Jenny membawa mobilnya ke pinggiran kota. Sesekali Ia melirik Ghea yang duduk di sebelahnya. Gadis itu terdiam sambil memandang ke luar jendela. Ya, Jenny sudah memikirkan ini semalaman, bahkan dia tidak tidur untuk mencari dokter kandungan yang bisa memeriksa kondisi Ghea secara diam-diam.
Masuk ke sebuah rumah yang merupakan tempat praktik seorang dokter kandungan, Ghea terkejut karena samar Ia mendengar suara erangan kesakitan dari sebuah ruangan. Gadis itu semakin terkejut saat beberapa menit kemudian seorang wanita keluar dengan memegangi bagian perutnya.
"Apa wanita itu baru saja melahirkan? lalu kemana bayinya?" Ghea tak sebodoh itu untuk bisa menerka apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ia hanya berusaha menenangkan diri."Je, apa kamu-"
"Ibu Jenny, silahkan masuk!"
Pertanyaan Ghea terjeda karena seorang wanita memanggil nama Jenny dan memintanya masuk ke dalam. Keduanya pun berdiri, baik Jenny dan Ghea sama-sama menggunakan masker untuk menyamarkan identitas mereka.
"Je, aku-"
"Ghe, percaya lah padaku! aku tidak akan melakukan apa-apa," ucap Jenny meyakinkan.
Ghea akhirnya mau masuk ke dalam. Pertanyaan dari dokter itu membuat Ghea mengernyitkan dahi dan menatap kesal kepada Jenny. Selain menanyakan berapa umur janin yang dikandung Ghea, dokter itu ternyata menawarkan paket untuk menggugurkan kandungan.
"Kami belum tahu usia kandungannya," jawab Jenny.
"Kalau begitu, silahkan berbaring. Saya akan melakukan USG," ucap dokter itu.
Ghea sama sekali tidak ingin melihat layar monitor yang memperlihatkan rahimnya. Ia takut, sebenarnya ia tidak membenci janinnya, hanya saja ia masih belum bisa menerima.
"Usianya mungkin baru sekitar enam minggu, dengan meminum obat saja semuanya bisa tuntas."
_
_
_
"Apa kamu ingin aku menggugurkan bayi ini?" tanya Ghea saat ia dan Jenny dalam perjalanan kembali ke rumah setelah menemui dokter kandungan yang merangkap membuka klinik ilegal.
"Tidak!'
"Tapi kenapa kamu membeli obat itu?"potong Ghea cepat.
"Aku hanya ingin kamu memikirkannya lalu memutuskan, jika kamu ingin mempertahankan bayi itu, katakan padaku siapa ayahnya! tapi jika tidak kamu bisa meminum obat itu, dan biarkan hal ini terkubur seumur hidupmu."
"Jen, aku sudah bilang, aku lupa siapa pria itu!" ketus Ghea.
"Kalau begitu tidak ada pilihan lain," ucap Jenny. "Saat aku ke sini besok, putuskan karir atau bayimu!"
_
_
_
Ghea gelisah, ia menyesal. Awalnya Ghea bukan lah gadis yang doyan pergi ke klub, minum-minum dan berfoya-foya. Namun, materi yang dia dapat juga pergaulannya lah yang membuat hidupnya berubah. Ghea menjadi sedikit liar, menghamburkan uang untuk bersenang-senang.
Pagi itu, Ghea menggenggam erat botol obat penggugur kandungan yang Jenny berikan. Ia membuka tutup botolnya dan langsung menumpahkan semua obat itu ke dalam tempat sampah.
“Aku mungkin tidak sempurna, tapi aku tidak mungkin membunuh janin yang tidak berdosa.”
Ghea menghempaskan tubuhnya di sofa, seandainya dia tidak menandatangani surat perjanjian itu dengan Daniel, Ia pasti bisa meminta pertanggung jawaban ke pria itu. Namun, jika tidak karena surat perjanjian itu, dia juga tidak akan mungkin tahu bahwa Daniel lah pria yang merenggut kesuciannya.
"Apa kamu sudah memutuskan?"
Suara Jenny membuat Ghea kaget, dengan yakin gadis itu menganggukkan kepalanya dan berucap," Aku akan mundur dari dunia hiburan, sampai bayi ini lahir. Jangan mencemaskan kelangsungan hidupmu! aku akan tetap membayar gajimu sebagai manager setiap bulan."
"Ghe, apa kamu sudah memikirkan berapa banyak pinalty yang harus kamu bayar jika melanggar kontrak-kontrak yang sudah kamu tanda tangani?"
"Je, aku berpikir kandunganku belum terlalu besar, jadi aku masih bisa menyelesaikan sinetron dan acara untuk dua bulan ke depan, setidaknya bisa mengurangi pinalty lainnya," ucap Ghea, matanya sudah berkaca-kaca, jelas sebentar lagi pipinya pasti akan banjir dengan lelehan kristal bening.
"Ghe!" lirih Jenny.
Wanita itu jelas mengenal artisnya dengan baik, Ghea adalah sosok yang ceria, tidak pernah sama sekali Ia mengeluh dan menunjukkan rasa sedihnya, tapi kali ini Jenny melihat Ghea benar-benar rapuh.
"Aku berpikir semalaman Je, aku takut dosaku bertambah jika harus menggugurkannya, aku juga takut kelakuanku memberatkan amalan ibuku di akhirat."
Derai air mata Ghea mulai menetes, Jenny pun menghambur dan langsung memeluk gadis itu. Namun, bukannya tenang, Ghea malah semakin menangis kencang.
"Bayi ini seolah berbicara padaku Je, dia memanggilku mama, dia memintaku untuk tidak bersedih atas kehadirannya di dalam rahimku, dia berkata bahwa dia tidak meminta tumbuh di rahimku, tapi Tuhan lah yang mengirimnya. Dia bertanya apa salahnya sampai aku berpikir ingin membuangnya? Dia juga ingin dilahirkan, dia ingin menghirup udara dunia, dia juga ingin nonton konser BTS."
Dalam tangisannya Jenny pun tertawa, Ia tak habis pikir Ghea masih bisa bercanda.
"Gadis baik!" ucap Jenny. "Baiklah! aku akan mengurus semuanya. Kelak, seperti aku menjagamu, aku juga akan membantumu menjaganya."
"Apa kamu mau dipanggil nenek Jen?"
"Sialan, kapan aku melahirkanmu? lagi pula aku masih tingting!"
"Kamu pasti belum tahu, kalau Istri Reymond masuk ke rumah sakit jiwa." Ghea yang duduk memangku Sean di dalam mobil, setelah mereka pergi jalan-jalan pun seketika menoleh, dia masih tidak menyangka kalau Nabila benar-benar mengalami gangguan kejiwaan. "Bagaimana dengan pria itu?" tanya Ghea ragu. "Reymond? aku tidak mungkin menjeratnya karena masalah memberikan obat ke minumanmu dulu, aku takut hal itu malah menjadi boomerang untuk kita." Ghea mengangguk paham, dia menunduk memerhatikan wajah Sean yang tengah terlelap. Sejatinya dia tidak bisa membayangkan jika saat itu dia benar terkena jebakan Reymond. Memalingkan wajah ke luar jendela, Ghea merasa lega hari itu dia, Daniel dan Sean bisa menghabiskan waktu bersama. Namun, dia juga mencemaskan sesuatu, tamu bulanannya yang sepertinya tak datang tepat waktu. _ _ _ Kebahagian Ghea dan Daniel seperti tak ada habisnya. Mereka masih bergelung di bawah selimut dengan tubuh polos dan Daniel memeluk erat Ghea dari belakang. Ghea
“Maaf aku harus melakukan ini, tapi aku tidak akan melepaskanmu sampai polisi datang. Meski ini hotel milikmu kamu tidak akan mungkin lolos, kamu sepertinya tidak sadar berhadapan dengan siapa,” Ucap Daniel ke Nabila yang masih meronta karena dia mengunci tangan wanita itu kuat-kuat. Ghea benar-benar menghubungi polisi, dan satu hal yang langsung dia minta saat polisi datang adalah mengamankan semua file CCTV di hotel sebelum kejadian mengerikan yang membahayakan nyawa Sean dan dirinya tadi, Hal ini Ghea lakukan bukan tanpa alasan. Nabila yang merupakan putri pemilik hotel pasti akan dengan mudah melenyapkan semua barang bukti. Untuk Reymond si brengsek yang mengakui bahwa dia lah yang memberikan obat perangsang ke Ghea, Daniel memilih untuk tidak menyampaikannya ke polisi, karena menurutnya hanya akan mengancam karir Ghea sebagai artis dan penyanyi. “Sean!” Ghea berlari mendekati seorang polisi wanita yang menggendong putranya, mengambi
BUGG Satu pukulan melayang lagi dari Daniel. Ucapan Reymond membuatnya murka, belum lagi nyawa putranya yang kini dalam bahaya. “Brengsek!” Daniel mencengkeram kerah baju Reymond dan meninju kembali muka pria itu. Dadanya bergemuruh, meskipun yang diucapkan pria itu tak sepenuhnya salah. Ya, tidak bisa dipungkiri Daniel memang bisa bertemu Ghea karena malam itu. “Apa yang kalian lakukan?” Nabila berteriak dengan kencang. Wanita yang sepertinya mengalami gangguan jiwa itu menatap nyalang Ghea, dia melotot seolah mengancam dan nekat mengarahkan ujung pisau yang tajam ke leher Sean. “Aku mohon jangan!” Ghea seketika histeris, dia berjalan mendekat membuat Nabila mundur dengan Sean yang masih ada di gendongan. Bayi itu terbangun karena kegaduhan yang terjadi di kamar itu. Melihat wanita asing jelas membuat Sean ketakutan dan menangis kencang. Daniel berdiri, dia menco
Ghea hanya tertawa dengan sangkaan Daniel, dibelainya pipi suaminya itu penuh cinta. “Dari pada memikirkan pria itu, bukankah lebih baik kita menghabiskan waktu bersama, kita ke sini untuk itu ‘kan?” Senyuman manis terbit di bibir Daniel, tangannya berangsur ke pipi Ghea. Sedetik kemudian dia menoleh ke Sean yang sudah terlelap tidur. “Di sini? atau di kamar satunya?” “Kamu tahu jawabannya Niel,” bisik Ghea dengan suara menggoda. Mereka akhirnya meninggalkan Sean dan memilih pergi ke kamar yang kemarin mereka tempati. Ghea bertindak agresif, baru saja masuk dia sudah menarik kaus Daniel hingga lolos dari tubuh kekar sang suami. Tak hanya itu Ghea melompat dan melingkarkan kedua kakinya di ke pinggang Daniel, tangannya mengalung di leher pria itu dan bibir mereka mulai beradu kembali. Hisapan dan lumatan mewarnai ciuman panas itu, kepala Ghea bahkan harus sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan
“Apa benar kamu mau ikut?” Daniel terlihat ragu, ini karena dia masih mencemaskan kondisi Ghea, sementara istrinya itu menginginkan menemaninya untuk menghadiri jamuan makan malam, yang diadakan oleh pemilik perusahaan start up yang mengundangnya. “Iya, hanya makan malam kan? jika nanti kamu butuh lebih banyak waktu untuk berbincang dengan rekan bisnismu, maka aku dan Sean akan kembali ke kamar lebih dulu,” ucap Ghea. Daniel pun akhirnya setuju, terlebih Ghea menunjukkan luka di lehernya yang sudah dia tutupi dengan plester yang warnanya menyatu dengan kulit. “Jangan khawatir!” ucapnya sambil tertawa. *** Mereka pun akhirnya menghadiri acara jamuan makan malam itu. Daniel menjelaskan ke sang istri bahwa, perusahaan start up hanya salah satu dari usaha pria yang mengundangnya dan pengusaha lain ke acara itu. “Jadi apa usahany
Pria penolong itu memukul tangan pria yang menawan Ghea hingga memekik kesakitan. Seorang ibu-ibu langsung menarik tangan Ghea agar menjauh dari perkelahian yang dilakukan ke dua pria tadi.Adu jotos pun terjadi hingga pria jahat itu terkapar tak berdaya. Mendapat kesempatan, ia mengambil pisaunya yang tergelatak di lantai dan hampir menghujamkannya ke tubuh pria si penolong.“Tidak!” teriak Ghea, dia menutup kedua mulutnya yang menganga karena terkejut dengan apa yang kini terpampang di hadapannya.Tangan pria penolong itu menggenggam erat pisau, hingga darah mengucur dari tangannya, pria jahat itu ketakutan dan melepaskan pisau dari genggamannya, beruntung pelayan kafe menghubungi polisi tadi. Saat pria jahat itu hampir kabur petugas langsung membekuknya tanpa perlawanan.Ghea meraih Sean dari gendongan wanita yang tadi membantunya, dia berlari dan berjongkok tepat di depan pria yang me