jadi dia bisa fokus bekerja dan aku bisa tenang menunggunya di rumah. Kalau seperti ini kan justru jadi tidak nyaman buat kami berdua?"Tidur?" Keningku berkerut memandang sekeliling.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   CEMBURUNYA MAS GALIH

    "Mau kemana, Raya?"Kudengar suara Papa Farhan dari arah serambi saat aku sedang melangkah tergesa melewati ruang tengah. Saat aku menoleh, kulihat papa mertuaku itu sedang berbincang dengan Mas Gilang di kursi serambi. Lalu kusempatkan diri untuk menghampiri mereka sebentar."Kok buru-buru mau kemana?" tanya orang tua itu lagi saat aku sampai di tempat mereka."Ini Pa, mau ke kantor," ucapku sambil menunjukkan lunch bag yang sedang kutenteng."Apa itu?" Lelaki tua itu membulatkan mata ke arahku."Makan siang buat Mas Galih, Pa," kataku malu-malu. Terdengar Papa Farhan terkekeh, sementara Mas Gilang menutupi mulut menyembunyikan senyumannya."Kenapa? Apa tidak boleh mengantarkan makanan ke kantor ya, Pa?" tanyaku keheranan. Melihatku kebingungan papa pun menghentikan tawanya. 

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status