Share

Pengakuan Amel

Author: Dediya
last update Huling Na-update: 2024-02-23 13:07:07

“Gak, Mas! Untuk apa? Untuk aku dihina lagi sama ibu dan kakakmu? Gak, Mas! Gak mau lagi aku ke sana kalau hanya untuk dihina. Sudah cukup selama ini aku menahannya.” Kutatap wajah Amel dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Oh Tuhan … separah itukah keluargaku berbuat pada istri dan anakku? Seandainya aku tidak mau percaya pun sudah banyak yang mengatakan tentang kelakuan mereka pada istriku. 

“Tapi, Mel, kita harus tau apa tujuan mereka melakukan ini semua pada keluarga kecil kita,” ucapku dengan suara sedikit lirih sebab semakin banyak pasang mata yang melihat ke arah kami. Terpaksa aku menarik tangan Amel untuk sedikit menjauh dari tempat ini. 

Awalnya Amel menolak, tetapi tenagaku jelas lebih kuat dibanding dirinya hingga akhirnya Amel tidak menolak untuk kubawa sedikit menyingkir dari tempat semula. 

“Mel please, ikut aku ke rumah ibu dan Mbak Sita. Biar kita tau apa maksud mereka melakukan ini semua.”

“Apa lagi? Jelas mereka melakukan ini semua karena ketidaksukaan mereka padaku. Mereka menginginkanku bercerai denganmu, Mas. Mereka tidak sudi memiliki menantu dan ipar dengan kasta rendahan sepertiku dan mereka tidak sudi punya cucu dan keponakan dari rahim wanita rendahan sepertiku.”

Aku menatap nanar wajah wanita yang sangat kucintai. Sedalam itukah rasa benci keluargaku pada Amel dan Arka? Padahal yang kutahu selama ini Amel itu menantu dan ipar yang penurut. Setiap ada acara besar pasti Amel yang paling utama membantu di belakang. Setiap aku melarangnya dan ikut gabung di depan pasti Amel selalu menolakku dengan mengatakan kalau dia ingin membantu tenaga. Dan pada saat itu baik Ibu maupun mbak Sita juga bersikap baik pada Amel. Namun, baru kutahu ternyata hati mereka busuk. 

“Yasudah kalau begitu, biar nanti aku yang ke sana. Kalau begitu mending sekarang kita pulang. Yuk, kasihan Arka kepanasan begini. Lihat tuh rambutnya sampai merah.”

“Ini juga terpaksa kali, Mas, kalau aku tinggal Arka di rumah siapa yang akan menjaganya? Semua orang punya kesibukan masing-masing. Terpaksa aku membawanya ikut serta.”

“Yasudah maafin aku ya, sekarang kita pulang. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu.”

“Tentang apa? Tentang keluargamu? Bukankah kamu dan keluargamu sama saja? Kalian sekongkol.”

Aku menggeleng kepala dengan cepat. 

“Tuduhanmu itu tidak benar, Amel. Aku tidak pernah berlaku seperti itu. Selama ini … ayolah sebaiknya kita pulang dulu. Selain kasihan Arka juga gak enak urusan rumah tangga kita didengar orang. Lihat semua orang menatap kita di sini sejak tadi.” 

Amel tampak menghela napas dan pada akhirnya ia menyetujui ucapanku. Kami pun berjalan menuju rumah kontrakan yang selama ini ditinggali Amel dan tempat bernaung selama aku pulang ke kota ini. 

“Mas tunggu!”

“Ada apa?”

“Barang-barang bekas yang aku kumpulkan. Nanti diambil orang.” Saat Amel akan berbalik badan dan meninggalkanku, cepat kucegah dengan menggenggam tangannya. 

“Tidak usah, Sayang, mulai detik ini tidak akan kubiarkan kamu memulung lagi. Biarkan saja diambil orang. Anggap saja sedekah padanya.”

“Tapi ….”

“Please, kamu masih menjadi istri yang baik dan penurut kan? Tolong ikuti ucapanku.” Lagi-lagi terdengar hembusan napas lalu Amel mengangguk. Dan kami pun akhirnya berjalan menuju ke rumah. 

Sesampainya di rumah kubiarkan Amel dan Arka bersih-bersih badan sedangkan aku sudah memesan makanan lewat delivery dan sebentar lagi pasti akan datang. 

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pesananku datang. Saat itu juga Amel tampak sudah selesai mandi sebab dia baru keluar dari kamar dan berganti pakaian. 

Tunggu ….

Berganti pakaian? Kupindai tubuh Amel dari atas hingga bawah. Keningku dibuat berkerut pasalnya baju yng digunakan menurutku gak ada bedanya dengan baju yang ia kenakan saat memulung tadi. 

“Kenapa ngeliatin aku sampe sebegitunya?” tanyanya dengan dahi berkerut menatapku. 

“Bukankah aku membelikanmu banyak baju selama ini? Kenapa kamu pakai baju banyak tembelan begitu?”

“Semua baju-baju yng jamu belikan buatku diambil mbak Sita. Karena katanya aku tidak pantas pakai baju bagus. Makanya dia ambil karena kebetulan badan kita sama jadi dia bilang baju-baju itu cocok buatnya.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Ending

    “Siapa mereka? Kok tiba-tiba ada di depan rumahku? Apa jangan-jangan … ah tidak mungkin, bukankah tidak ada satu pun yang tahu tentang aku dan anakku? Dan tidak mungkin mas Fahmi yang mengadukan aku ke polisi.” Pikiran Sita menjadi kacau seketika. Sita belum mau membukakan pintu sebab dia masih ragu akan keselamatannya di mana dia juga seorang diri, tidak ada orang lain di rumahnya. “Permisi, Ibu Sita!” Kembali Sita mendengar suara pintu rumah diketuk dan namanya juga disebut oleh salah satu dari mereka. “Duh gimana ini, aku belum siap menghadapi mereka. Dan nggak mungkin mas Fahmi mengadukan semuanya ke polisi, aku ini kan ibunya Rifki aku juga berhak atas anakku.” Tubuh Sita seperti gemetaran. Dia tidak bisa berpikir dengan tenang. Di sekeliling rumahnya pun sudah banyak orang yang memperhatikan seakan ingin tau apa lagi yang terjadi dengan Sita. Karena tidak kunjung dibuka, kedua orang itu menanyakan ke tetangga Sita yang bernama Reni.“Apa Ibu Sita ada di rumahnya?” “Seper

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Siapa yang datang?

    Di perjalanan pulang, Fahmi berniat untuk mendatangi Sita di rumahnya sebab dia tidak menemukan mantan istrinya itu saat menjemput anaknya di jalan tadi. Namun, Bu Tini melarangnya.“Sebaiknya kita langsung pulang saja, percuma kalau kamu ribut dengannya sudah pasti kamu yang kalah. Ibu tau persis watak dan kelicikan mantan istrimu itu. Dia nggak akan semudah itu untuk mengakui kesalahannya,” titah Bu Tini pada Fahmi yang tengah fokus mengendarai sepeda motornya.“Tapi, Bu, aku harus membuat perhitungan dengannya. aku ini juga ayahnya Rifku, aku jelas nggak akan terima kalau anakku disakiti dengan cara seperti ini, Bu.” “Ibu mengerti perasaanmu, tapi kita harus cari waktu yang tepat untuk melawannya, percayalah akan tiba saatnya untuk kita bisa menang melawan Sita. Tapi yang pasti tidak sekarang” Mendengar perkataan sang Ibu, Fahmi akhirnya mengurungkan niatnya untuk melabrak Sita, dan terus melajukan sepeda motornya menuju rumah.Bu Tini sebenarnya tidak ingin terjadi sesuatu pada

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Membawa Rifki pulang

    Kesabaran Bu Tini akhirnya membuahkan hasil, apa yang dia pikirkan terjawab sudah. Semua jawabannya sudah di depan mata, hanya saja dia tidak habis pikir anak seusia Rifki kok ada di tempat keramaian seperti ini. Entah di mana Sita, karena wanita itu tidak tampak batang hidungnya. Bu Tini merasakan shock saat anak yang dia lihat ternyata benar Rifki meski awalnya dia sudah mengantisipasi. Tanpa berpikir lagi, wanita tua itu langsung memeluk cucunya dengan erat. Fahmi yang melihat dari kejauhan mulai melangkah dan mendekati sang anak. Alangkah terkejutnya dia sebab anaknya yang seharusnya berada di rumah bersama Ibunya, tetapi sekarang justru berada di tempat seperti itu. Rasa bersalah bercampur dengan emosi menyatu dalam diri Fahmi, karena dia seorang ayah seharusnya melindungi, tetapi malah seperti menelantarkan anaknya. Tentu saja luapan kemarahannya tertuju pada Sita.“Rifki, kenapa kamu ada di sini, Nak?” tanya Bu Tini pada Rifki.“Nenek, aku … hmm … aku di sini sama Ibu,”

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Akhirnya bertemu Rifki

    Tak sabar rasanya, Bu Tini ingin sekali kembali ke tempat itu, di mana dia melihat sosok Rifki yang tengah digandeng oleh seseorang dengan pakaian yang sangat lusuh. Tidurnya pun menjadi tidak nyenyak dan tidak tenang selalu dibayang-bayangi kehadiran cucunya. Entah kenapa, Bu Tini tidak ada menaruh rasa percaya pada Sita sedikit pun. ***Keesokan harinya, Bu Tini kembali mengajak dan mendesak Fahmi untuk diantarkan kembali ke simpang lampu merah tempat dia melihat sosok Rifki pertama kali. keyakinan serta rasa penasarannya pada sosok anak kecil itu begitu kuat. “Ibu yakin mau ke situ lagi? Apa nggak kita ke rumah Sita aja terlebih dahulu?” Fahmi sengaja mengalihkan apa yang ada di pikiran Ibunya, setidaknya keinginan Ibunya itu hanya mau bertemu dengan Rifki.“Enggak! Ibu mau kamu juga ikut cari tau apa yang terjadi pada anakmu, memangnya kamu tidak penasaran apa? Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Rifki kamu juga tidak akan Ibu maafkan, ngerti kamu!?” sentak Bu Tini pada Fahmi.

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Rencana Bu Tini dan Fami

    Entah kenapa Bu tini punya firasat kalau yang dia lihat adalah betul Rifki, tetapi dia harus lebih memastikan kalau dugaannya benar. Perhatiannya tidak lepas dari anak yang sangat mirip dengan cucunya itu.“Eh eh, berhenti Fahmi,” ucap Bu Tini sambil menepuk bahu Fahmi yang sedang fokus melihat jalan. “Iya ada apa sih, Bu?” Fahmi menoleh pada Ibunya.“Coba deh kamu lihat anak itu, sepertinya tidak asing bagi Ibu, fisiknya sangat mirip dengan Rifki.” Fahmi menoleh ke arah yang ditunjuk bu Tini. Dia menajamkan penglihatannya. Meski menurut Fahmi memang mirip, tetapi masa iya anaknya afa di tempat seperti itu? “Ah, negak mungkin itu Rifki, Ibu salah lihat kali. Nggak mungkin anakku jadi pengemis.” Pandangan Fahmi juga tidak lepas dari sosok anak yang dia lihat, tetapi dia belum percaya kalau itu adalah anaknya. Pasalnya anak itu terlihat sedang meminta-minta di sekitar lampu merah bersama seorang perempuan paruh baya. Fahmi berusaha meyakinkan kalau Bu Tini kalau dia hanya salah l

  • BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG   Keresahan Bu Tini

    Percakapan Amel dan Ibu markonah didengar oleh Ibu-Ibu yang lainnya yang juga lagi belanja di warung tempat langganan mereka. Wajar saja karena setiap pagi adalah waktu untuk membeli bahan untuk dimasak setiap harinya. Begitu juga dengan Amel yang sudah menjadi kegiatannya setiap hari. Ditambah dia harus mengurus sang mertua.Bu markonah tampak kesal karena diminta harus melunasi hutangnya terlebih dahulu jika mau pinjam uang lagi. Apalagi di depan orang banyak, tentunya dia merasa sangat malu jika yang lain pada tahu kalau dirinya punya hutang pada warga baru seperti Amel. Padahal selama ini dia selalu menghina Amel miskin hanya karena tampilannya yang sederhana. “Ck, halah duit segitu aja diminta terus, kayak orang susah. Katanya orang kaya masa hutang nggak seberapa diributin, nggak malu apa?” ujar Bu Markonah dengan expresi wajah mengejek. Dia berusaha membalikan keadaan seolah Amel yang menjadi penyebab keributan.“loh-loh ada apa ini, Mel?” tanya Mila sambil mendekati Amel.“i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status