Berada di sekitar sang majikan membuat radar Ayla sadar jika dia harus diam, dan menurut apa saja yang pria ini minta.
Setelah sarapan keduanya menuju kantor notaris untuk mengurus perjanjian pra nikah, menikah selama satu tahun. Satu tahun tidak lama, bukan? Setelah itu Ayla akan terbebas dan kekangan pria ini dan hidup entah di negri antah brantah.
Keduanya menghela napas bersamaan. Terpaksa menjalani semua ini, terjebak pada suatu kejadian naas yang sama sekali tidak diinginkan keduanya.
Ayla melirik lewat bulu mata lentiknya pada pria tampan di sampingnya, topi hitam yang menghias kepala Auden membuat laki-laki itu kian menawan.
Lirikannya menurun ke jakun pria itu yang naik turun, tangan kekar berurat memutar kemudi, begitu jantan. Kembali naik ke jambang tipis yang menghiasi wajahnya, hidung mancung, mata tajam seperti elang, bibir merah alami, dia cocok jadi model sempak.
"Jangan terpesona denganku, kita hanya menikah di atas kertas. Ingat! Kamu hanya pembantu," peringat Auden tanpa menoleh ke arahnya. Pria itu seolah tahu jika Ayla tengah mengangumi dirinya. Terhenyak sang gadis malang menoleh ke samping, melihat jalanan yang lengang.
Dia berharap sekarang mendung dan turun hujan deras seperti perasaannya kelabu karena terjebak dengan seorang pria kejam yang sialnya tampan.
Auden memutar musik untuk menghilangkan kecanggungan di antara keduanya. Setelah ini dia akan berperan jadi istri dan pembantu di saat bersamaan.
Setelah anaknya lahir, dan pernikahan satu tahun ini berakhir Ayla akan menghilang. Mungkin bertahan satu tahun sambil menabung dan memulai hidup baru bersama anaknya.
Dadanya membuncah bahagia saat memikirkan anak, walau hamil tanpa rencana tapi ada perasaan sayang yang muncul tiba-tiba. Tidak akan ada yang menginginkan anak ini, tapi Ayla akan menyanyangi sepenuh hati.
Menjadi ayah. Pria itu menelan ludah kasar, status menjadi ayah terasa sangat menakutkan padanya.
bertahun-tahun menikah bersama Sandra tidak ada tanda-tanda sang istri hamil. Keduanya memang tak pernah membicarakan atau mencoba program hamil, karena Auden tahu punya anak akan berakibat pada karier sang istri. Jika Sandra ingin punya anak dia akan mendukung, bahkan tanpa anak juga dia akan mendukung.
"Kamu punya kekasih?" Ayla hanya menoleh pada pria di sampingnya.
"T-tidak."
"Punya mantan?"
"A-ada."
"Siapa namanya?" tanya Auden lagi. Ayla mencoba memikirkan mantan pacarnya, sebenarnya dia tak benar-benar punya mantan. Dari jaman sekolah dia memang pemalu, dan tak punya banyak teman. Ada beberapa teman sekolah laki-laki yang terang-terangan menyukai dirinya tapi Ayla tidak merespons.
"Ivo." Ivo adalah teman sekolah yang sedikit dekat dengannya karena cowok itu kemayu, dan tidak tukang bully seperti temannya yang lain. Banyak yang bilang jika Ivo punya perasaan lebih padanya, tapi Ayla tak pernah menganggap seperti itu, tapi cowok itu mengenalkan pada semua orang jika mereka sepasang kekasih dulunya.
"Kerja di mana sekarang?" Gadis itu hanya menggeleng kaku, dia tak mengerti apa yang pria ini mau. Kenapa dia bertanya tentang mantan pacar? Apa gadis pemalu seperti dia terlihat punya banyak mantan pacar?
"T-tak tahu." Ayla tidak bohong, setelah tamat sekolah dia langsung mencari kerja. Tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan, dia akhirnya bekerja dengan Moer Belatrix yang menjadikan dirinya anak angkat. Dia dianggap keluarga oleh sang majikan besar, saat Sandra menikah Ayla ikut bersama Sandra.
"Aku akan menemukan mantan pacarmu, setelah itu coba dekati dia. Jika suatu hari Sandra tahu kamu hamil, beri alasan jika dia anak mantan pacarmu." Bibir mungilnya menganga, mata bulatnya bersinar tak percaya dengan perintah pria itu.
Gadis bodoh seperti dirinya harus diberitahu dengan jelas, agar semua rencananya tersusun dengan sempurna. Apa pun yang terjadi, Sandra tidak boleh tahu yang sebenarnya. Auden bisa gila jika sang istri murka.
Ayla terdiam sambil memainkan jari-jari mungilnya yang lentik. Jadi, Ivo temannya semasa sekolah yang kemayu itu akan jadi kambing hitam atas kebengisan pria kejam di sampingnya. Ya Tuhan, apa orang kaya memang suka berbuat seenaknya? Menindas orang tak berkuasa seperti mereka?
"T-tapi saya tidak tahu di mana dia." Ayla hanya menunduk tak berani menatap lawan bicara.
"Ck! Makanya jadi orang banyak uang, mudah untuk menemukan siapa saja." Auden berdecak sebal sambil meremehkan gadis bodoh di sampingnya. Saat mengangkat kepalanya, Ayla menemukan pria itu sedang smirk yang mencemooh tapi begitu tampan. Entah berapa kali dia terus mengangumi ketampanannya. Okay, mari lupakan barusan karena dia itu pria kejam.
Mulai detik ini, dirinya akan menghabiskan hari-hari dengan pria tampa perasaan ini. Kenapa takdir begitu kejam menitipkan semua kesialan ini padanya?
"Apa pun yang terjadi ke depan, jangan pernah buka mulut siapa ayah dari anak perutmu." Ucapan itu membuat Ayla refleks memegang perutnya, jika seluruh dunia tidak menginginkan anaknya sama sekali, dia yang akan melindunginya.
"Ingat! Kamu hanya orang miskin yang sudah saya beli." Gadis itu menoleh sekilas, tanpa diberitahu dia sadar akan posisinya. Tahu betul dia itu siapa. Diperkosa sampai hamil, menjalani pernikahan paksa secara kontrak selama satu tahun, bahkan dijual orang tuanya.
"Apa yang membuat orang miskin tetap miskin?" tanya Auden. Ayla tidak menjawab langsung, tapi antena telinganya mendengar.
"Kemiskinan itu struktural. Artinya, tata sosial, ekonomi yang ada membuat kalian mau tidak mau hidup dalam kemiskinan. Orang miskin bisa bekerja keras, membanting tulang, dan menabung, namun ia tetap hidup dalam kemiskinan," papar pria itu lagi.
"Kalian yang lahir dalam keluarga miskin akan sulit keluar dari kemiskinan, kamu seolah tak punya pilihan lain selain menjalani keadaan yang sudah diberikan."
Rasanya dia ingin berteriak cukup, tapi Ayla hanya bisa memendam semuanya dalam hati. Ya, semoga dia bisa memutus tali kemiskinan itu.
"Orang miskin melihat uang hanya sebagai kertas bergambar yang punya nominal, sekali belanja habis. Seperti yang dilakukan orang tuamu. Orang kaya melihat uang sebagai investasi untuk mendapatkan uang berkali lipat."
Ayla tak ingin mendengar apa pun, biarkan saja pria itu mengoceh tak jelas.
"Kita sudah sampai." Ayla memanjangkan lehernya melihat gedung di depannya, hanya ruko berjejeran dengan beberapa kantor.
"Kamu hanya perlu tanda tangan, tidak perlu untuk membacanya. Semua kebutuhan anak di perutmu akan ditanggung, kamu bekerja untuk diri sendiri."
Auden keluar membanting pintu mobil sekuat mungkin membuat Ayla mengelus dadanya, menanti kesialan apalagi yang akan menimpa dirinya.
"Hanya satu tahun," gumam Ayla sambil menguatkan dirinya. Dia bisa melewati ini semua, ya bisa.
Mengintip sebentar melihat sangat majikan yang sedang berbicara di balik pintu kaca hitam tersebut.
Ayla menanti dengan was-was, ini bukan hal sulit untuknya. Dia bisa melewati ini semua.
Saat Auden mengeluarkan kepalanya dari balik pintu tersebut, Ayla keluar dari mobil. Terpaksa menjalani semua ini karena dia hanya gadis miskin yang tak punya apa-apa.
Saat mendorong pintu hitam tersebut, hawa dingin menyambutnya. Tapi perasaan takut itu menyelimuti dirinya, rasanya dia ingin belari sejauh mungkin tapi kaki Ayla seolah dirantai.
Tak punya pilihan kembali membuat Ayla berkali-kali mengutuk hidupnya yang terus sial.
"Langsung tandatangani saja," ucap Auden tanpa perasaan sambil menyodorkan dokumen penting itu, sang notaris terdiam sambil menatap keduanya.
Dengan tangan bergetar tangan Ayla bergerak, matanya terhenti pada tulisan bold sebagai tanda isi perjanjian pra nikah keduanya.
PIHAK PERTAMA AUDEN PRANA LAURENS AKAN MENCERAIKAN PIHAK KEDUA AYLA RANJANA TEPAT DI PERNIKAHAN SATU TAHUN.
SURAT INI DIBUAT DALAM KEADAAN SADAR——.
Ayla tak sanggup untuk membaca selanjutnya, entah bagaimana nasibnya. Menutup mata, ia torehkan tinta hitam di atas materai.
Pernikahan satu tahun terpaksa ini akan membawa jalan cerita hidupnya kian suram.
"Kamu akan memilih baju pengantinmu sendiri, tapi jangan pernah bermimpi untuk menjadi ratu!" tandas Auden langsung merampas dokumen tersebut dan membanting pintu kaca tersebut sekuat mungkin.
Meninggalkan Ayla dengan tubuh gemetar, dan hati yang berguncang hebat. Tanpa sadar pandangannya kabur, pipi kemerahan itu dialiri cairan bening yang cukup mengatakan jika dia tidak baik-baik saja.
Ayla hancur!
___
Tak pernah bermimpi untuk memakai gaun pengantinnya. Menikah memang bukan option untuknya. Bahkan dalam plan B juga menikah tidak masuk daftar. Kemiskinan membuat Ayla takut untuk menikah, dia tak mau anaknya merasakan beban dan semua keterbatasan yang dia dapatkan sejak kecil bersama orang tuanya. Saat dihadapi kenyataan untuk memilih gaun pernikahan untuk dirinya sendiri, tentu saja Ayla akan memilih asal. Dia tak punya gaun impian seperti kebanyakan wanita. Auden terduduk di sofa krem sambil memijit kepalanya yang pening, menikah bersama gadis polos bodoh yang rumah tangganya di ujung tanduk. Pernikahan rahasia ini tidak ada yang pernah tahu. Masih dengan tubuh yang gemetar, Ayla hanya terdiam mematut di depan cermin. Menikah? Kepalanya terus berputar, di saat banyak wanita menangis harus dengan pernikahan yang dijalani, dia harus merasa nelangsa luar biasa. Gadis itu sengaja masuk ke dalam ruang ganti agar tak terus berhadapan dengan Auden yang terus mengeluarkan banyak kata
Ayla mematut lama dirinya di depan cermin sambil menelan ludah kering. Biasanya dalam novel-novel sang pria akan melepaskan dirinya dalam balutan gaun yang ia kenakan. Mereka telah kembali ke hotel Auden sedang berada di kamarnya, pria itu terlihat semakin membenci dirinya. Dia tak bisa berbuat banyak. Butuh sehari atau mungkin besoknya dia akan kembali ke rumah sang majikan dengan status yang berbeda. Istri kedua dari seorang Auden Prana. Memikirkan ini rasanya dada terasa sesak, dia telah merusak kebahagiaan orang lain. Selama ini Sandra dan Moer Belatrix telah menampungnya, jika dua wanita berwibawa itu tahu yang sebenarnya apa mereka akan membuangya ke kandang buaya? Lehernya menoleh dengan kaku saat pintu terhubung dengan kamar Auden terbuka, apa yang pria itu mau? "Apa yang kamu lakukan? Mengagumi sambil mengkhayal jadi Princess sehari, hm?" Pria itu kian mendekat, tubuh Ayla langsung panas dingin, dia selalu tak siap dengan semua kata yang selalu merendahkannya. "Apa kamu
"Kamu sungguh tidak apa-apa sekarang?" tanya Sandra penuh kekhawatiran. Ayla hanya bisa mengangguk dengan perasaan bersalah penuh. Dia sedang memotong buah untuk sarapan mereka, Sandra menyiapkan roti untuk suaminya. Kembali menjalani rutinitas sebagai seorang pembantu walau dengan status yang berbeda. Sandra mempertanyakan jika dia sudah sembuh dari sakitnya.Fisiknya mungkin baik-baik, tapi luka yang ditorehkan Auden tidak akan sembuh begitu saja, mungkin juga tidak akan ada penawar luka. Pria brengsek yang tega memperkosanya hingga hamil, mengajaknya menikah kontrak selama satu tahun, setelah ini semuanya selesai. Mungkin nyawa Ayla sedang digadai dan sekarang menghitung mundur satu tahun ke depan. "Nanti Moer akan datang." Kepala Ayla terangkat saat mendengar Moer, seorang wanita cantik yang begitu keibuan, lembut, dan begitu berwibawa. Dia selalu merasa terlindungi saat berada di sekitar Nyonya besar. "Moer akan mengajak kamu belanja," tambah Sandra. Perasaan haru membuat Ay
Sekarang Ayla bingung akan benar-benar mengorbankan temannya yang tak berdosa atau membiarkan semuanya terbongkar? Saat kenyataan terkuak, dia akan selalu berada di posisi yang lemah dan salah. Jika Ivo yang tak bersalah dan tak berdosa terlibat saat terkuak dia bisa meminimalisir kemungkinan terusir dari rumah ini, karena hamil dari kekasihnya bukan dari sang majikan. Tanpa sadar tangannya meremas kertas itu hingga lusuh dan tak berbentuk lagi, Ayla menendang-nendang kakinya ke lantai, tak punya langkah pasti. Kebanyakan memikirkan siapa yang menjadi kambing hitam membuat perutnya bergejolak, rasa ingin muntah begitu besar. Kembali berbaring untuk menghilangkan rasa mual yang belum juga reda, dengan menelan ludahnya berkali-kali. Ayla bangun lebih pagi dari biasanya, dia akan menyiapkan sarapan pada kedua majikan seperti biasanya. Semalaman dia tak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan semua kemungkinan dan tak ada kesimpulan yang pasti tentang apa yang harus dia lakukan. "H
(MENGANDUNG MUATAN DEWASA) ____Setelah mengantarkan sang istri ke lokasi syuting Auden kembali untuk mengerjai sang pembantu. Bukan, kalian terlalu berpikir jauh. Sebagai rasa tanggung jawab pada gadis bodoh itu dia akan mengantarkan Ayla ke dokter untuk meminta obat pereda mual, gadis itu tak boleh terus-terusan muntah setiap hari yang membuat Sandra curiga. Ayla sedang berada di dapur mengemas dan membersihkan makanan untuk satu minggu ke depan, dia sedang memikirkan akan membuat menu apa untuk makan siang. Auden hanya melihat dari kejauhan tubuh mungil itu mondar-mandir di dapur. Terkadang rasa bencinya pada gadis bodoh itu memuncak tanpa sebab, gadis itu hadir untuk menghancurkan pernikahan indahnya bersama Sandra. Saat melihat tatapan polos dan juga bloon yang gadis itu tunjukan membuatnya sadar jika dia tidak bersalah, tapi dirinya yang menyeret si pembantu dalam pusaran masalah. "Masih mual?" Suara Auden tiba-tiba yang mengejutkannya membuat pegangan di tangannya terjatu
Ayla seolah tak punya hak untuk marah, hanya bisa menahan semua emosi yang bergejolak dan menelannya, sepahait apa pun itu. Tahu harga dirinya hanya sebatas keset kaki di mata Auden dia tak bisa marah saat pria itu sudah memerintahnya membuat salad buah. Auden bersikap seolah tak terjadi apa-apa, padahal Ayla sudah telanjang bulat dan begitu pasrah agar tubuhnya dimiliki pun langsung tak minat. Ya, harusnya dia sadar jika tubuhnya kurus kering seperti ranting berjalan, dibandingkan dengan tubuh Sandra yang semuanya dirawat. Gadis itu menggigit bibirnya menyadari apa yang dia lakukan. Ayla sedang mengupas buah pear sedangkan Auden mencuci anggur. Gadis itu juga penasaran apa yang pria ini pikirkan soal penemuan nomor Ivo. Walau masih merasa terluka tapi dia tak terlalu takut seperti sebelumnya, bahkan kali ini dia merasa nyaman? Mengintip malu-malu melalui bulu mata lentiknya pria matang di sampingnya yang sangat sempurna, tapi juga sangat brengsek di saat bersamaan. "Sebenarnya
"Apa yang kalian lakukan?" murka Sandra menatap berang pada kedua manusia yang telah basah.Ayla hanya bisa menunduk dengan perasaan bersalah yang menguasai dadanya. Hanya memainkan jari-jari kakinya di bawah, tak sanggup membayangkan lebih jauh jika semua rahasia yang telah disimpan rapat akan terkuak."Tidak ada apa-apa, Sayang. Ayo, mandi. Bajuku basah semua.""Tak biasanya kamu cuci mobil di rumah, biasanya selalu di car wash." Sandra masih tak puas hati dengan jawaban yang diberikan sang suami, tapi Auden sudah memeluk pinggang sang istri posesif sambil mencium rambutnya wangi, lembut dan terawat tersebut."Kenapa pulang cepat?" tanya Auden berbisik dan terus mengendus-endus leher sang istri, sangat merindukan istrinya juga perasaan bersalah yang bersarang di hatinya. Bagaimanapun Sandra tidak boleh tahu apa yang terjadi, sampai kapanpun. Auden rela menukar nyawanya demi sang istri.Ayla hanya menatap dari kejauhan dua majikannya masuk dalam ruangan kembali bersikap mesra dan ter
Delisha mengundang Ayla untuk menginap di rumahnya. Sandra mengizinkan karena wanita itu sedang syuting di luar kota selama beberapa hari. Sebenarnya Ayla merasa tak enak hati, tapi memikirkan jika hanya menghabiskan waktu bersama Auden lebih baik dia menghindar. Delisha sudah menunjuk sebuah kamar kosong untuknya. Sang gadis masuk ke dalam kamar untuk meletakkan pakaian miliknya, bahkan Delisha memaksa untuk membawa pakaian satu koper karena Ayla akan menginap selama tiga hari. Kamarnya rapi dan terlihat sudah lama tidak ditinggali, terlihat seperti kamar bujang. Ayla merebahkan tubuh sebentar karena merasa lelah, gadis itu menutup mata bertanya-tanya hidup seperti apa yang sedang dia jalani ini. Ketukan di pintu kembali menyadarkannya, bergegas bangkit dari ranjang dan berjalan membuka pintu. "Ayo, minum teh bersama," ajak Delisha. Ayla selalu merasa tak enak hati pada wanita cantik ini, dia begitu baik. Tidak hanya rupanya yang seperti malaikat, tapi hatinya juga seperti mal