Masuk"Mama sudah datang! Tunggu sebentar, Ma, Tania buatkan minuman hangat dulu," ujar Tania ramah, lalu kembali ke dapur.
Inilah kesempatan Mama Tyas menyerahkan 'aset' rahasia itu dengan aman. Ia bergegas mendekati Ryan.
"Ryan, ini isinya ramuan untuk tiga hari pertama, dosis penuh. Jangan lupa atur waktu istirahatmu. Mama jamin, Tania tidak akan bisa bangkit dari ranjang," bisik Mama Tyas, matanya berbinar penuh rahasia.
"Siap, Ma. Ryan akan laksanakan misi dengan sukses!" Ryan berbisik balik, menyeringai penuh percaya diri.
"Oh, ya. Ini ada sedikit vitamin tambahan," Mama Tyas menyerahkan botol kecil. "Minum ini dua jam sebelum 'pertempuran' dimulai. Dijamin kamu bisa maraton sampai pagi."
Saat Tania kembali dengan dua cangkir teh, Mama Tyas dan Ryan sudah duduk santai.
"Ini, Ma, teh lemon madu hangat," kata Tania sambil menyajikan.
"Terim
Ara Sukma dan teman-temannya, Raffi, Dendy, dan Sinta, akhirnya berhasil menyelesaikan perjalanan kuliah mereka dengan sukses. Sidang skripsi mereka menjadi penanda akhir dari masa-masa indah di perguruan tinggi. Kini, terbuka di depan mereka dengan berbagai pilihan dan impian yang siap dikejar.Saat mereka berkumpul di salah satu kafe kesayangan mereka untuk merayakan pencapaian ini, perbincangan pun beralih ke masa depan."Kalian sudah punya rencana setelah ini?" tanya Raffi, ekspresi penuh semangat.Dendy memandang keluar jendela, merenung sejenak. "Aku berencana mencari pekerjaan terlebih dahulu. Keluargaku telah memberikan dukungan besar selama kuliah, dan sekarang saatnya aku berkontribusi."Sinta mengangguk setuju. "Aku juga akan mencari pekerjaan. Selain itu, ada beberapa kursus pendek yang ingin kucoba untuk meningkatkan keterampilanku."Semua mata tertuju pada Ara, yang
Di tengah kehangatan keluarga, Ara Sukma merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk membicarakan sesuatu yang telah lama mengganjal hatinya. Ia duduk di ruang keluarga bersama kedua orangtuanya, Ryan dan Tania, sambil memegang secangkir teh hangat."Ayah, Ibu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap Ara dengan nada serius.Ryan dan Tania saling pandang, lalu mengangguk. "Tentu, Nak. Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ryan.Ara menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai. "Jadi, seperti yang kalian tahu, aku dekat dengan Raffi dan Dendy di kampus. Tetapi, belakangan ini aku merasa seperti dihadapkan pada situasi yang sulit."Ryan dan Tania mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi Ara kesempatan untuk berbicara."Aku menyadari bahwa baik Raffi maupun Dendy memiliki perasaan khusus terhadapku," lanjut Ara. "Dan, aku merasa sangat bingung. Aku suka Raffi, tetapi di saat yang s
Hari-hari di kampus semakin membawa kedekatan di antara Ara, Sinta, Dendy, dan Raffi semakin mendalam. Mereka menjadi sahabat-sahabat yang tidak hanya bersama di dalam kelas, tetapi juga berbagi waktu di luar kampus. Setiap akhir pekan, mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah itu untuk belajar bersama atau sekadar jalan-jalan.Namun, di tengah persahabatan yang begitu akrab, perasaan yang lebih dalam mulai tumbuh di antara beberapa dari mereka. Terutama di antara Ara dan Raffi. Mereka menjadi semakin dekat, saling menemani saat lembur mengerjakan tugas kuliah, berbagi cerita di taman kampus, hingga mendukung satu sama lain dalam kesulitan akademis.Ara merasa kenyamanan yang berbeda saat bersama Raffi. Matanya, senyumnya, dan suaranya mampu membuat hatinya berdebar lebih kencang. Namun, ia tidak menyadari perasaan Raffi yang semakin tumbuh untuknya. Di sisi lain, Dendy juga memiliki perasaan terhadap Ara, meskipun lebih diam-diam.
Beberapa tahun telah berlalu sejak perjalanan panjang Ryan dan Tania dalam membangun kehidupan bersama. Ara Sukma, putri semata wayang mereka, telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, cerdas, dan penuh semangat. Hari itu, di sebuah gedung yang megah, mereka berkumpul untuk merayakan momen penting dalam hidup Ara: wisuda SMA.Ryan dan Tania duduk di antara para tamu yang hadir, wajah mereka berbinar-binar penuh kebanggaan dan harap-harap cemas. Mereka tak sabar ingin melihat Ara di panggung, mengenakan toga dan topi wisuda. Hati mereka penuh kebahagiaan, karena mereka tahu betapa kerasnya Ara bekerja selama ini untuk mencapai prestasi yang gemilang.Suasana di ruangan itu penuh dengan semangat. Musik berhenti saat pembawa acara mengumumkan tiba-tiba, "Dan sekarang, mari kita sambut para siswa lulusan terbaik dari angkatan ini!" Sorak-sorai dan tepuk tangan riuh mengiringi para siswa yang berjalan dengan bangga menuju panggung. Dan di a
Pukul 4 pagi, suara adzan subuh bergema lembut di udara. Di dalam kamar yang tenang, Maya merasakan pelukan hangat Setyo yang masih lelap. Meskipun matahari belum menyinari langit, namun Maya sudah merasa segar dan terjaga. Ia memutuskan untuk bangun perlahan, tak ingin mengganggu Setyo yang masih tidur nyenyak.Maya menggeser perlahan tangan Setyo yang terletak di pinggangnya dan beranjak dari tempat tidur. Cahaya bulan yang redup menyinari kamar, menciptakan suasana tenang. Dengan langkah hati-hati, Maya berjalan menuju jendela dan membukanya sedikit. Udara segar subuh menyapa wajahnya, membuatnya merasa lebih segar.Ia menatap langit yang masih gelap, dipenuhi oleh gemerlap bintang-bintang. Pemandangan seperti ini selalu membuatnya merasa dekat dengan alam dan semesta. Ia menghela nafas dalam, merasa bersyukur atas segala kebahagiaan dan kedamaian yang ia miliki saat ini.Saat ia berbalik untuk kembali ke tempat tidur
Disaat Tania merengkuh kebahagiaan dengan telah berhasil mendapatkan kembali Ryan yang sesungguhnya, di tempat lain Maya pun merasakan hal yang tak jauh beda ditambah lagi dengan kehadiran bayi Raffi di tengah-tengah keluarga mereka. Setyo nampak makin sayang kepada Maya yang telah memberinya anak kedua setelah Tasya dari istrinya yang pertama.Hari-hari berikutnya diisi dengan momen-momen indah bersama Maya dan Setyo bergantian merawat dan menjaga bayi Raffi kecil ini. Meskipun ada tantangan dan keterbatasan, mereka merasa begitu bahagia dengan keluarga yang mereka bangun bersama.Kehadiran Raffi semakin memperkuat hubungan Maya dan Setyo. Mereka bekerja sama dalam merawat dan mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang. Tania dan Ryan, yang juga telah memiliki bayi mereka sendiri, sering berkunjung dan bertukar cerita tentang peran sebagai orang tua.Suatu hari, di tengah canda tawa anak-anak yang r







