POV DARTO
Aku terdiam dengan usulan Mayang, bagaimanapun rasa sayang juga kepada Mayang, dia telah membersamaiku selam satu tahun, masak aku setega itu mengusirnya, tapi kalau dibiarkan di rumah ini bagaimana dengan Istriku yang kini benar-benar menguasai seluruh cintaku, sedang dengan Mayang itu hanya sebatas hubungan simbiosis mutualisme, yaitu hubungan saling menguntungkan, walau ada sedikit rasa sayang, itu tak lebih karena seringnya bersama-sama, tapi sungguh aku hanya ingin menghabiskan hidupku dengan damai sampai ajal menjemput hanya dengan Ninik, tapi sungguh ada setitik juga di hati tempat untuk Mayang, makanya aku jadi bimbang,
<Bang, aku kan nggak terlihat, aku rasa tidak mengapa istrimu tidak akan tahu keberadaanku, aku mohon Bang,>
“Baiklah Mayang, aku setuju, tapi ku peringatkan dirimu, jangan sekali-kali buat ulah dan mengganggunya, aku akan tegas padamu atau siapapun yang mengganggunya akan berhadapan denganku, bagaimanapun dia Istrik
“Mas,” Seru Mbok Nah, pemilik warung sebelah, memang di sekitaran Bengkel banyak warung berjejer, daerah sini disamping dekat dengan Masjid, juga dekat dengan pabrik Garmen, sehingga sangat ramai, kalau pada saat makan Siang, “Ya Mbok” jawabku kepada mbok Nah yang kini berdiri dihadapanku, nampak nafasnya masih ngos-ngosan, “Aduh Mas, Nikah gak undang-undang, Mbok kan juga pingin lihat Mas Dasrto Menikah toh...” tutur Mbok Nak masih dengan suara tersengal “Ah Mbok, maaf, mbok, bukannya tidak ingin menjak Mbok, tapi kan resepsinya di rumah Mertua, nggak enak kalau ngakakin orang terlalu banyak, maaf Mbok ya?” “Oh gitu, nggak apa-apa Mas, Oh ya...mana istrinya,?” tanya mbok Nah “Tidak ikut Mbok, dia belum boleh keluar rumah kata mertua” “eh, itu benar Mas, Kemantin baru itu dilarang keluyuran nanti di makan grandong” Aku hanya tersenyum, tidak menanggapi ocehan mbok Nah lagi, keburu sore nanti, “Maf Mbok, saya pamit, mau
POV AuthorDarto terkaget, dia segera berlari ke arah suara, suaranya di bawah jendela kamar sepertinya, dia mendekat, dililhatnya dua Kucing gelut, dia jengkel sekali, mengagetkan saja, Kucing kalau mau kawin memang bikin bising, yang Betina sok-sokkan nggak mau, yang Jantan maksa, Kalau yang Jantan putus asa meninggalkan Betinanya, eeeh Betinanya yang gantaian ngejar si Jantan, aaaah dasar Kucing... Darto menggerutu sendirianHUS_HUSDarto menggesah kedua Kucing itu, dia tidak ingin tidur istrinya terganggu, nampaknya kedua Kucing itu tidak bergeming, bahkan kini saling berhadap-hadapan, dengan suara khas Kucing Honry, ““waduh rayuan si Jantan sudah mengena nih, wah jangan sampai kawin disini deh... emang Hotel... “ Darto memercikkan air, dan efektif, kedua Kucing itu lari,“Berdosa nggak yah, memutus tali silaturohmi begitu” terlintas dipikiran Darto begitu, hihihi dia terkekeh sendiri dengan pemikirann
Darto semakin jengah dengan tingkah gadis tak tahu malu ini“Mas Jangan malu-malu, kita melakukannya diam-diam” ucap gadis itu dengan suara yang mendayu niat sekali menggoda DartoDarto tersenyum miring “Maaf mbak, anda bukan selera saya” tandas Darto sangat tegas dan berlalu dari situ“What...!” gadis itu menggeram sendiriDarto berlari masuk ke kamar, dia bergidik dengan gadis genit itu, “amit-amit kog ya ada gadis nggak tahu malu kayak gitu”Dilihatnya Ninik masih tidur, didekatinya Ninik dan ikut berbaring dissampingnya, tiba2 Ninik menggeliat, dirasakan disampingnya ada tubuh seseorang membuatnya membuka mata“Eh Mas... ikutan tidur” suaranya serak khas bangun tidur,“Iya” boleh khan,Tanpa berkata-kata Ninik memeluk Darto, mereka terlelap***Mobil sudah berhenti sempurna di garasi mobil rumah Darto, sudah saatnya Darto memboyong Ninik, setelah
Sepeninggal Ayah Ibu dan Kak Jaka, kini tinggal berdua, Ninik terlihat matanya masih sembab, Darto merangkul sambil mengelus-elus pundaknya,“yuk kita masuk...” ucap Darto lembut“Setiap minggu kita akan mengujungi Ayah Ibu, kan dekat saja,” hibur Darto,“Iya Bi... “ Ninik segera beranjak masuk diikuti oleh Darto,Usai Maghrib dan menjalankan kewajiban Muslim, mereka berdua Nonton TV, sambil menunggu Isak,“Mau kemana Humairah...?” seru Darto sambil mencekal tangan Ninik“Mau masak Bi, untuk makan Malam...” sahut Ninik“Tidak usah masak, nanati kita beli di luar aja, sambil jalan-jalan” Darto menarik Tangan Ninik sampai terhuyung jatuh di pangkuan Darto, Ninik yang langsing, dan tingginya hanya sepundak Darto terasa mungil de dekapan Darto“Ih Bi... kita belum sholat Isak...!” seru Ninik“Lha... kita memang mau ngapain...” uja
“Ini dia minuman hangatnya Bi... cepet diminum biar mengurangi capeknya” ucap Ninik “Memangnya kalau Habisudah nggak capek sudah seger, trus ngapain...” timpal Darto menggoda, dia mengabaikan Mayang saat Ninik datang mendekat membawa minuman “Habi berbisik-bisik sama siapa?” tanya Ninik tanpa ekspresi apapun, datar saja, Tapi Darto yang blingsatan, “Oh_eh_ anu itu tadi Habi Cuma comentar acara TV itu lho, kog ada suami kayak gitu, menyia-nyiakan istrinya yang baik” jawab Darto sedikit gugup, dia merasa sudah berhati-hati kog ya ketahuan saja, pikir Darto Ninik menoleh ke layar TV, dia mengernyit “Acaranya balap Motor GP kenapa bahas sinetron Bi?” tanya Ninik heran “Eh_ya, tadi Humairah... sudah aku ganti, habis nyebelin...” sangkal Darto gugup “Oh...” bibir Ninik mengerucut “Eh sudah Isak, Sholat gih,” perut udah keroncongan nih Bi” uajar Ninik marajuk manja, dia libur gak Sholat, karena dia sedang halangan, biasanya di
Ninik yang kaget sontak mendirikan badannya, kepalanya melewati pundak Dasrto, Matanya mendelik, mengamati sesuatu yang di bawah ban Motor depan, setelah dia mengetahui, Ninik turun, dia menjimpit tengkuk binatang itu, di gendong di tangannya, Darto mengamati saja tingkah Ninik “Aduh sayang kenapa sendirian malam-malam, dimana indukmu,” Ucap Ninik penuh kasih, dia tolah-toleh melihat sekeliling, dimana ibuknya berada, di lihatnya induknya di kejauhan sedang mengamati anaknya yang digendong Ninik MEONG_MENONG kucing itu mengeong keliahtannya mencari induknya, Ninik ingin membawanya pulang, tapi Kucing sekecil ini masih butuh induknya, dia belum bisa merawat kucing dengan usia yang masih sangat kecil, belum punya ilmunya, Ninik mendekati Kucing besar yang sedari menagamati mereka, kemudian menyerahkan Kucing kecil itu, sepertinya induknya mengerti maksud Ninik, dia segera menghampiri anaknya, menjepit dengan giginya, kemudian menghilang di rerimbunan bunga 
BRUAKKAku terkejut, dan hanya diam tak bergerak, aku tidak tahu apa yang terjadi, meja sedikit bergeser bersamaan dengan suara bruak tadi, apa Mayang jatuh?, kalaupun aku hendak menolong, menolong bagaimana?“Yang, apa yang terjadi?” tanyaku pada mayang, masih dengan mode suara pelan<Bang... kenapa aku tidak bisa menyentuh Abang?>Aku mengernyit membacanya,“Mengapa memang?” tanyaku merasa heran dan penasaran<Aku juga tidak tahu bang, setiap akan menyentuh Abang, aku seperti terkena setrrum>Tentu aku juga tidak mengerti dengan yang dikatakan Mayang, ada apa dengan diriku sekarang, dulu Mayang begitu mudah menyentuk aku, sekarang?“Aku juga tidak mengeri Yang,” apa sebaiknya kamu pergi saja dari sini, bukan aku mengusirmu, tapi kamu tahu kan posisiku,<Bang aku tidak mau pergi darimu, aku akan berusaha mencari cara untuk bisa kembali menyentuhmu>“Tida
Aku mendongak, Pintu kamar ku terbuka, aku yang duduk Tafakkur di lantai di tangga paling bawah dapat melihat langsung pintu kamar, aku terkejut melihat ke arah pintu kamar, aku terbengong, mataku mengikuti gerakan sosok itu“Bi_bi_bi!” Ninik berlari turun ke bawah menghampiriku, lalu mendekapku yang duduk di lantai dengan keadaan kacau“Habi kenapa? Ada apa teriak-teriak...” tuturnya dengan panik dan khawatir,Aku masih melotot tak percaya dengan apa yang ada dihadapanku“Kamu kemana Humairah...saat bangun aku tidak melihatmu, kucari seluruh ruangan juga tidak ada” aku tangkupkan tanganku di kedua sisi wajahnya, menatapnya terlihat buram, mungkin ada genangan air mata disana jadi tidak dapat melihat dengan jernih“Aku lagi di kamar mandi Bi...” jawab Ninik santai“Lalu saat aku panggil-panggil kenapa nggak jawab, aku jadi parno sendiri tadi” kata aku sambil mengelus pipinya