Share

BAB 7 MALAM BERGEJOLAK

“Jangan lupa pesta malam ini!” teriak Yoga saat Wildan dan Maryam baru memasuki kamar mereka.

“Apa kamu baik-baik aja? Kenapa diam aja dari tadi?” tanya Wildan kembali bersikap hangat, sambil membuka jas dari tubuhnya, menyisakan kemeja putih yang cukup basah oleh keringat dan noda lipstik di kerahnya.

Noda lipstik?!

Maryam terbelalak, menyadari bahwa noda lipstik berwarna kecokelatan itu sama dengan warna lipstik yang digunakan Nadia tadi.

Tidak mungkin.

Maryam masih berusaha menyangkal semua kecurigaan yang sulit dihindari.

Maryam tidak mungkin langsung menuduh mereka bermain di belakangnya hanya karena hal tersebut 'kan?

“Kemana saja kamu tadi?” Maryam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan tenang agar tidak memancing pertengkaran.

“Pekerjaan.” Tapi Wildan hanya menjawab singkat, membuat Maryam mengepalkan tangannya.

Maryam benar-benar tidak mengerti.

Terkadang Wildan hangat dan manis, tapi tiba-tiba bisa sangat misterius dan tertutup, seolah tidak ingin memberitahu Maryam tentang dirinya. Padahal Maryam ingin mengenal Wildan karena ia sudah menjadi istrinya.

Jadi kenapa..?

“Begitu? Terus, apa wanita itu kenalanmu di sini?” Maryam tidak lagi ragu, karena ia pikir ia memiliki hak untuk tahu.

“Kenalan Bang Yoga lebih tepatnya.” Namun Wildan kembali menjawab seadanya, sambil membuka jam tangan dan duduk di sofa.

“Tapi kalian pernah bersama?”

Wildan sempat terdiam tanpa perubahan ekspresi, seolah sudah memprediksi pertanyaan tersebut dari Maryam. “Benar, tapi..”

Wildan menengadahkan kepalanya pada Maryam yang masih berdiri, lalu tiba-tiba menarik Maryam ke pangkuannya, mengejutkan Maryam yang tidak memperkirakan itu.

“Apa itu penting, padahal kita yang bersama sekarang?”

Deg.

Lagi-lagi, Wildan menggunakan senyum manisnya untuk meluluhkan Maryam.

Apa dia ingin Maryam berhenti bertanya tentang mereka?

Maryam menyerah. Tidak ada jawaban yang bisa ia dapatkan jika terus seperti ini. Mungkin ia harus mencari tahu semuanya nanti.

“Kalau tentang pesta, apa maksudnya?” tanya Maryam lagi, saat Wildan sudah melingkarkan tangannya di pinggang kecil Maryam.

“Pesta perayaan untuk Nadia.. sebagai pemilik baru hotel ini..” gumam Wildan acuh tak acuh, sambil menyentuh tengkuk Maryam dengan bibirnya.

Ada sensasi hangat menggelikan yang tidak pernah Maryam rasakan sebelumnya.

Apa yang sedang Wildan lakukan?

Maryam hampir teralihkan.

“Apa kamu akan datang?” Maryam mencoba menyadarkan Wildan, tapi tangan Wildan mulai meraba-raba pinggang dan perut Maryam dengan lembut, seolah tidak sabar untuk menyentuh mereka yang tersembunyi di balik pakaian Maryam.

Maryam mulai kembali merasa merinding dan panas di sekujur tubuhnya.

Ah.. sekarang mereka sedang bulan madu ya?

Maryam mengingat lagi malam pengantin mereka kemarin yang berakhir tanpa terjadi apapun, karena Maryam langsung tertidur kelelahan. Jadi, mungkin itu sebabnya Wildan bersikap seperti ini sekarang..

“Aku ingin bersamamu..” gumam Wildan yang masih menyentuh tubuh Maryam perlahan-lahan dengan tangan dan bibirnya yang sudah panas, seakan sedang berusaha keras menahan gejolak yang sulit ditolak dalam dirinya. “Apa kamu ingin aku pergi ke sana?”

Maryam tertegun sesaat. Ingin berkata tidak, tapi apa itu jawaban yang terbaik?

Wildan yang menunggu jawaban Maryam, menengadahkan kepalanya lagi yang sempat terkubur di tengkuk Maryam.

Wildan bisa melihat wajah Maryam dari dekat dan tanpa sadar mengatakan sesuatu yang tak terduga.

“Apa aku boleh menciummu?”

APA?!

Maryam seketika menoleh, hingga hidung mereka beradu dan Maryam bisa merasakan napas Wildan di wajahnya.

Wildan sekarang adalah suami Maryam dan Maryam adalah istri Wildan. Tapi, apa Maryam bisa menjalani malam pertama mereka sebagai suami istri, setelah pengalaman buruk 5 tahun lalu yang merenggut kesuciannya?

Maryam memang masih takut karena kejadian buruk itu masih menghantuinya hingga kini. Meskipun begitu, Maryam tidak bisa mundur lagi. Apalagi, jika ia ingin mempertahankan statusnya sebagai istri Wildan dan membuat Wildan tidak bisa meninggalkan Maryam.

Jadi, Maryam pun mencium bibir Wildan seperti keinginannya. Mungkin dengan begitu, Wildan juga bisa melupakan Nadia, jika ternyata mereka memang bermain di belakangnya tadi.

“Maryam..”

Mendengar Wildan memanggil nama Maryam setelah ia memberikan ciuman singkat itu padanya, membuat Maryam merasa sedikit lega. Itu berarti, Maryam berhasil menyingkirkan Nadia dari pikiran Wildan. Namun, tindakan Maryam tersebut mungkin malah membuatnya dalam bahaya.

Sebab, Wildan langsung menghempas Maryam ke sofa dan mencumbunya dengan ganas, seperti harimau yang sedang melahap mangsanya.

Wildan?

Maryam tidak bisa berkutik dengan kekuatan layaknya monster yang keluar dari suaminya ini. Wildan yang sebelumnya lembut, hangat dan selalu berhati-hati, sekarang menjadi harimau ganas yang bisa menyerang siapapun tanpa cela.

“T—Tunggu..” Bahkan saat Maryam mencoba menghentikan Wildan yang mencumbunya dengan keras hingga ia kehabisan napas, Wildan seolah telah kehilangan kendali untuk berhenti.

Alhasil, seiring dengan matahari yang mulai terbenam, Maryam dan Wildan pun semakin terbenam dalam tubuh masing-masing yang sudah panas tanpa sehelai kain yang menghalangi, menyambut malam bergejolak mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status