Bab 12: Kebenaran

"Yang saya butuhkan hanyalah 'ya' atau 'tidak'. Saya ingin jawaban."

Saat dia berbicara, ekspresi Qin Chu menjadi sangat dingin.

“Chu, kami melakukannya untuk kebaikanmu sendiri. Lagipula itu semua di masa lalu. Hanya ..." Qin Chu berdiri sebelum Nyonya Qin bahkan memiliki kesempatan untuk menyelesaikannya.

"Aku tahu itu."

Dia sudah mendapatkan jawaban yang dia butuhkan dari nada bicara ibunya. Setelah mengharapkan ini selama ini, Qin Chu bangkit. Tanpa sepatah kata pun, dia berjalan ke lantai atas menuju kamarnya di lantai dua.

"Chu, makanlah sebelum kamu naik ke atas untuk beristirahat," Nyonya Qin memanggil sosok putranya yang mundur, prihatin dengan kesejahteraannya.

Namun, alih-alih jawaban, yang dia dapatkan hanyalah pemandangan punggung putranya yang mengerikan.

“Yumin… Chu… he… bisakah dia masih terpaku pada gadis sialan itu? Sudah lama sekali, dan sekarang dia akhirnya pulang. Ah, semoga tidak terjadi apa-apa lagi. Bagaimana menurut anda?" Nyonya Qin agak terguncang oleh sikap putranya.

Sudah tujuh tahun, dan putranya akhirnya kembali ke negara itu. Dia benar-benar tidak ingin hal-hal menjadi buruk di antara mereka seperti sebelumnya, semua karena seorang wanita.

"Lupakan saja. Dia sudah dewasa sekarang dan bisa membuat keputusan sendiri.” Dengan itu, Qin Yumin mengambil sumpitnya dan mulai makan dengan marah.

Qin Chu kembali ke kamarnya. Mengambil ponselnya, dia memutar nomor.

"Periksa sesuatu untuk saya sesegera mungkin," katanya dan kemudian segera menutup telepon.

Kemudian, dia perlahan membuka salah satu laci dan mengeluarkan foto yang menguning.

Ada seorang gadis di foto dengan kuncir kuda. Dia cantik dan memiliki fitur wajah yang berbeda. Sepasang lesung pipit yang muncul saat dia tersenyum sangat menggemaskan.

Fakta bahwa dia mengenakan seragam sekolah longgar tidak membuatnya kurang cantik.

“Mian, aku sangat merindukanmu.”

Dia berbicara dengan suara rendah dan serak seperti pria yang sedang jatuh cinta.

Ingatannya menelusuri kembali ke adegan di foto, diambil tujuh tahun lalu.

Langit biru, awan putih, halaman sekolah, dan… gadis yang dicintainya.

Pagi selanjutnya -

Huo Mian bangun pagi-pagi dan naik bus ke rumah sakit tempat dia bekerja. Setelah dia selesai mengerjakan tugasnya sendiri, dia mengambil sup tulang babi yang dia buat pagi itu dan pergi mencari Ning Zhiyuan. Dia ingin menjelaskan kepadanya apa yang terjadi kemarin.

Di Departemen Oftalmologi Rawat Jalan –

Ketika Huo Mian masuk, dia menemukan He Man, salah satu perawat, dengan hati-hati membalut luka di dahi Ning Zhiyuan.

“Ya ampun, bagaimana ini bisa terjadi, Dokter Ning? Bagaimana kamu bisa begitu ceroboh?" Suara perawat wanita itu bernada tinggi secara artifisial, dengan cara yang membuat orang tidak nyaman.

"Zhiyuan," Huo Mian memanggil dengan lembut di dekat pintu.

Keduanya berbalik menghadapnya. Ekspresi Ning Zhiyuan kosong saat tatapannya tertuju pada Huo Mian. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.

“Ah, Huo Mian, kamu di sini. Kalian berdua pergi dan mengobrol, aku akan pergi. ”

“Jangan pergi.” Ning Zhiyuan tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih He Man. “Selesaikan penambalan lukaku.”

"Dokter Ning, um ... kamu harus benar-benar membiarkan pacarmu merawatmu," kata He Man sambil tertawa canggung.

Huo Mian ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum dia bisa, dia mendengar Ning Zhiyuan meludahkan kata demi kata, "Dia bukan pacarku lagi."

"Apa katamu?" Huo Mian sedikit mengernyit.

"Aku bilang, kita putus kemarin. Kamu bukan pacarku lagi, dan aku tidak layak menjadi pacar kelas atas sepertimu. Jadi mengapa Anda tidak mencari mantan pacar Anda yang super kaya? Dia memiliki mobil mewah dan rumah mewah, dan saya hanya seorang dokter yang miskin. Anda akan merugikan diri sendiri jika Anda terus tinggal bersama saya! ” Nada suara Ning Zhiyuan merajuk.

Huo Mian menarik napas dalam-dalam. "Zhiyuan," katanya, ekspresinya tenang, "Aku datang ke sini hari ini untuk menjelaskan apa yang terjadi tadi malam."

bersambung....