Share

Bab 5

Penulis: Naimatun Niqmah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 02:36:11

“Mbak Dewi, ini mertua dan suami Mbak, nggak mau mengemas barang, saya harus gimana, Mbak?” tanya Joko lewat sambungan selular. Seseorang yang aku utus, untuk mengawasi Ibu dan Mas Angga saat berkemas. Aku takut mereka membawa barang-barang berharga yang bisa di uangkan. Kalau masalah sertifikat rumah, tanah itu aman. Karena tak aku simpan dalam rumah.

 

“Paksa mereka untuk berkemas!” perintahku dengan nada sedikit membentak.

 

‘Sudah, Mbak. Tapi ...”

 

“Terus mereka masih pada ngapain kalau belum berkemas?” potongku penasaran.

 

“Mereka malah menghina saya, Mbak! Dan sumpah serapah untuk keburukan, Mbak!” tak mau di suruh pergi, tapi menyumpahin yang punya rumah. Memang benar-benar benalu, minta di kick.

 

“Sumpah serapah?” tanyaku menyakinkan. Melipat kening.

 

“Iya, Mbak, nyumpahin Mbak, hidup Mbak nggak bakal bahagia.” 

 

“Owh, saya segera pulang! Kamu tetap di situ! Awasi mereka!”

 

Ku matikan gawai. Bergegas pulang. Dasar benalu tak tau malu, sudah jelas-jelas di usir tak mau pergi, bukannya berbuat baik, biar yang punya rumah luluh, malah nyumpahin yang punya rumah. Mereka bener-bener keterlaluan.

 

“Hay, Wi! Mau kemana? Kok buru-buru?” tanya Rama, teman sekantorku. Membuatku menoleh ke arahnya.

 

“Mau pulang, Ram.” Jawabku asal sambil terus berjalan. Tapi Rama membuntutiku.

 

“Boleh aku anter?” tanyanya tepat di hadapanku. Menghalang jalanku. Ku kerutkan kening dan kemudian tersenyum. 

 

“Kok, malah senyum-senyum?” tanya Rama lagi, bingung dengan ekspresiku.

 

“Boleh anterin aku pulang tapi dengan satu syarat!” mataku mengerling. Membuat Rama tersipu.

 

“Siap! Apa syaratnya?”

 

“Dosa besar kamu, Dewi! Berani-beraninya kamu mengusir suami dan mertuamu! Sampai nyuruh orang untuk mengawasi,” bentak Ibu ketika kaki baru saja menginjak pintu. Aku sudah terbiasa mendengar bentakan Ibu, tapi Rama tersentak. Seakan tak percaya. Ku lirik Mas Angga, mata dia berkaca. 

 

“Joko!”

 

“Iya, Mbak Dewi?”

 

“Keluarkan semua baju-baju mereka dalam lemari!” perintahku kasar. Joko hanya mengangguk dan memasuki kamar Ibu dan kamarku, yang sudah aku kasih tau, dimana letaknya lewat telpon tadi pagi.

 

“Dewi, kamu bener-bener nggak punya sopan santun!” bentak ibu lagi melotot, matanya memerah. 

 

“Dek! Kita bisa bahas ini dengan kepala dingin, jangan seperti ini!” sahut Mas Angga, pelan seakan meminta pertolongan. Tapi takku hiraukan.

 

“Kamu bisa cari cewek lain lagi, Mas! Bukannya kamu ganteng?” sindirku dengan melipat kedua tanganku di perut, sengaja menekan kata ganteng dan melirik Ibu.

 

“Kamu bakal menyesal, Dewi! Akan ibu viralkan perbuatan kamu ini! Biar tak ada laki-laki yang mau menikahi kamu!” tandas Ibu. Aku hanya menyeringai.

 

“Silahkan aku nggak takut, kita buktikan saja, siapa yang akan menyesal?” balasku dengan sedikit gaya arogan.

 

“Oya! Kenalkan, ini Rama pengacara saya, yang akan segera mengurus surat perceraian kita!” celetukku. Membuat Ibu dan Mas Angga melongo. Membulatkan mata dan melebarkan bibir. Ini syarat yang aku berikan kepada Rama. Untuk mengurus gugatanku. Walau dia bukan bekerja sebagai pengacara, tapi dia sarjana hukum. Awalnya tak percaya kalau aku menggugat suamiku. Ku jelaskan semuanya di dalam mobil, ketika hendak menuju rumah.

 

“Dek! Kamu jangan bercanda tentang perceraian, ini pernikahan yang sakral!” sahut Mas Angga mulai panik. Begitu juga dengan Ibu.

 

“Sakral? Tapi kamu lalai akan tanggung jawabmu, Mas?” bentakku. Membuat wajahnya memerah. Rama hanya tersenyum getir melihat pertengkaran ini. 

 

“Mbak, baju-baju mereka di taruh mana ini?” tanya Joko menyeletuk. Yang sudah menyusun baju ibu dan Mas Angga dalam koper besar. Ibu merebut koper itu.

 

“Saya nggak akan keluar dari rumah ini!” sungut ibu, menarik kasar kopernya. Membuatku semakin geram. Joko bingung mau bagaimana. Mungkin mau di lawan juga orang tua. Serba salah dia. 

 

“Dek, aku kan tidak melakukan kesalahan yang fatal? Kecuali aku selingkuh, jadi wajar kalau kamu menggugatku, aku ini setia sama kamu!” celetuk Mas Angga membuatku cukup terkejut. Bisa-bisanya dia ngomong seperti itu? Dia tak merasa bersalah? Atau memang nggak mengerti kesalahannya? Heran.

 

“What? Kamu mikir nggak, sih, Mas? Punya otak nggak, sih, kamu?” reflek saja aku menjawab seperti itu. Ibu mendelik tidak terima. Joko terdiam, Rama tersenyum, yang aku sendiri tidak bisa membaca arti senyuman itu. Ku pijit lembut kepalaku. Terasa tak bisa berputar ini otak. Aku benar-benar tak mampu membaca jalan fikir Mas Angga dan Ibunya. Kenapa mereka tetap merasa tak bersalah?

 

“Dewi! Angga masih suamimu! Kualat kamu! Ingat Dewi kamu nggak bakal hidup bahagia!” sungut ibu dengan ekspresi mengerikan. Siap menerkam musuh. Dadaku terasa bergemuruh hebat. Orang seperti masih pantaskah di pertahankan?

 

“Ehm,” Rama berdehem, mencoba mengambil perhatian. Semua mengarah ke asal suara.

 

“Pak Angga, memang anda tidak selingkuh dan mungkin sangat setia, tapi di sini, Bu Dewi menggugat bapak, karena bapak tidak menafkahi Bu Dewi, selama satu tahun pernikahan,” ucap Rama pelan terkontrol dan berwibawa. 

 

“Sebelum menikahpun Dewi sudah tahu, kalau saya nggak kerja, jadi saya tak berbohong kan? Tak ada yang saya tutup-tutupi. Anda jangan sok tau dan jangan ikut campur!” rasanya malu banget mendengar  jawaban Mas Angga. Jawaban anak kecil, nampak sekali tidak berpendidikan. Di tambah lagi Rama menjawab dengan senyum menjatuhkan. Ish 

 

“Iya, Pak Angga, coba baca lagi di akhir buku nikah! Di sana ada keterangan salah satunya, tidak memberi nafkah wajib selama tiga bulan, jika istri tidak ridho dan mengajukan gugatan kepada pengadilan agama, maka apabila gugatan diterima oleh pengadilan dan istri membayar sepuluh ribu rupiah sebagai pengganti, jatuhlah talak satu,” ucap Rama selow. Tak membuat suasana semakin runyam. Tapi yang namanya benalu tetap saja tak mau tau.

 

“Halah ... sebelum resmi bercerai,  saya dan anak saya akan tetap di sini!” celetuk Ibu dengan gaya ngototnya.

 

“Dan ingat! harus adil pembagian harta ini!” celetuk ibu lagi, cukup membuatku melongo tak percaya. Kulirik Rama melipat keningnya. Mungkin dia berfikir, kok ada manusia macam ini kolotnya?

 

“What? Ini harta saya. Pemberian orang tua saya, tak ada hak sepeserpun atas Mas Angga,” geram, terasa di ubun-ubun.

 

“Pokoknya sidang cerai akan berjalan, kalau harta ini di bagi ADIL!” bentak Ibu, menekan kata adil. Ku atur nafasku yang terengah-engah. Benalu memang tak bisa di kasih hati. Melunjak. Dalam harta ini, tak ada setetespun keringat Mas Angga. Berani-beraninya minta pembagian harta. Kupegang dadaku, rasanya sudah benar-benar ingin meletus bom waktu ini.

 

“Jangan harap! Silahkan keluar dari rumah saya!” bentakku menghentakkan kaki kananku. Seraya tangan kananku menunjuk ke arah pintu.

 

“Nggak!” sungut Ibu tak kalah membentak.

 

“Joko! Seret mereka!!!” 

 

Joko dengan cepat mengangguk menjalankan tugasnya. Kesabaranku memang benar-benar sudah memuncak. Joko berusaha menyeret mereka. Di mulai dengan mengeluarkan koper mereka terlebih dahulu. Ibu teriak-teriak nyaris kesetanan. Sumpah serapah dia ucapkan. Ku langkahkan kakiku menuju pintu. Menegaskan agar mereka segera keluar dari rumahku. Tiba-tiba ...

 

“Dek, maafin Mas, Mas akan kerja, Mas akan berubah, jangan gugat Mas seperti ini, Mas nggak bisa hidup tanpa kamu, Mas sangat mencintaimu,”

 

Mas Angga memelukku dari belakang. Terisak. Seketika aku terdiam. Menikmati pelukan itu. Tapi hati ini terlanjur menjadi kepingan yang berserakan. Mungkinkah bisa bersatu kembali? Ku lirik Ibu yang masih melotot memandangku. Joko masih menarik Ibu, walau ibu mati-matian menolaknya.  Rama? Menatatapku nanar.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wiro Sableng
benar² suami dan mertua gak tau malu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BENALU   Bab 102 (Season Dua)

    Benalu part 102POV 3“Pi, motor Angga di bawa kabur mereka,” ucap Angga, dia masih sangat menyayangkan motornya yang belum lunas. Masih kredit.“Biar, Ga! motor bisa di beli lagi. Yang penting nyawa kamu selamat,” jawab Pak Faris bijak.Angga mendesah. ‘Untung nggak mau membawa mobil Papi, kalau sampai memenuhi keinginan Ibu untuk meminjam motor Papi, yang hilang mungkin mobil Papi. Harus dengan cara apa untuk menggantinya?’ lirih Angga dalam hati. Walau kondisinya sudah babak belur begitu, tapi dia masih bersyukur, karena bukan mobil mertuanya yang dia bawa.“Bagaimana keadaan sebenarnya, Ga? kok, kamu bisa sampai seperti ini?” tanya Pak Faris kepada menantunya.“Permisi,” Pak Faris dan Angga mengarah ke asal suara. Ternyata ada dokter dan Martina berjalan mendekat.“Saya periksa dulu, ya?” ucap dokter laki-laki paruh baya itu ramah. “Silahkan dok,” jawab Pak Faris mempersilahkan. Dokter itu menjalankan tugasnya. Memeriksa detak jantung dan yang lainnya. “Kepala saya pusing banget

  • BENALU   Bab 101 (Season Dua)

    Benalu part 101POV 3“Yaudah Om, Tante, Mita, kami pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Romi,” pamit Romi kepada semuanya.“Iya, Rom, pasti, kamu juga hati-hati di jalan,” balas Om Heru. Kemudian mereka beranjak dan keluar dari kamar Mita.Romi dan Dewi melewati lorong Rumah Sakit seraya bergandengan tangan. Dewi mengedarkan pandang. Matanya melihat sosok laki-laki yang menggunakan masker, kacamata hitam dan jaket, berjalan seraya tolah toleh. Mata Dewi menyipit. Langkah kakinya penuh curiga.“Mas, laki-laki itu, kok, jalannya ngendap-ngendap, ya?” tanya Dewi lirih dengan mata masih memperhatikan laki-laki itu. Romi akhirnya juga ikut menoleh ke arah yang di pandang Dewi.“Iya, mau ngapain, ya? tapi dia ke lorong sana?” sahut Romi lirih. Mata mereka masih fokus dengan laki-laki berjaket itu.“Iya, apa kita ikuti?” tanya Dewi kepada suaminya.Dreettt dreeerrrttt dreetttt gawai Dewi bergetar di dalam tasnya. Tak berselang lama berbunyi. Nada panggilan masuk. Dengan cepat De

  • BENALU   Bab 100 (Season Dua)

    Benalu part 100POV 3Ya, di sini, Rizka berpelukkan manja dengan Ibu mertuanya. Dan Rama berpelukkan haru dengan Ibu mertuanya. “Doakan, ya, Bu. semoga Rumah Tangga kami sakinnah ma waaddah wa rohmah,” pinta Rama kepada mertuanya.“Pasti, Nak. Pasti. Tanpa kalian minta, ibu pasti mendoakan kalian,” ucap Bu Sumi. Rama kemudian melepaskan pelukannya.“Pa, kapan Mama Dewi pulang?” tanya Mila tiba-tiba. Membuat Rama tidak bisa menjawabnya. Rama dan mertuanya saling beradu pandang. Rama menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Papa juga nggak tahu, Sayang,” jawab Rama. Membuat bibir Mila cemberut.“Katanya Mama Dewi nggak lama-lama. Tapi, kok nggak pulang-pulang?” sahut Mila seraya bertanya.Mila memang sangat merindukan Dewi. Menunggu Dewi pulang terasa sangat lama baginya. Selalu menunggu hari esok, dengan harapan hari esok mama Dewinya pulang. “Urusan Mama Dewi belum selesai Sayang, makanya Mama Dewi belum bisa pulang,” jawab Rama santai, dengan selalu menyunggingkan s

  • BENALU   Bab 99 (Season Dua)

    Benalu part 99POV 3Anga sudah di periksa oleh dokter. Dia juga belum sadar. Martina dan orang tuanya menunggu di luar. Karena belum di ijinkan masuk. Karena Angga masih dalam penanganan.Martina masih terus menangis. Dia mondar mandir dengan hati yang cemas. Berkali-kali melirik ke pintu kamar di mana Angga di rawat. Berharap pintu itu segera di buka dan dokter segera menyampaikan kabar tentang kondisi suaminya.Yusuf sudah tenang. Dia tidur di pelukkan neneknya. Bu Intan juga nggak kalah paniknya. Hatinya juga berdegub nggak jelas. Selalu berdoa untuk kebaikan anaknya.“Dokternya kok, nggak keluar-keluar, ya?” celetuk Bu Intan. Dia juga nggak sabar menunggu dokter keluar.Bu Intan menyesal sekali, menyuruh anaknya membelikan dia makanan. Lebih tepatnya dia memaksa Angga untuk membelikan makan. Padahal waktu itu, kerjaan rumah di besannya masih banyak dan rumah juga masih berantakan. Makanan juga banyak. Hanya demi ingin pamer baju baru dan naik mobil besannya dia memaksa. Ternyata

  • BENALU   Bab 98 (Season Dua)

    Benlau part 98POV 3“Ma, tapi Mama dan Papa setujukan Mita nikah sama Gio?” tanya Mita kepada mamanya. membuat mamanya bingung menjawabnya. Langkah kaki Dewi langsung terhenti. Dari kemarin-kemarin dia cuma membayangkan saja, kalau Mita akan menikah dengan Pak Galih. Dan itu sudah membuatnya mual. Tapi, hari ini telinganya mendengar sendiri kalau adiknya ingin menikah dengan laki-laki yang selalu mual jika namanya di sebut. Kemudian Dewi berbalik badan, tak jadi keluar tapi malah menuju ke toilet yang ada di kamar rawat inap Mita. Membuat Tante Tika cemas juga dengan kondisi Dewi. Kemudian menyusul Dewi ke toilet. Memijit tengkuknya. Agar terasa enakkan.“Kamu masih sering muntah, Wi?” tanya Tante Tika dengan nada cemas. Walau dia sering melihat Dewi seperti itu, tapi tetap saja dia cemas dengan kondisi keponakannya.“Iya, Tante,” jawab Dewi dengan nada lemas. Dia sudah duduk di sofa ruang kamar Mita di rawat.“Ibu hami itu memang macam-macam, ada yang cuma trimester pertama, ada y

  • BENALU   Bab 97 (Season Dua)

    Benalu part 97POV 3Hati Martina semakin berdegub kencang saat kakinya melangkah menuju rumah Pak Agung. Dia sangat penasaran dengan keadaan suaminya, dan apa yang terjadi sebenarnya. Terus foto yang di berikan Haris itu, apa maksudnya? Dari mana dia mendapatkan foto itu? Semuanya masih menjadi tanya besar di benak Martina. dan sebentar lagi akan terjawab. ‘Mas Angga aku sudah dekat denganmu,’ lirih Tina lagi dalam hati.“Silahkan langsung ke kamar saja semuanya. Karena yang punya hape ini masih di dalam kamar dan belum sadar,” ucap Pak Agung. Semakin membuat hati Tina bergemuruh. Pintu kamar di buka oleh pemiliknya. Bu Intan juga berdebar hatinya, ingin segera melihat kondisi anaknya. Begitu juga dengan Jeng Sella dan Pak Faris. Tak kalah berdebar walau hanya anak mantu. Tapi, mereka benar-benar cemas. Martina masuk lebih di dalam kamar itu. Tak sabar rasanya, ingin melihat suaminya. “Itu, Mbak pemilik hape ini,” jawab Pak Agung seraya menunjuk ke ranjang. Di sana terbaring seso

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status