LOGINGiselle, seorang gadis muda yang haus akan kasih sayang akibat perceraian kedua orang tuanya. Hingga terjebak dalam hubungan yang tidak tulus dengan seorang pria yang sudah beristri bernama Axel dan pura-pura mencintainya hanya untuk memiliki keturunan yang tidak bisa didapatkan dari istrinya. Apakah Giselle bisa keluar dari belenggu cinta palsu yang akan menghancurkannya, atau justru sebaliknya Axel yang akan terjebak dalam permainannya sendiri?
View MoreAxel keluar dari mobil mewahnya dan dengan gagahnya masuk dalam sebuah klub malam diikuti oleh asisten pribadinya dari belakang.
Ini merupakan hal yang biasa baginya, saat ia sudah mulai jenuh dengan semua kesibukannya sebagai seorang pimpinan perusahaan terbesar di kota tersebut. Dengan menyilangkan kakinya, ia duduk di sofa ruang VIP, sambil menikmati minuman memabukkan dan suara musik DJ yang memecah keheningan klub malam tersebut. Seorang wanita malam telah datang menghampirinya dan mencoba menggodanya. Namun nampaknya Axel kurang nyaman dengan kehadiran wanita tersebut. hingga ia menyuruh asisten pribadinya agar membawanya jauh-jauh dari dirinya. “David, singkirkan wanita ini dariku!” titah Axel yang sedikit sedikit menggeser duduknya. David pun mengangguk. “Baik, Tuan.” David beranjak dari duduknya dan sedikit menarik tangan wanita itu dengan perasaan heran, karena biasanya tuanya itu senang bermain-main dengan wanita malam. Mau tidak mau wanita itupun mengikuti David menjauh dari Axel. “Malam ini jangan mengganggu Tuan Axel, kalau kamu nggak mau kena amukannya!” ucap David memperingatkan. “Baik, Tuan," jawab wanita itu dengan menunduk, kemudian bergegas meninggalkan tempat tersebut. Setelah memastikan jika wanita malam itu tidak lagi terlihat, David pun bergegas kembali ke menghampiri Axel dan menemani tuannya yang tengah minum, tapi ia tidak boleh ikut mabuk supaya bisa tetap menjaganya. Axel memicingkan matanya, saat melihat seorang gadis muda tidak jauh dari tempatnya duduk, tengah asyik ngobrol bersama dengan tiga gadis lainnya yang usianya mungkin sama dengan gadis tersebut. Ia menarik nafasnya berusaha tidak tergoda dengan gadis tersebut dan fokus pada minuman yang dipegangnya. Gadis yang dari tadi menarik perhatian Axel itu tidak lain adalah Giselle dan teman-temannya yang telah menghabiskan malam minggunya di tempat tersebut. Meskipun usia Giselle baru 18 tahun dan belum memenuhi syarat masuk tempat itu, tapi karena adanya uang, maka dengan mudahnya masuk tanpa ada yang menghalanginya, begitu pula dengan teman-temannya. Malam semakin larut, Gisella dan Kiara sudah mabuk berat. Kedua temanya juga sudah pulang dan meninggalkan mereka berdua. “Gis, kita pulang yuk,” ajak Kiara, yang telah beranjak dari duduknya dengan sempoyongan. “Ayo." Giselle juga beranjak dari duduknya. Mereka berdua berjalan dengan sempoyongan menuju parkiran mobil, sambil ngoceh dan entah apa yang dibahas, sesekali mereka berdua juga tertawa. Di parkiran, Kiara masuk dalam mobilnya dan duduk di balik setir kemudi, sedangkan Giselle masih berada di luar. “Gis, buruan naik!” titah Kiara, yang meletakkan kepalanya di atas setir kemudi mobilnya. “Iya-iya, tunggu sebentar. Bawel!” sahut Giselle dengan sempoyongan, sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing, akibat kebanyakan meneguk minuman memabukkan Dalam keadaan mabuk berat, Giselle justru membuka pintu mobil di sebelahnya, tanpa menyadari jika itu bukanlah mobil Kiara, melainkan mobil orang lain. Tentu saja pria yang duduk santai di kursi penumpang, yang tidak lain adalah Axel itu terkejut dengan adanya Giselle yang tiba-tiba saja duduk disampingnya. “Kamu!” pekik Axel, yang tidak sepenuhnya mabuk sehingga bisa mengenali Giselle. “Ki, cepat jalan kepalaku pusing nih,” ucap Giselle, sambil menepuk-nepuk bahu Axel yang dikira adalah Kiara. David yang duduk di depan telah menoleh memandang kebelakang. ia juga terkejut mendapati seorang gadis duduk disamping tuannya. “Tuan, siapa gadis itu dan kenapa ada dimobil kita?" tanya David heran. “Aku gak tau, kayaknya dia salah mobil!” jawab Axel, yang telah menatap lekat Giselle. “Bukankah gadis ini yang ada di ruang VIP tadi ya?” tanya David. “Hemmm...." “Astaga, kemana teman-temannya? Kenapa meninggalkan dia sendirian?” tanya David, heran. “Sudahlah, percuma kita cari teman-temannya. Sekarang ayo kita pulang aja. Kepalaku pusing banget.” Axel menyandarkan kepala di sandaran kursi mobilnya dan membiarkan bahunya dipakai Giselle begitu saja berada disampingnya. “Apa? Anda mau membawa dia pulang?” David sangat terkejut dengan keputusan Axel barusan. Ia bisa bayangkan bagaimana ngamuknya istri Axel kalau sampai membawa seorang wanita pulang ke rumah. “Bawa dia ke apartemen!” titah Axel. David bernafas lega setelah Axel menyebut apartemen dan David pun segera menyuruh sopirnya menjalankan mobilnya. Dalam perjalanan, Giselle muntah-muntah dan itu mengenai jas yang dipakai oleh Axel. “OMG!” kesal Axel, yang menatap tajam Giselle. Ia segera melepaskan jas yang dipakainya dengan jijik dan memberikannya pada David. “Buang jas itu!” “Baik, Tuan.” David mengambilnya dan meletakkan di bawahnya, kemudian kembali duduk santai dengan pandangan lurus ke depan. Mobil yang ditumpangi mereka melaju dengan kencang memecah keheningan malam yang semakin larut, menuju sebuah apartemen milik Axel. Sesampainya di sana, Axel menyuruh David membopong Giselle, karena sudah tertidur pulas. Axel melangkah menuju unit apartemen miliknya diikuti David yang berjalan di belakangnya, sambil membopong Giselle. “Kamu tidurkan saja dia di kamar!” titah Axel, sambil membuka pintu kamarnya. “Baik, Tuan.” Davit masuk dalam kamar dan dengan pelan menidurkan Giselle di ranjang yang begitu luas dan mewah milik Axel, karena apartemen itu hanya ada satu tempat tidur. “Tuan, apa malam ini Anda tidak pulang?” tanya David, setelah selesai menyelimuti Giselle. “Tidak." “Tapi Nyonya pasti menunggu kepulangan Anda." David mencoba mengingat Axel. “Nanti aku telepon dia, kalau ada pekerjaan dadakan yang nggak bisa di tunda," jawab Axel, yang duduk di samping Giselle, sambil melepaskan sepatunya. “Baik, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu lagi sebelum saya pulang?” tanya David sebelum meninggal kamar. “Tidak ada dan jangan bilang siapa-siapa kalau ada dia disini!” jawab Axel, mengingatkan David agar tidak bocor pada istrinya. “Siap, Tuan. Saya permisi," pamit David. Axel hanya mengangguk dan dengan cepat David meninggalkan kamar apartemen tersebut. Setelah kepergian David, Axel meletakkan sepatunya di tempatnya, lalu mengambil ponselnya dan menghubungi istrinya agar tidak menunggunya pulang. Kini ia duduk di sofa dekat ranjang, sambil mengamati Giselle yang terlelap dalam tidurnya. “Aku nggak tau kenapa dari pertama kali aku melihatnya dia begitu menarik perhatianku. Ada apa denganku? Apa mungkin aku sudah mulai jenuh dengan keadaan yang gini-gini aja?” gumam Axel dengan tatapan tak lepas dari Giselle. bahkan pria berusia 35 tahun itu kini membayangkan pernikahannya bersama istrinya yang sudah berjalan kurang lebih tiga belas tahun dan belum juga memiliki keturunan. Beruntung semua keluarganya tidak menuntutnya segera memiliki anak sehingga ia dan istrinya tidak merasa terbebani dengan semua itu. Namun ada kalanya ia juga menginginkan seorang anak yang menyambutnya bersama istrinya, saat ia pulang bekerja. Meskipun tidak memiliki keturunan, tapi Axel tidak ingin periksa ke dokter. Ia takut kecewa jika dirinya sendirilah yang mandul. Ia mengusap wajahnya kasar berusaha menyingkirkan semua bayangan tentang rumah tangganya bersama Alina dan fokus pada Giselle. “Dia cantik, berkulit putih dan bersih, bodinya juga menarik. Bahkan barang-barang yang dipakai semuanya bermerek dan mahal. aku yakin dia pasti buka dari kalangan menengah kebawah?” gumam Axel, yang mengamati Giselle. Axel melangkah menghampirinya dan duduk disampingnya. Tatapan matanya terus tertuju pada Giselle, bahkan dengan lembut telah membelai pipinya memakai punggung jari telunjuknya, seraya tersenyum penuh arti.Sepulang sekolah, Giselle langsung pergi ke apartemen milik Axel dan tidak memintanya untuk menjemputnya. Disanalah ia baru memintanya agar segera datang menemuinya.Sambil menunggu Axel datang, Giselle terus saja kepikiran tentang perkataan Kiara. Awalnya ia tidak mau mengambil pusing tentang hal itu, tapi lama-lama menganggu pikirannya dan akhirnya memutuskan buat menanyakan siapa wanita yang dilihat Kiara di mall kemarin.Lima belas menit kemudian, pintu apartemen telah terbuka, tampaklah Axel masuk dengan bibir yang menyunggingkan senyum manisnya memandang Giselle yang sedang duduk di sofa.“Baby, kamu kenapa tumben banget nggak mau di jemput dan pengen aku datang kesini?” tanya Axel, yang telah membelai lembut kepala Giselle.“Maaf, aku telah menganggu pekerjaanmu, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu dan ini penting supaya aku tidak kepikiran.”Axel mengerutkan keningnya menatap Giselle, sambil d
Di dalam kelas, sambil menunggu guru masuk dalam ruangan, mereka semua ngobrol bersama teman-temannya masing-masing, termasuk Giselle dan Kiara.Mereka berdua ngobrol dengan santai, sampai akhirnya Kiara mengingat sesuatu yang dilihatnya kemarin sore saat berada di mall.Sesaat ia ragu untuk mengatakan semua itu, tapi sebagai sahabat ia tidak bisa diam saja.“Oh, iya. Kamu kan udah pacaran sama Om Axel nih, apa kamu pernah dikenalkan sama keluarganya atau kakaknya gitu?” tanya Kiara, yang menyipitkan matanya penuh selidik.Giselle merasa aneh karena tiba-tiba saja sahabatnya itu menanyakan hal tersebut padanya. “Memangnya kenapa?”“Nggak ada apa-apa, cuma penasaran aja,” jawab Kiara yang tersenyum tipis.“Aku memang belum pernah diperkenalkan sama orang tuanya, tapi dia pernah bilang anak tunggal.” Kiara mengangguk pelan dan kembali merasa ragu untuk memberitahu kalau kemarin sore diri
Kali ini Axel tidak menyetir mobilnya sendiri, sehingga ia bisa leluasa memeluk Giselle yang tengah menyandarkan kepalanya di bahunya.“Baby, maaf kalau hari ini kita hanya bisa makan siang dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, soalnya Papa aku memintaku segera pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan,” ucap Axel, yang membelai lembut kepala Giselle.“Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga pengen istirahat, rasanya badanku capek semua setelah pulang dari bandung kemarin,” jawab Giselle, yang semakin mengeratkan pelukannya.“Oke, kita makan siang dulu setelah itu kamu pulang dan istirahat.”“Ya.”Kali ini Axel berbohong dengan Giselle, karena akan cepat pulang supaya bisa mematahkan kecurigaan dan dugaan Alina tentang perselingkuhannya.Dengan demikian Alina berhenti mencurigainya dan hubungannya dengan Giselle tetap aman. Bukan karena ia takut kehilangan A
Setelah kepergian David, Alina kembali ke kamarnya. Meskipun ia merasa sakit hati atas kabar perselingkuhan suaminya, tapi ia masih menyiapkan baju ganti buat suaminya seperti biasanya.Sepuluh menit kemudian, Axel keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.“Mas, kamu malam ini mau makan apa?” tanya Alina, duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamarnya.“Aku ikut apa yang kamu inginkan,” jawab Axel, sambil memakai bajunya.Alina mengangguk dan tidak berbicara apapun lagi, ia masih berpikir bagaimana caranya mengetahui wanita simpanan suaminya itu.‘Oke, daripada pusing-pusing mendingan aku ikuti saja kemanapun dia pergi. Setelah aku tau siapa dia, awas aja. Bakal aku labrak tuh anak ingusan yang berani-beraninya menggoda suamiku!’ batin Alina dengan tekad yang kuat, sedangkan kedua tangannya mengepal.Selesai ganti baju, Axel menghampiri Alina dan duduk disampi
Memikirkan apa yang dikatakan teman-teman arisannya, membuat Alina merasa kecewa. Suami yang dibanggakan dan dicintai kini dibicarakan oleh banyak orang, karena hubungannya dengan seorang gadis remaja.“Apa aku cari informasi dari David aja ya, tentang semua kebenaran ini? Eh, tapi kalaupun dia tau pasti tidak akan membocorkannya padaku dan aku yakin itu,” gumam Alina bimbang.Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan kalau suaminya akan mengkhianati cintanya dan mencari wanita lain. Namun kini ia mendapatkan kabar kalau suaminya memiliki wanita idaman lain.Sebagai wanita ia paham kalau dirinya bukanlah wanita yang sempurna, karena belum bisa memberikan keturunan, tapi ia juga tidak mau diselingkuhi seperti ini. “Aku harus cari tau siapa wanita simpanannya. Setelah itu, baru aku akan pikirkan langkah selanjutnya,” gumam Alina dengan mengepalkan tangannya menahan amarahnya.Ia turun dari ranjang dan mencari sesuatu
Di dalam mobil, Raka sibuk membaca koran, sambil menunggu Giselle pulang sekolah, namun kegiatan itu terhenti saat ponselnya berbunyi.Ia segera mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia tersenyum, ketika mengetahui kalau ibunya lah yang menghubunginya. Dengan segera ia pun mengangkatnya.“Halo, Ibu. Ada apa?” tanya Raka, setelah berhasil mengangkat teleponnya.“Halo, Raka. Kau lihat ini!” ucap laki-laki yang menelponnya memakai ponsel ibunya dan mengalihkan panggilannya menjadi video call.Dengan cepat Raka menerima peralihan dari panggilan suara menjadi video call. Ia terkejut dengan mata membulat sempurna, melihat ibu dan adiknya disekap di gudang belakang rumahnya dengan tangan terikat ke belakang.“Hai, kalian siapa? Lepaskan ibu dan adikku!” teriak Raka.“Kalau kau mau mereka berdua selamat, temui aku disini!” kata pria bertopeng itu.“Oke, aku kesana sekarang juga da












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments