[ANDERSON BALDWIN - POV]
________________________
"Sial!" Aku mengumpat berulang kali. Napasku terasa berat ketika mengingat bagaimana wanita itu mengucapkan dua kalimat yang membuatku naik pitam.
Berlutut padaku.
"Cih!" Aku melampiaskan rasa frustasi ini pada meja kayu di depanku. Kupukul benda sial ini dengan sangat kuat.
"Keterlaluan!" Aku meremas daguku sambil menggelengkan kepala.
Beberapa hari yang lalu Octavia memberiku sebuah berkas di mana ada sebuah perusahaan rintisan yang mengajukan permohonan kerja sama. Aku sangat kagum ketika membaca visi dan misi perusahaan yang baru ingin memulai bisnis mereka itu. Baiklah. Dia ingin akuisi saham. Mudah saja. Aku bisa terima. Idenya lumayan dan aku suka pemikiran seperti itu.
Aku begitu tertarik dengan ide dari perusahaan mereka lalu setelah membaca proposal yang mereka kirimkan, aku pun menyuruh Octavia menjadwalkan perte
Ayoo~ tekan VOTE-nya ;) Oh ya, sekedar info, NOVEL ini bernuansa Romansa Dewasa, jadi beberapa bagian akan menyuguhkan adegan dewasa. Hal-hal yang berhubungan dengan konten kekerasan, rokok, alkohol dan seksualitas (explicit) pastikan kamu sudah 18+ ya Dear ;)
Tiga tahun kemudian ... TheDiamondTechnologi.IncCompany _______________________________"Selama pagi, Ms. Anna," Seluruh pasang mata tampak begitu memperhatikan wanita dengan sejuta pesona itu, Anna Smith. Sepatu hak tinggi berwarna merah kesayangannya mengetuk memberikan irama yang indah membuat semua telinga memujanya. Semua orang di lobi utama sejenak menghentikan aktivitas mereka sekadar untuk menyambut bos sekaligus pemilik perusahaan ini. "Good morning, Ms. Anna," "Good Mor—" Anna menghentikan langkah. Jarinya terangkat hendak menarik kaca mata hitam kesayangannya dari balik batang hidung mancungnya. "Wait...." Anna bergumam sambil memperhatikan gadis yang baru saja menyapanya itu. Gadis itu tampak gelisah ketika bulu mata lentik milik bosnya terus me
Waktu yang ditunggu-tunggu Anna akhirnya tiba. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan bertepatan juga Anna telah selesai mempercantik dirinya. Anna menatap dirinya sekali lagi di depan cermin sebelum kakinya melangkah meninggalkan ruang pribadi yang sengaja dibuat di dalam ruang kerjanya. "Bagaimana penampilanku?" tanya Anna. Mijung tergelak kagum. "Demi Tuhan, Anna Smith, kau lebih terlihat pemilik perusahaan fashion." Mijung melayangkan tangannya ke udara seraya memutar bola mata. Ekspresinya sangat dramatis. "Permisi." Seseorang mengetuk dari luar dan tampaknya itu Glory, sekretaris Anna. "Tamu dari The Glitch sudah tiba. Mereka menunggu di ruang rapat," ucap Glory. "Baiklah, Glory. Anna akan kesana," ucap Mijung.
[-MARVINPOV-]_______________ Aku sungguh tidak mengerti. Betapapun kerasnya aku mencoba untuk berpikir, tetap saja ini di luar kendaliku. Aku tidak menyangka jika karyaku akan dilirik di mancanegara. Kegemaranku untuk melukis di atas kanvas membuatku tertarik untuk bergabung menjadi Iluslator di dunia digital. Awalnya, aku dikenalkan oleh Luna, istriku. Katanya ada sebuah aplikasi yang memungkinkan pelukis amatiran seperti aku dikenal oleh banyak orang. Aku dan Luna akhirnya membuat sebuah komik online. Sayangnya penjualan komik online kami tidak berjalan baik. Kemudian dua tahun lalu aku mendapat email. Katanya dia seorang editor dar sebuah perusahaan bernama The Glitch yang memproduksi web komik terbesar di Amerika.
Iluslator akan menerima 200.000,00$ sebagai upah awal tanda tangan kontrak. "Ap- apa ...." Marvin tidak bisa menahan rasa kagetnya. Dia terkejut membaca nominal yang tertera pada bagian terakhir, paling bawah dari kontrak yang menurutnya konyol itu. Dua ratus ribu dolar bukan angka yang sedikit. Itu setara dengan gajinya selama setahun di The Giltch, tetapi yang tertulis di sana adalah upah awal. Dalam artian ini bonus penandatanganan. Wow! Marvin menarik napas. Mulutnya menganga sedari tadi hingga dia perlu membawa telapak tangannya untuk menutup mulutnya. "Mi ... Ms. Anna." Marvin menggagap. Matanya masih tidak mau lepas dari angka-angka fantastis dalam kertas yang ada di tangannya.
ANNA:_________ Aku terbangun di depan sebuah gedung tiga tingkat dengan halaman luas dan sebuah lapangan basket. Beberapa orang pria memakai pakaian putih abu-abu tengah asik berlarian mengejar bola basket. Salah satu dari mereka berhasil menangkap bola itu lalu memasukkannya ke dalam ring. Mataku mengecil ketika melihat seorang pria tengah duduk menyendiri lalu aku mulai mengambil langkah untuk mendekatinya. Dia sendirian di bawah pohon besar. Kepalanya tertunduk pada sebuah kertas sambil tangannya sibuk menari-nari di atas kertas berwarna putih. Matanya begitu fokus. Terjebak dengan dunianya sendiri. Aku ke sana dan menghampirinya. Aku duduk di depannya, tapi dia sama sekali tidak bergeming. "Hai, Vin ..."
"Tidak!" Anna menjerit dan secara naluriah tubuhnya terduduk di atas ranjang. Dia membawa satu tangannya, meremas dada yang berdebar hebat oleh karena mimpi buruk yang kembali menghantuinya. Hampir di setiap malam. Seolah menjadi lagu tidur menyeramkan yang tiada habisnya. "Ah ...." Anna mendesah. Dia membawa kedua tangan ke wajah. Mengubur wajahnya di sana lalu mengusapnya dengan kasar. Keringat dingin bercucuran dari wajah hingga ke seluruh tubuhnya. Ia lemas. Anna kembali menghela napas panjang lalu membuangnya dengan cepat. Dia butuh sesuatu untuk bisa menemaninya sampai malam berakhir. Anna pun mulai menggerakkan kakinya menghindari selimut lalu turun dari ranjang. Duduk selama beberapa detik di tepi ranjang sekadar mengumpulkan kesadaran. Setelah beberapa detik berlalu, Ann pun memutuskan untuk berdiri.
Jika kamu pernah tersakiti, percayalah karma akan bekerja pada waktunya. Akan ada waktunya mereka menerima apa yang telah mereka lakukan. - Anna Smith -~~~~~~~~~~~~~ Senyum di bibir wanita bernama Anna Smith tidak kunjung pudar. Hari ini benar-benar harinya. Selama sepuluh tahun lebih dia menantikan hari di mana dia bisa membalaskan dendamnya. Anna bahkan pernah berencana untuk kembali ke Indonesia dan membuka perusahaannya di sana kemudian mencari keberadaan Marvin dan Luna. Lagi pula Indonesia terlalu kecil jika hanya untuk mencari dua orang itu. Anna bisa menggunakan uangnya untuk membayar beberapa orang atau bahkan menggunakan alat canggih untuk bisa menemukan mereka. Namun, siapa sangka ternyata takdir malah mengirim Marvin Aditiya Wijaya padanya. "Now, it's time to sha
Roissy – Charles de Gaulie International Airports Paris - 02.33 PM_______________Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga belas jam di dalam pesawat komersil, akhirnya Anna dan Marvin tiba di Paris. Anna membawa serta anak buahnya yaitu Vic. Dia yang saat ini tampak begitu sibuk memasukkan barang bawaan sang bos ke dalam mobil limosin. Sementara Marvin hanya melongo di samping Anna. Pria itu masih dilanda kebingungan. Sebelum berangkat ke Paris, seperti biasa, Marvin terlibat pertengkaran dengan Luna. Awalnya Luna sama sekali tidak mengizinkan suaminya itu untuk pergi bersama sang bos. Namun, lagi-lagi Marvin terpaksa harus berbohong dengan mengatakan jika mereka akan datang bersama tim dari perusahaan dan untuk keperluan riset. Hal terbodoh dari semua itu adalah Marvin kembali membujuk Luna dengan uang. Ia terpaksa memakai check yang diberikan Anna kepadanya. Padahal Marvin sudah berjanji untuk tidak mengambil uang di luar gajinya. Namun, Ma