Share

Bab 17. Merenungi Diri

Pawana-pun kemudian minta diri. Mula-mula dimasukkannya kudanya ke kandang. Sementara pembantu rumah itu dengan heran melihat kuda itu dari ujung kepalanya sampai ke ujung ekornya.

“Kenapa?” bertanya Pawana.

“Kuda itu lebih besar dari kuda-kuda yang pernah aku lihat.” jawab anak itu.

“Besarnya tidak banyak berselisih. Tetapi kau lihat perbedaan lainnya?” bertanya Pawana.

“Kau bangga mempunyai kuda itu?” tiba-tiba saja anak itu bertanya.

“Tentu. Tetapi kau belum menjawab pertanyaanku.”

“Apa bedanya yang penting selain ujud yang lebih besar” bertanya Pawana pula.

“Kuda ini tegar dan nampaknya sangat kuat” jawab anak itu.

“Bagus” gumam Pawana, “ternyata kau dapat mengenali pula.”

“Marilah” tiba-tiba saja anak itu mengajak, “kita lihat pliridan kita. Mungkin aku belum sepenuhnya membuat pliridan itu pulih seperti semula.”

“Kau bawa cangkul” berkata Pawana kemudian.

“Kau mau enak-enak melenggang dan aku yang harus membawa cangkul?” bertanya anak itu.

Pawana tertawa. Katanya, “Jangan berkica
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status