Dua hari setelah menikah Hanif langsung membawa Kimmy kembali ke Singapore. Sebenarnya Kimmy ingin menyewa tempat tinggal sendiri tapi Hanif berkeras melarangnya, karena memang mustahil dia tega membiarkan wanita yang sedang hamil muda tinggal seorang diri.
Tapi bayangkan bagaimana sekarang mereka harus tinggal satu rumah. Rumah yang dulu memang bang Hanif siapkan untuk masa depan mereka berdua. Bahkan kamar mereka yang sudah Hanif siapkan sedemikian rupa sesuai permintaan Kimmy sekarang akhirnya hanya dibiarkan terkunci rapat. Karena Kimmy dan Hanif tetap tidur di kamar mereka masing-masing. Sebenarnya terlalu banyak hal menyakitkan yang harus Kimmy ingat jika dirinya harus tinggal di sini. Tapi bang Hanif benar-benar tidak mengijinkan dirinya tinggal sendiri paling tidak sampai anaknya lahir nanti.
"Makanlah, Kim. Aku tidak mau kau sampai kekurangan nutrisi."
"Nanti saja aku masih belum bisa makan." Kimmy mulai merasa tidak beres dengan perutnya beberapa hari
"Jadi wanita itu sudah menikah," kata Pamela sambil melirik Tristan yang berlagak mengabaikannya."Apa kau tidak merasa dikhianati sama sekali?"Tristan baru kembali melempar berkas yang baru ia terima di atas mejanya."Menikah dengan pria yang sekarang juga mengambil beberapa proyek besarmu."Sepertinya Pamela memang sengaja hanya ingin membuat Tristan kesal.Kehilangan beberapa proyek sebenarnya tidak terlalu masalah bagi Tristan. Tristan juga tahu jika Hanif tidak bermain curang, tapi tetap saja kesannya di mata publik akan seperti itu. Karena dia mendapat banyak pekerjaan besar setelah lepas dari perusahaan yang juga membesarkan namanya. Tristan memilih diam karena memang tidak mau mengomentari rumor apapun."Sejak awal aku sudah tidak suka kau bergaul dengan mereka.""Sebaiknya pulang lah dari pada kau hanya menggerutu di ruang kerjaku."Pamela langsung berjengit, karena begitu bicara Tristan juga hanya selalu balik membuatnya kes
"Kimmy..."Lilian kembali berkunjung dengan membawa bocah kecil bersamanya."Dia tidak sabar ingin melihatmu." Lily melepas putri kecilnya untuk berlari pada Kimmy."Your baby will be my brother?" tanya gadis kecil berambut ikal itu sambil menyentuh perut besar Kimmy."Yea...sure." Kimmy mengangguk dan tersenyum karena kagum dengan kelincahan dan keceriaan bocah kecil berpipi merah itu."Sofia, kemari ajak Kimmy duduk." Lilian menepuk sofa di sebelahnya sambil membiasakan putrinya berbahasa Indo."Where's dady?""Masih belum pulang, bukan kah tadi kau bilang hanya ingin buru-buru b
Kimmy mulai pindah ke tempat tinggalnya sendiri sejak bayinya berusia tiga bulan untuk memulai hidup barunya yang sesungguhnya tanpa bergantung pada siapapun. Kimmy sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan periklanan. Sebenarnya Hanif menawarkan pekerjaan di perusahaannya tapi kimmy menolak karena tidak akan ada bedanya dengan numpang di rumahnya. Jika bukan karena sudah sangat mengenal sifat keras kepala Kimmy pasti Hanif sudah tersinggung dengan semua penolakannya. Tapi sepertinya dia lebih mengerti dengan tekat Kimmy dan akan selalu mendukungnya.Hanif senang karena sekarang Kimmy benar-benar sudah menjadi wanita yang mandiri, tangguh dan dewasa. Bahkan dia mendapatkan dua kali promosi jabatan di tahun pertamanya. Meski dengan kesibukannya yang luar biasa sebagai ibu muda dan wanita yang bekerja, tapi sepertinya energinya juga tidak pernah surut dan hal itu lah yang membuat Ha
Sepulang dari presentasi Kimmy tidak ikut kembali ke kantor dan hanya minta langsung di antar untuk menjemput putranya."Turunkan aku disini saja! " perintah Kimmy yang memang sudah membuat janji dengan bang Hanif untuk menunggu di sana.Begitu Kimmy keluar dari mobil, Hanif langsung membawa Al untuk menghampirinya."Momy... Momy... "Mulut kecilnya masih belepotan Es krim ketika tangannya ingin meraih Kimmy.Kimmy langsung mengambil tisu dari dalam tasnya untuk mengelap bibir dan tangan putranya yang ikut belepotan."Kemari anak pintar apa kau menyusahkan paman Hanif?" tanya Kimmy sambil mencium pipi merahnya dengan gemas."Apa dia sudah makan? " tanya Kimmy pada bang Hanif."Menurut susternya sudah makan tapi tidak banyak. ""Oh...apa perutmu masih sakit? "Bocah laki-laki itu langsung menggeleng kemudian mencium ibunya."Bagaimana jika kita makan dulu? " tanya Hanif dan si kecil Al langsung menganggu
Karena hampir tidak tidur semalaman akhirnya Kimmy bangun kesiangan, dan mungkin juga masih belum bangun jika bukan karena telpon dari rekan kerjanya yang sudah berteriak tidak sabaran."Tolong jangan terlalu heboh ini masih pagi.""Apa saja yang kau lakukan, Kim? Ini sudah hampir jam sepuluh! " triak suara dari sebrang telpon."Oh, Tuhan! " Kimmy baru sadar ketika menengok jam di dinding."Jangan bilang kau baru bangun! "Kimmy tidak menjawab."Kau pasti juga belum mendengar jika presentasi kita kemarin berhasil dan kita mendapatkan kontraknya! " triak Keyla dengan girang.Tapi ti
Setelah hampir seharian mengajak Al bermain di wahana sebenarnya Kimmy sangat lelah tapi putranya tetap saja seperti belum kehabisan energi. Kimmy sudah menyerah dan membiarkan Bang Hanif yang menemaninya bermain seluncuran air. Entah bagaiman tawa bocah laki-laki itu seperti tidak ada habisnya bahkan hanya dengan percikan air di mukanya pun dia sudah tertawa kegirangan. Alhasil Kimmy pun menyerah dan kembali ikut masuk ke dalam air, berenang menghampiri putranya yang sedang bertengger di punggung bang Hanif. "Shoot your momy!" perintah Hanif dan bocah laki-laki kecil itu segera mengikuti perintahnya untuk menembakkan pistol air ke arah Kimmy sambil tertawa riang. "Jangan bersekongkol! " Kimmy pura-pura marah sebelum kemudian menyelam untuk menggoda sampai putra kecilnya berteriak-teriak memanggilnya.
Mungkin Tristan yang dulu akan tetap memaksakan keinginannya tak peduli bagaimanapun caranya. Tapi ternyata sekarang dia tidak bisa lagi menjadi orang seperti itu, terutama terhadap Kimmy. Karena Tristan perduli padanya benar-benar perduli.Tristan kembali memperhatikan bekas sengatan jarum suntik di lipatan sikunya, rasanya masih agak ngilu karena semakin seringnya transfusi belakangan ini. Ini adalah dua tahun yang buruk, Tristan berusaha melakukan segala hal, mendatangi berbagai tempat untuk mendapatkan perawatan terbaik tapi rasanya sia-sia. Tristan hanya harus tetap sehat dan mengupayakan berbagai cara untuk tidak menyerah meski sepertinya hidupnya sendiri sudah berakhir.Hidup Tristan memang serasa ikut berakhir saat kemarin Kimmy menyatakan sudah tidak lagi membutuhkannya dan tidak akan pernah lagi memperdulikannya. Walaupun semu
"Benda apa ini?" tanya Hanif begitu Kimmy meletakkan bingkisan besar di jok belakang mobilnya."Mainan untuk Al.""Kupikir ulang tahunya masih enam bulan lagi." Hanif masih heran.Kimmy sudah ikut bergabung duduk di depan ketika akhirnya dia mulai bicara. "Itu dari Tristan."Hanif langsung berhenti dan tidak jadi menghidupkan mobilnya. Selama ini Kimmy memang belum pernah bercerita jika dirinya sudah beberapa kali bertemu Tristan."Kau bertemu Tristan?" tanya Hanif hanya untuk sekedar memastikan jika dirinya tidak salah dengar."Ya, dan dia langsung tahu jika Al adalah putranya."Hanif masih diam karena selama ini Kimmy memang belum pernah menyembunyikan apapun darinya, apa lagi untuk perkara seperti ini. Walau pun Kimmy berusaha terlihat santai saat membahasnya tapi sebenarnya mereka berdua sama-sama tahu jika masalahnya tak sesederhana kelihatannya."Sebaiknya kita jemput Al dulu," saran Kimmy yang Hanif tahu juga hanya sebag