Share

BAB 2 PUTRI DINGIN DAN PANGERAN MISTERIUS

“Apa maksudnya?” Maryam berusaha memastikan dan ia bisa melihat senyum pria itu.

“Saya gak masalah dengan apapun dan bisa menerimanya, karena saya hanya ingin menikah.. denganmu.”

Deg.

Maryam tiba-tiba merasakan desiran aneh di hatinya.

Kenapa pria itu begitu bertekad untuk menikahi Maryam?

“Maryam! Kita harus bicara!”

Sebelum Maryam mendapat jawaban, sang ibu sudah menarik Maryam ke dalam kamar dengan raut wajah yang tidak pernah ia lihat.

Bukan ini yang Maryam harapkan.

“Maryam.. apa itu alasannya.. kamu gak mau nikah selama ini?” tanya Ibu Maryam dengan suara bergetar dan air mata yang terpupuk di matanya.

Ini pertama kalinya Maryam melihat ibunya seperti itu, karena biasanya sang ibu selalu terlihat galak bahkan lebih dari ayahnya.

Maryam belum menjawab, saat sang ibu memeluknya erat dengan air mata berlinang. “Maaf.. karena Ibu gak tahu apa-apa dan maksa kamu.. dengan semua ini..”

Kali ini, ada perasaan mendidih yang menguasai hati Maryam, seolah semua kemarahan dan kesedihan yang ia tekan dalam-dalam, keluar begitu saja tanpa peringatan.

Maryam teringat lagi saat 5 tahun lalu ia pulang ke rumah orang tuanya di pelosok Jakarta, dalam keadaan suram yang membuat khawatir semua orang.

Maryam hanya berkata bahwa ia telah dipecat dari pekerjaannya sebagai Asisten Manajer di Hotel Aiden Sinaga Village. Tidak ada yang tahu bahwa alasan pemecatan itu adalah skandal kotor yang melibatkan dirinya.

Saat itu, Maryam ditugaskan oleh manajernya untuk mengirim layanan hotel pada tamu penting mereka yang merupakan salah satu petinggi dari perusahaan pemilik hotel tersebut. Namun, begitu memasuki kamar, Maryam justru disetubuhi oleh pria di kamar itu secara paksa dan brutal tanpa bisa ia hentikan.

Keesokan harinya saat Maryam seharusnya dipromosikan sebagai manajer, video mereka yang diambil diam-diam tiba-tiba tersebar dan Maryam akhirnya dipecat, karena dituduh menggoda orang penting yang juga sudah beristri, hingga dianggap menodai citra hotel mereka.

Usai hidup dan mimpinya dihancurkan oleh pria itu, Maryam hanya bisa kembali ke kampung halamannya setelah terus mendapat penolakan karena skandal tersebut.

Tanpa bisa mengatakan apapun, Maryam hidup menutup diri dari dunia luar selama 5 tahun, sambil bekerja seadanya sebagai penulis lepas dan merawat ayahnya yang mengalami kecelakaan setelah pemecatan Maryam, sebelum bisa dirawat di rumah sakit.

Namun, kini Maryam terpaksa harus membongkar aibnya sendiri, demi terlepas dari hubungan dengan kaum pria yang masih memenjarakannya dalam trauma. Sementara Ibu Maryam yang tidak tahu apapun, akhirnya menyadari kebenarannya.

“Maryam.. Ibu tahu pasti susah untuk percaya lagi dengan orang, apalagi kamu mungkin masih terluka karena mereka. Tapi kamu harus yakin sama diri kamu sendiri, kalau kamu udah jauh lebih kuat dari sebelumnya. Jadi.. bisakah sekarang kamu melupakan semua itu dan memulai hidup baru bersama orang yang mau menerima kamu?”

Maryam selalu berpikir bahwa hatinya sudah dingin, karena ia bahkan tidak pernah menangis selama 5 tahun ia memendam semua lukanya. Namun, begitu mendengar suara bergetar ibunya, air mata tanpa sadar mengalir deras membanjiri wajahnya.

Maryam tidak tahu bahwa ternyata hatinya masih begitu terluka dengan semua peristiwa yang ia pikir sudah ia lupakan.

Lantas, apa kini Maryam sudah benar-benar bisa terlepas dari semua luka itu, bersama pria tidak dikenalnya yang berkata bahwa ia bersedia menerima Maryam?

***

Maryam memutuskan untuk keluar dari penjara yang ia buat sendiri.

Setelah sebulan berpikir ulang, Maryam yang juga ingin lepas dari luka yang menahannya, memilih untuk menerima perjodohan tersebut. Apalagi karena Maryam juga tidak sanggup menolak permintaan terakhir sang ayah yang ingin melihatnya menikah sebelum ia meninggal.

Sebenarnya, masih terasa aneh bagi Maryam untuk berpikir bahwa pria berumur 23 tahun itu, akan menjadi suami untuknya yang sudah menginjak kepala tiga ini. Tapi, mungkin itu adalah takdir mereka.

Meskipun mereka harus menghadapi berbagai ucapan tidak mengenakan lagi, karena perbedaan umur yang jauh serta rumor aneh seputar identitas Wildan yang misterius.

Banyak yang berpikir bahwa Wildan yang cukup tertutup mungkin mantan napi, karena ia memiliki banyak bekas luka di tubuhnya, termasuk luka sayatan di pelipis wajah yang tidak disadari Maryam. Ada juga yang berkata bahwa Wildan mungkin tergabung dalam kelompok preman yang menguasai pasar.

Walaupun begitu, Maryam memilih untuk tetap menikah, karena ia sudah memutuskan dan orang tuanya juga lebih mempercayai Wildan daripada omongan orang-orang.

Dengan begitu, pernikahan mereka pun resmi digelar sebulan kemudian tanpa hambatan dan Maryam berhasil menghadapi traumanya.

“Hiduplah dengan bahagia sekarang ya, Maryam..” ucap Ibu Maryam dengan mata berkaca-kaca sambil memeluknya, usai resepsi pernikahan sederhana mereka berakhir sore itu.

“Jaga putriku dengan baik ya.” Sedangkan Ayah Maryam tak luput berpesan pada Wildan sambil memegang tangannya dari kursi roda, diikuti anggukan Wildan.

Begitu semua orang pergi, Maryam yang masih diliputi berbagai perasaan asing setelah resmi jadi istri seseorang, mendapat sentuhan hangat dari Wildan sang suami yang menggenggam tangannya erat.

“Sekarang, kamu akan tinggal bersamaku, Maryam..”

Wildan memang sudah berbicara sebelumnya, bahwa ia ingin membawa Maryam tinggal di rumahnya setelah mereka resmi menikah dan Maryam serta orang tuanya menyetujui itu. Namun, sesuatu yang tidak Maryam harapkan justru terjadi. Sesuatu yang benar-benar jauh di luar nalarnya.

“Kenapa kamu bawa aku ke sini? Bukannya kita bakal tinggal di rumah kamu di desa itu?” tanya Maryam heran, saat Wildan justru menghentikan mobil sewaan mereka di depan sebuah istana megah yang hanya Maryam lihat di televisi.

Maryam tentu berpikir bahwa rumah Wildan adalah rumah sederhana yang sama seperti rumahnya, mengingat Wildan hanya bekerja sebagai penjaga rumah sakit tempat Ayah Maryam dirawat. Tapi rumah ini..?

Wildan hanya tersenyum misterius seperti biasa, sambil membuka pintu mobil dan menggandeng Maryam keluar dari sana, bagai sang pangeran yang hendak membawa sang putri untuk memasuki istana mereka.

Begitu pintu pagar tinggi menjulang dibuka, Maryam bisa melihat rumah dengan halaman luas yang tidak bisa ditangkap seluruh matanya. Lalu, saat mereka sampai di depan pintu rumah dan membukanya, orang-orang yang Maryam kenali ada di hadapan mereka.

Keluarga Sinaga pemilik Sinaga Group, perusahaan konglomerat properti terbesar di Indonesia, berdiri di depan Maryam sekarang.

Tapi, kenapa Wildan membawa Maryam ke sini?

Tidak mungkin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status