Share

Bab 5

  Baru juga sadar dari pingsannya, Ayla kembali mendengar kabar yang menyakitkan.

"Sebelum menikah bersama Ayla bayar uang lima ratus juta." Gadis itu memegang dadanya kuat. Secara tidak langsung orang tuanya sedang menjual dirinya.

"Bangun kau!" Mara dengan paksa membangunkan anak sulungnya dengan menuangkan minyak panas ke mulut Ayla.

Gadis itu terbatuk-batuk dan menggeleng, tetap terus dicekoki minyak panas tersebut.

Auden hanya berdiri di pintu memegang kunci mobilnya dan sebisa mungkin keluar dari rumah neraka ini seceptanya. 

"Ya, saya akan membayarnya." Uang bukan masalah untuknya, tapi bertemu dan melihat orang-orang serakah ini membuatnya muak.

"Cepat nikahi anak ini agar dia tak bawa sial di rumah ini!" desak Mara.

Pria itu menatap tak bersalah pada gadis yang sedang terbatuk-batuk tersebut. Apa dia harus menikahi gadis ini? Auden sangat mencintai istrinya, bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi Sandra.

"Jangan pernah ke rumah ini lagi!" Ucapan tajam itu membuat Ayla kian tak berdaya. Gadis itu merasa dunianya kiamat detik ini juga. Dengan susah payah menelan ludah, kepalanya berdenyut hebat.

Auden langsung mengeluarkan cek dan menuliskan nominal uang dua kali lipat yang diminta, jadi para manusia serakah ini tidak akan pernah menganggu hidupnya.

"Saya yang akan bertanggung jawab pada Ayla," ucapnya tak yakin, tapi Auden tetap menunjukkan ekspresi tegas.

"Bagus!"

Ayla sudah tak tahu lagi bagaimana penampilannya sekarang, gadis itu hanya bisa menunduk.

"Bangun kau! Pergi sana anak sial! Jangan pernah kembali!" Dengan kasar Mara mendorong putri sulungnya hingga tersungkur di depan kaki Auden.

Pria itu mengulurkan tangannya, dengan hati yang hancur dia tak lagi punya pilihan. Pria ini yang menghancurkan hidupnya, tapi dia juga yang menyelamatkan dari situasi seperti ini.

Genggaman di tangannya membuat bibir pucatnya bergetar. Dengan tertatih, Auden memapah Ayla menuju mobil.

"Hahaha! Kita bisa pesta besok, Mama mau beli perhiasan yang banyak. Kita bisa beli rumah, beli mobil, kita kaya, Bapak."

Ayla mendengar itu semua, dia berjanji tidak akan pernah kembali menginjak kaki di rumah neraka ini.

"Kamu telah saya beli, jadi tetap jadi gadis manis yang menurut apa saja saya minta," bisik Auden penuh ancaman sambil meremas pinggangnya.

Ayla mengangkat kepala menatap sang majikan yang menaikkan alisnya. Sangat tampan, tapi itu tidak penting sekarang. Dia baru saja keluar dari kandang iblis, dan masuk ke kandang singa lainnya. Memang hidupnya selalu sial dari awal.

Keduanya masuk ke dalam mobil, helaan napas panjang meluncur dari bibir Auden. Ayla hanya terdiam sambil memainkan jari tangannya. Merasa hidupnya begitu berat.

"Sampai kapan pun Sandra tidak boleh tahu ini. Jika dia tahu apa yang terjadi, nyawamu bisa melayang." Ayla mengelus tangannya merasakan bulu kuduknya meremang. Pria di sampingnya tidak main-main, mereka punya uang dan kuasa, jadi bisa melakukan apa saja.

Gadis malang itu telah menyerahkan dirinya pada sang iblis, jadi dia adalah seorang hamba yang menurut apa saja permintaan tuannya.

Memilih untuk tak merespons apa-apa, Ayla tertidur. Sepanjang lima jam perjalanan kepala Auden rasanya bercabang dua, bertanggung jawab pada gadis bodoh ini atau membuangnya. Mudah saja bagi dirinya untuk mencampakkan Ayla seperti debu, tapi sejak kecil dia selalu ditanamkan untuk jadi laki-laki bertanggung jawab, pun dia juga penyebab musibah ini.

"Alkohol sialan!" Sampai kapanpun Auden tidak akan berhenti menyalahkan tentang malam bencana yang mengantarkan hidupnya pada posisi sial.

Kembali menghela napas panjang, pria itu melirik ke samping. Gadis bodoh yang tertidur dengan wajah polosnya, semua salah telah dilimpahkan pada dirinya, padahal dia tidak pernah meminta untuk diperkosa. Auden sadar dia telah bersikap brengsek.

Sepertinya mereka tidak akan pulang ke rumah sebelum mengurus pernikahan, Sandra tidak boleh tahu apa pun.

Mencengkram kemudi hingga seluruh kuku jarinya memutih, perasaan bersalah terus menghantam dadanya. Merasa kenapa cobaan untuk rumah tangganya begitu berat? Padahal dia berjanji untuk setia pada sang istri.

"Sandra, I'm sorry. Aku akan tetap mencintai kamu sampai rambut memutih." Cintanya pada sang istri tidak akan pernah memudar hingga usia senja.

Auden memilih untuk makan sejenak, setelah ini mereka akan menginap di hotel.

____

Merasakan sesuatu yang dingin perlahan mata bulat itu terbuka, tetap saja hatinya terasa dihantam sebuah batu besar. Begitu berat, sampai kesulitan bernapas.

Auden menempelkan sebuah botol dingin pada pipi Ayla.

"Makan!" perintahnya. Pria itu turun terlebih dahulu dari mobil, Ayla masih menyesuaikan cahaya yang dan meraba-raba mereka sedang berada di mana. Sebuah rest area yang ramai jual makanan, dan banyak mobil.

Menarik napas panjang, akhirnya dia menyusul sang majikan. Sejujurnya perutnya juga kelaparan hebat sekarang. Auden sudah menunggu di sana.

"Mau makan apa? Tak perlu banyak waktu berpikir, sebut satu kali saja."

"Sama dengan Tuan saja." Auden menghela napas dan memesan makanan dengan menu yang sama untuk keduanya.

Chicken steak chessy murah meriah yang Auden pesan, bahkan dia juga memesan milkshake strawberry kesukaan para wanita. Entah kenapa Ayla sedikit tersanjung dengan perhatian pria itu.

"Kita tidak akan pulang ke rumah satu minggu. Izin pada Sandra kamu sakit dan pulang ke rumahmu. Kita akan menikah!" putus Auden tanpa menatap ke arah lawan. Ayla terdiam, bingung untuk bereaksi seperti apa. Beneran dia menikah? Bersama pria kejam ini?

Tanpa sadar genggaman sendok di tangannya melemah, berbeda dengan genggaman di tangan Auden kian mengeras. Dia telah terjebak dan tak punya pilihan, akhirnya menikah diam-diam, tutup mulut gadis bodoh ini jangan sampai istrinya tahu. Auden tahu dia telah bersikap brengsek tanpa sadar telah melukai hati dua wanita.

Ayla tak perlu menjawab, karena sejak awal dia tak pernah punya pilihan, kan?

Makan dengan tenang, walau kepala ribut hebat. Ayla tidak akan pernah menyangka takdir hidupnya seperti ini, menikah bersama sang majikan walau semuanya hanya karena utang budi. Ya, dia telah dijual oleh orang tuanya sendiri.

"Ya, Mi Amor. Mendadak aku harus ke luar kota selama satu minggu. Semoga kamu bisa menunggu, tidak sabar untuk memeluk kamu setiap malam," dusta Auden. Ayla yang mendengar percakapan itu menelan ludah kasar, apa dia sudah jadi pelakor di antara majikannya?

"Okay, Sayang. Aku akan terus menelpon kamu, jaga diri. I love always." Setelah sambungan telepon terputus, Auden sedikit menghentak ponselnya kasar ke atas meja.

"Kita akan menginap di hotel." Ayla hanya melongo saat majikan tampan tapi tak berperasaan itu mengangkat bokongnya dan membayar tagihan mereka.

"S-satu kamar?" tanya Ayla gugup. Detik berikutnya dia merutuki pertanyaan bodoh tersebut saat Auden memberi tatapan mencemooh, menatapnya begitu rendah seolah dia makhluk paling menjijikkan.

"Menurutmu?" ejek pria itu balik.

Tak banyak bertanya lagi, Ayla hanya mengangguk patuh dan akan manut pada apa saja permintaan laki-laki ini.

Ingat! Dia itu budak Auden, bahkan bisa menjadi budak seks karena Auden telah membelinya.

____

Ayla menangkap dengan cepat saat Auden melempar begitu saja kunci hotel padanya.

"Jangan terlalu banyak bermimpi. Saya sedang menelpon pengacara untuk mengurus perjanjian pra nikah." Mau tak mau Ayla menunggu apa yang pria itu maksud, kamarnya dan Auden bersebelahan.

"Kita hanya menikah selama satu tahun, jadi jangan terlalu banyak bermimpi untuk jadi orang kaya atau menjadi nyonya besar!" tekan Auden menjelaskan, lagi-lagi hanya anggukan pasrah.

"Aku menikahimu hanya karena nyawa di perutmu, jangan berharap lebih!"

Ayla terdiam sekarang dia kesulitan untuk membuka pintu kamar di depannya.

Menikah kontrak? Satu tahun? Setelah bayi ini lahir mereka berpisah? Apa dia punya pilihan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status