Ayla tidur dengan gelisah, hanya bolak-balik di atas ranjang karena dia merasa tak nyaman dengan kehadiran Auden di kamarnya. Apa yang pria ini lakukan? Padahal istrinya ada di sini. "T-Tuan." Ayla berujar gugup. "Diam! Tidur!" Auden dengan cepat menutup mulutnya yang membuat Ayla melotot. Dia bahkan menahan napas karena Auden memeluk tubuhnya begitu erat. "S-saya tak bisa napas.""Udah! Diam, tidur." "Sesak.""Arghhh!!" Auden menggerang kesal membuat Ayla menelan ludah kasar. Semoga pria ini tidak mengamuk. "Kamu telah membangunkan singa tidur," serak Auden bangkit dari atas ranjang membuat Ayla kian gugup. Apa yang akan pria ini lakukan padanya? "S-saya mau tidur." "Ya sudah tidur." "T-Tuan keluar," usir Ayla. Dia tahu dirinya bersikap keterlaluan, tapi pria keras kepala ini juga seperti enggan untuk meninggalkannya padahal dia tak nyaman satu ranjang bersama sang majikan apalagi ada Sandra di rumah. Apa tidak kejang-kejang wanita itu saat menemukan sang suami memilih tid
Rasa-rasanya Ayla butuh kekuatan kuda untuk menghadapi pria ini, walau dia senang. Masih mengatur napasnya yang tak terkendali, Ayla menatap polos pada majikannya yang sudah bangkit dari atas ranjang. "Kita punya waktu berapa jam sampai pagi?" Pertanyaan itu membuat seluruh tubuhnya merinding. Ingin protes, ingin membuka suara tapi dia tahu semuanya percuma. Ayla hanya terdiam di tempat. Hubungan ini sungguh aneh, dia tahu pria ini menginginkan dirinya hanya sebatas nafsu. Dia sudah dijual orang tuanya, jadi hidup Ayla bergantung sepenuhnya pada Auden. Bahkan jika laki-laki ini menghilangkan nyawanya dia akan pasrah pada nasib. Auden kembali melemparkan tubuh telanjangnya ke atas kasur dan memeluk tubuh kecil Ayla, sampai detik ini dia masih merasa takut dengan pria ini, padahal tubuhnya sudah berkali-kali dicolok. Tangan Auden terulur untuk menyentuh hidung bangir kecil gadis ini. Dia akan melindungi Ayla apa pun yang terjadi. Tidak! Tidak ada cinta di antara keduanya, cinta A
Saat melihat Sandra rasanya Ayla begitu malu hati pada majikan wanitanya. Wanita cantik itu percaya begitu penuh padanya, tapi lihatlah apa balasan yang dia beri? Mengkhianati dan mencuri suaminya. Gadis itu hanya mengangkat barang-barang mereka untuk berlibur selama satu minggu. Menyewa sebuah villa di pinggir pantai dan mereka bisa berjalan kaki ke sana menikmati liburan yang private karena ini adalah villa private. Terlalu banyak berpikir Ayla sampai tersandung kaki sendiri. Perasaan bersalah itu terus menggerogoti dirinya, walau dirinya telah masuk dalam lingkaran setan dan tak ada jalan keluar dari semua ini. "Awhhh!" Gadis itu meringis memeriksa jempol kakinya. Dia sedang membawa masuk koper Sandra berwarna merah ke kamar utama. Bukan hanya mereka bertiga yang liburan karena banyak keluarga Sandra dan Auden turut hadir membawa pasangan masing-masing. "Onty! Onty, oke?" pekik Lionel. Bocah tiga tahun menggemaskan dengan pipi bulat merah seperti tomat mendekati Ayla. Tangan
Auden menarik tubuh kecil Ayla di pangkuannya. Dengan susah payah Ayla menelan ludah, tanpa sadar mengalungkan tangannya di leher Auden. Entah kenapa keintiman ini membuatnya takut, tapi merasa nyaman di saat bersamaan. Tangan Auden terulur sambil menyampir rambut Ayla ke belakang, persis seperti yang laki-laki itu lakukan pada istrinya tadi. Dia selalu tak sanggup berkata-kata saat berhadapan dengan pria ini.Auden menempelkan keningnya dengan kening Ayla. "Dingin?" tanya pria itu. Ayla menggeleng, sebenarnya mulut Ayla ingin sekali bertanya kenapa pria ini menyusulnya daripada bermesraan dengan sang istri. Pertanyaan-pertanyaan ini yang selalu membuatnya ketakutan dan merasa jadi jahat. Ayla tidak pernah menginginkan di posisi seperti ini, alasan keretakan tiang kokoh yang telah lama dibangun. Auden berhasrat untuk gadis ini, walau cintanya untuk sang istri tidak akan pernah pudar. Masih menelan ludah dengan susah payah, kedua insan ini kembali terdiam. Hanya deburan ombak ya
"Fuck! Bodoh! Bodoh!"Berkali-kali dia mengumpat sambil menyugar rambut, terlalu menuruti nafsu hingga tak sadar dengan keselamatan gadis ini."Ahhhh! Sakit!" Ayla masih merintih, meringkuk di atas batu tajam sambil memeluk perut bawahnya.Auden masih saja mengumpati kebodohannya, pergi membawa gadis ini ke rumah sakit dia akan ketahuan, atau membiarkan saja di sekarat dan bersikap semuanya baik-baik saja. Semuanya akan aman, karena setelah gadis ini keguguran dia akan bebas dari tanggung jawab dan Sandra tidak akan pernah tahu apa yang terjadi.Setan dan malaikat beperang sekarang mana yang akan menang.Masih berdiri di kegelapan yang remang-remang."Ahhh! Please," rintih Ayla. Dia sudah tak kuat dengan rasa sakit. Rasanya seperti perut bawahnya disayat-sayat dan juga diblender secara bersamaan.Masih dengan penerangan seadanya keringat sebesar biji kopi membasahi wajah Ayla."Fuck! Persetan dengan semuanya!"Malaikat menang!Dengan cepat Auden langsung membawa tubuh Ayla dengan gaya
Napasnya tercekat, tenggorokan terasa seperti dicekik hingga kesulitan untuk bernapas. Dia benar-benar pasrah pada hidupnya, bahkan sekedar membuka suara saja rasanya sudah tak sanggup. Ayla hanya terdiam di tempat. Tolong cabut nyawanya sekarang, dia tak sanggup saat semuanya sudah terbongkar seperti ini. Hanya dengan gerakan matanya, dia mencoba mencari keberadaan Auden. Mungkin pria itu bisa menolongnya sekarang, sang majikan hanya duduk di pojokan dengan wajah kusutnya. Seluruh pasang mata melihat ke arahnya seolah menanti jawaban, masih dengan susah payah Ayla menelan ludah dengan degupan jantung yang rasanya pindah alam. Kepalanya terasa berdenyut hebat merasa jika ini adalah hari penghakiman. "A-aku—" Mendadak lidahnya kelu, dengan cepat Ayla memalingkan wajah saat sangat majikan wanita menatapnya menanti jawaban. "Sayang, aku pikir biarkan dia beristirahat dulu." Entah harus disebut laki-laki ini malaikat atau setan karena telah menolongnya dari situasi mencekam
"Listen! Aku sangat mencintai istriku. Aku tidak pernah mengecewakannya selama ini, dan tidak akan pernah mengecewakannya," ucap Auden dengan wajah mengeras sambil meremas bahu Ayla. Gadis itu menelan ludah kasar dengan wajah pias. Ada perasaan tercubit yang tak bisa dia ungkapkan. "Selesaikan pernikahan satu tahun ini dan kamu harus pergi jauh." Tubuh Ayla terasa begitu ringan, jangan tanyakan lagi air mata yang terus mengalir. Entah kenapa dia merasa begitu kecewa yang tak dapat dijelaskan. "Aku akan pergi," tekadnya dengan bibir bergetar. Auden melepaskan cengkraman itu sambil menyugar rambutnya frustrasi. Dia tak pernah menginginkan berada di situasi sulit seperti ini, melukai dua wanita tanpa sadar. Rasanya tidak akan sanggup melihat istri tercinta terluka. Sandra tidak pernah mengeluarkan air mata karenanya kecuali air mata kebahagiaan. Segala kebahagiaan dan kesempurnaan yang mereka rasakan kini perlahan memudar. "Aku akan pergi," angguk Ayla tersenyum getir. "Arrrrgggh
Berjalan tanpa arah dengan keadaan perut kosong dan hati yang berdarah-darah. Ayla tanpa arah sekarang, berkali-kali dia terantuk kakinya sendiri karena pandangan kabur oleh airmata.Benar-benar tanpa arah. Bahkan jika ada ujung dunia dia akan berlari ke sana.Kepalanya menengadah ke atas melihat betapa jernihnya langit dengan taburan bintang yang banyak. Merasa hidupnya sia-sia, tanpa arah.Kakinya terasa perih karena lecet, entah sudah berapa jam dia berjalan tanpa arah di penerangan remang-remang. Sempat terlintas di pikirannya agar benar-benar pergi dari dunia kejam ini."Eden, maafkan Mama. Tadinya Mama pikir kehadiran kamu bisa jadi penyejuk, sekarang semuanya semakin runyam. Tidak ada satupun yang menginginkan kita," isak ibu hamil itu sambil mengelus-elus perutnya. Sebenarnya dia kembali merasakan kram di bawah perut, tapi itu tidak penting sekarang.Dia benar-benar tanpa arah, entah harus ke mana sekarang.Lagi-lagi dia berada berada di pihak yang lemah dan salah, membuatnya