Beranda / Romansa / BOS & HIS SECRETARY / 3. Lady Fox; Adora Carina

Share

3. Lady Fox; Adora Carina

last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-05 23:15:48

***

"Perkenalkan nama saya Adora."

Sebenarnya Benjamin paling benci sama pesta penjamuan, atau apapun bentuk pesta lainnya; seperti pesta penerimaan mahasiswa baru, perayaan kenaikan jabatan, ataupun penerimaan karyawan baru. Karena hal itu hanya membuang waktu Benjamin secara percuma.

Seperti hari ini.

Setelah hampir setengah jam kepala Divisi memaksa Benjamin untuk ikut bergabung dalam pesta penjamuan karyawan baru, akhirnya Benjamin mau-tidak mau menuruti kemauan kepala divisinya.

Benjamin duduk di sudut meja yang tak terjamah, menontoni para senior yang duduk dan minum dengan santai sembari melemparkan candaan kepada karyawan perempuan yang usianya lebih muda. Dalam hati, Benjamin mendecih saat melihat pemandangan itu.

Pesta penjamuan hanyalah akal bulus para senior untuk berbuat seenaknya; menggoda para karyawan perempuan dengan dalih senioritas.

Benjamin memutar bola matanya ---mengalihkan pandangan dari penampakan di sekitarnya.

Tangannya kemudian mengambil satu gelas di depannya, menegak minuman yang tersedia di gelas itu sampai habis tak bersisa dalam satu tegukan. Benjamin kemudian dengan kasar menaruh kembali gelasnya. Matanya menelusur, memeriksa sekitar sampai suatu suara menarik perhatiannya.

"Mau tambah minumannya lagi, Senior?"

Mendengar hal itu, Benjamin melemparkan pandangannya ke arah sumber suara dan dirinya terpaku pada perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan muda itu tersenyum lebar seraya membawa sebotol minuman alkohol di tangan, membuat Benjamin mengarahkan gelasnya ke arah perempuan muda itu. Dengan gesit perempuan muda itu menuangkan minuman alkohol ke dalam gelas Benjamin.

Benjamin menerima tuangan dari gadis itu dan meminum minumannya dengan baik. Setelah meminum minumannya, Benjamin kemudian melemparkan pertanyaan pada perempuan muda itu. Perempuan yang menjadi pusat perhatian dalam acara ini---si bintang utama.

"Siapa namamu tadi?" Tanya Benjamin yang tak membuat perempuan itu tersinggung karena mengingat beberapa menit lalu perempuan itu berdiri di tengah-tengah meja untuk memperkenalkan dirinya.

"Adora, Senior."

Senior?

Benjamin mendengkus, menertawakan panggilan yang dibuat perempuan bernama Adora itu kepadanya.

Benjamin kemudian memerhatikan penampilan Adora dari atas sampai bawah, tak jauh berbeda dari gadis kebanyakan. Adora memiliki selera fashion yang cenderung Feminin---dengan blouse putih serta rok bahan berwarna pastel. Rambutnya yang panjang menutupi dada dibuat bergaya gelombang cantik. Penampilan Adora sangat memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Termasuk Benjamin.

Mungkin memang itu niatan gadis itu sedari awal---menarik perhatian Benjamin.

"Kamu manggil aku Senior, emangnya kamu enggak tau siapa aku?"

"Maaf?"

Benjamin menggoyangkan gelasnya di udara, "Sori, lupain aja omongan yang tadi."

Toh, cepat atau lambat, Adora akan mengetahui siapa Benjamin dan bersikap seperti para gadis yang selama ini selalu berada di sekitarnya.

.

.

.

.

.

Benjamin menghela napasnya, lantas menaruh tangannya di kepalanya di detik di mana sinar matahari pagi menyelinap masuk ke ruangan pribadi Adora dan mulai menghalau pandangannya. Suara burung di pagi hari berhasil membangunkan Benjamin dari lelapnya. Dan tak lama, Benjamin menutup matanya kembali.

Kegiatan panasnya bersama Adora tadi malam nyatanya sukses melemparkan dirinya ke alam mimpi. Di sana ia mengingat kembali pertemuan awal dirinya dengan Adora. Saat itu Adora masih murni dan bersih, begitu lugu dan lembut, berbeda dengan setelah ia mengenal Benjamin lebih jauh.

Kalau saja Adora tak pernah mengenal Benjamin lebih dalam, mungkin Adora akan masih baik-baik saja sampai saat ini. Adora dapat bertemu dengan pria yang lebih baik, jatuh cinta dan membangun keluarga bersama laki-laki itu, tak perlu berantakan bersama Benjamin.

Ya, seandainya saja memang seperti itu, mungkin Adora akan memiliki akhir bahagia yang diinginkan gadis kebanyakan. Tapi, apakah memang itu yang sebenarnya Benjamin inginkan?

Lamunan Benjamin buyar kala dirinya mendengar suara dering ponsel yang membuatnya membuka kembali matanya. Perlahan Benjamin mendudukkan tubuhnya di ranjang Adora dan mengambil ponsel yang terletak di meja nakas.

Benjamin dapat melihat dengan jelas nama penelpon yang tertera jelas dalam layar ponselnya. Tanpa ragu Benjamin mengangkat sambungan telpon itu.

"Ya, Ma?"

"Dimana kamu sekarang, Ben?"

Benjamin melirik ke sebelah kirinya, nampak Adora masih terlelap tenang dalam tidurnya. Tangan Benjamin lantas mengusap surai Adora yang selembut sutera.

"Maaf, Ma, Benjamin ada perjalanan bisnis tadi malam."

"Perjalanan bisnis di akhir pekan?" Ibu Benjamin tampak meragukan ucapan putranya itu, tetapi beliau memilih untuk percaya pada Benjamin karena bagaimanapun Benjamin sudah dewasa dan dapat menentukan pilihan hidupnya sendiri.

"Baiklah, Nak. Tapi, bisakah kamu menghubungi pihak rumah dulu sebelum kamu pergi? Kamu tahu 'kan betapa cemasnya Fara saat kamu tidak pulang semalam?"

"Maaf, Ma. Ke depannya Benjamin janji bakal menelfon Fara dulu. Benjamin enggak bakal ngulangi kesalahan ini lagi."

"Sudahlah, Benjamin, tidak apa-apa. Nah, Fara, ini Papa, kamu mau bicara dengan Papa, Sayang?"

"Papa, Nek?"

Benjamin tersenyum saat suara gadis mungil terdengar dari sebrang telfon.

"Papa?"

"Iya, Fara, ini Papa. Maaf tidak pulang semalam ya, Sayang."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BOS & HIS SECRETARY   Epilog

    Diari FaraHari ini Fara tahu akhir cerita dari Peri dalam kisah dongeng CinderellaMereka tidak menghilangMereka justru mendapatkan kebahagiaan milik merekaHari ini Peri Fara, Kak Fai-Rina, berbahagia dengan PapaFara senang sekali karena Kak Fai-Rina menjadi Mama Fara"Fara!!"Fara menutup buku diarinya saat mendengar Thalita memanggil namanya."Iya, Nek!""Sini, Sayang! Kita foto bersama!"Mendengar hal itu Fara membawa kaki kecilnya ke luar kamar, sedikit berlari ke arah Adora dan Benjamin yang berada di tengah kapal. Fara kemudian berdiri di antara Benjamin dan Adora.Fotografer yang ada tepat di hadapan Fara pun mengambil jepret gambar. Dalam hitungan ketiga, gambar-gambar terus diambil. Tak ada satupun momen yang terlewati.Setelah beberapa menit kemudian, para keluarga berhamburan. Fara dapat melihat Nenek Thalita dan Nenek Yuni sedang bercengkrama. Mereka terlihat bahagia ketika melemparkan tawa."Fara! Ayok, main!"Kak Nindy menepuk bahu Fara menyadarkan Fara dari lamunann

  • BOS & HIS SECRETARY   80. Akhir - END

    Saat ini jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, acara panggang dan makan bersama juga telah berakhir empat puluh menit lalu. Semua orang yang tadi berpartisipasi dalam acara tersebut juga sudah tertidur di kamar masing-masing dengan perut yang penuh dan perasaan gembira.Namun, hal itu justru berbeda dengan Benjamin dan Adora yang masih betah berada di luar. Keduanya duduk bersama di depan teras rumah Nenek Yuni, menikmati secangkir jahe panas untuk mengusir angin malam yang dingin.Benjamin lantas melirik ke arah Adora yang duduk di sebelahnya, tampak gadis itu sedang menikmati menyeruput jahe hangat yang ada di tangannya. Sesekali Benjamin juga mengedarkan matanya ke arah lain, memandangi langit malam yang kini berhamburan banyaknya bintang yang kelap-kelip, seakan mendukung keadaannya malam ini."Ini adalah malam terakhirku di sini," kata Benjamin yang berhasil menarik perhatian Adora.Adora memandang lirih ke arah Benjamin. Kedua tangannya menggenggam erat gelas, merasakan pa

  • BOS & HIS SECRETARY   79. Saingan Cinta (2)

    Selama dua hari belakang ini, Jason baru merasa untuk pertama kalinya tidak aman di rumahnya sendiri. Bukan karena apa-apa, keberadaan Benjamin begitu mengintimidasinya. Benjamin kerap kali memandangi wajah Jason, bahkan juga tubuh ataupun otot lengan Jason. Jason pikir Jason salah mengira atau sudah melakukan kesalahan kepada Benjamin, maka dari itu Jason menegur Benjamin saat Benjamin sibuk memandanginya."Kenapa? Ada yang salah?"Benjamin hanya memalingkan wajahnya, bersikap seperti ia tidak pernah memandangi tubuh Jason, tetapi beberapa detik setelahnya Benjamin akan kembali sibuk memandangi Jason.Pertama, kedua, ketiga, masih oke. Tapi, kejadian itu terus berulang dalam rentan waktu yang sering, membuat Jason nyaris gila karenanya. Satu-satunya cara hanyalah Jason tidak mengacuhkan keberadaan Benjamin, tetapi Nenek Yuni yang mampir ke toko menegur menarik perhatian Benjamin."Nak Jason, apa boleh Nenek minta tolong untuk membawakan

  • BOS & HIS SECRETARY   78. Rival Cinta

    Benjamin berjalan beriringan dengan Adora. Cuaca siang itu tidak begitu terik sebab pepohonan besar yang menjulang ada di sepanjang bahu jalan, dedaunan yang rimbun dari pohon-pohon itu tentu tidak memberikan celah untuk sinar mentari menembus kulit.Musim panas membiarkan semilir angin menerpa wajah Benjamin, terkadang juga memainkan surai panjang milik Adora, sehingga mereka berkibar di udara—menggoda Benjamin dengan aroma sampo yang digunakan Adora.Lamunan Benjamin buyar kala Adora menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Benjamin melirik sebentar ke arah toko itu. Sekilas toko itu memiliki penampilan toko yang sederhana, tetapi berhasil menciptakan kesan khas keluarga. Adora lantas masuk ke dalam toko bertuliskan Toko Keluarga Jun itu yang tentunya diikuti Benjamin di belakangnya."Permisi~~" Adora menyapa saat tidak ada seorang pun di balik meja kasir.Butuh beberapa menit bagi Benjamin dan Adora menunggu sampai akhirnya figure seorang

  • BOS & HIS SECRETARY   77. Kesempatan (3)

    "Oh iya—" Nenek Yuni melirik ke arah Adora, berusaha mengamati reaksi Adora. Adora memiliki reaksi yang sebelas dua belas dengan milik Nenek Yuni. Keduanya sama-sama bingung ketika menemukan keberadaan Benjamin yang begitu tiba-tiba di hadapan mereka.Akan tetapi, Nenek Yuni menutupi kebingungannya dengan menyambut hangat kedatangan Benjamin."—silakan duduk, Nak Benjamin."Mendengar Nenek Yuni mempersilakannya, Benjamin kemudian menuntun Fara untuk duduk berdekatan dengan Jason yang juga berada di rumah Nenek Yuni. Semua orang di rumah Nenek Yuni menampakkan ekspresi bingung, kecuali Benjamin, Fara, dan Nindy.Adora yang merasa atmosfer canggung pun mendekat ke arah Nenek Yuni dan berbisik, "... Nek, Adora mau ngomong dulu bentar ya sama Pak Benjamin.""Iya."Adora segera berjalan mendekati Benjamin, kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Benjamin. Benjamin tampak tersentak sejenak sebelum akhirnya ia menerima sentu

  • BOS & HIS SECRETARY   76. Kesempatan (2)

    Keesokkan harinya,Setelah menempuh enam jam perjalanan, mobil yang kini membawa Benjamin sudah memasuki area pedesaan yang terasa asing bagi Benjamin dan Fara. Dari dalam mobil, Benjamin dapat melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain di jalanan memutuskan untuk menepi kala mobil Benjamin menyusuri jalanan. Anak-anak itu memandang bingung saat melihat mobil Benjamin melintas melewati mereka.Fara yang duduk di sebelah Benjamin pun terpukau saat melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan desa. Kisaran usia anak-anak itu beragam, mulai dari remaja dewasa sampai juga seusia Fara. Mereka tampak senang bermain permainan sederhana. Pemandangan yang jauh berbeda dengan teman sebaya Fara di sekolah yang sibuk dengan gadget masing-masing ataupun berkutat dengan buku teks yang sangat tebal."Papa, lihat," tunjuk Fara. Benjamin mengikuti arah pandang Fara. "Fara nanti boleh main ya Pah?"Benjamin terdiam sebentar, menimang-nimang sebelum akhirnya

  • BOS & HIS SECRETARY   75. Kesempatan

    Irish sebenarnya malas sekali menghampiri meja Benjamin saat ini, tetapi mau bagaimana lagi, kalau tidak karena Benjamin kemarin, mungkin hubungan Irish dan Noah tidak akan membaik dengan cepat, ditambah karena jasa Benjamin juga lah Noah melamar Irish kemarin. Ya, Irish memang tidak bisa menyangkal adanya tangan Benjamin yang kemarin membantu kisah asmaranya. Jadi, sebagai balasan dari utang budinya, Irish bermaksud mengundang Benjamin ke pernikahannya, meski dalam hati Irish sudah dongkol setengah mati pada atasannya itu.Saat jam istirahat, dengan setengah terpaksa Irish mendekati meja tempat Benjamin makan siang. Benjamin yang menyadari keberadaan Irish pun mengangkat pandangannya, membuat Irish sedikit tersentak kala menemukan pandangan Benjamin begitu datar seakan tidak memiliki kehidupan."P-permisi, Pak—saya ingin memberikan ini," ujar Irish sembari mengulurkan undangan yang ada di tangannya ke Benjamin.Benjamin hanya melirik tanpa penuh

  • BOS & HIS SECRETARY   74. Bunga yang Mengering

    Dua minggu telah berlalu, tentunya banyak hal yang telah berubah seiring berjalannya waktu, tetapi Adora merasa dirinya masih tetap sama. Pikirannya masih jauh nan di sana, meski raganya berada di tempat lain. Adora terus memikirkan kejadian yang sudah lama berlalu. Kejadian yang membuatnya sedikit bingung harus membawa kemana hatinya pergi dan berlabuh."Adora."Di tengah lamunannya yang tak berujung, Adora tersadarkan oleh suara sang nenek yang memanggil namanya.Adora menoleh dan mengulas senyum tipis ke arah neneknya, "Iya, Nek."Nenek Yuni yang baru keluar dari ruang peristirahatannya pun ikut duduk bergabung dengan Adora di depan teras rumah. Sore hari kala itu Adora dan Neneknya memilih untuk menikmati waktu santainya dengan melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan. Anak-anak itu bercanda, berlari, dan berbagi tawa satu sama lain. Adora dapat melihat masa kecil yang indah tercetak jelas pada wajah anak-anak itu."Nenek perh

  • BOS & HIS SECRETARY   73. Akhir dari Segalanya (2)

    Malam harinya,Adora memandangi ponsel di tangannya dengan tatapan gelisah. Berjam-jam sudah berlalu dari kejadian siang tadi, tetapi belum ada satu pun panggilan yang datang dari Benjamin. Jangankan panggilan, pesan pun tidak ada. Hal ini tentu membuat Adora merasa tak karuan. Dadanya berdegup kencang hanya untuk menunggu Benjamin menghubunginya.Kriet ..."Ngapain lo?" Tanya Irish, menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Adora menoleh sebentar sebelum akhirnya melambaikan tangannya, mengusir keberadaan Irish dari kamarnya."Yeh, ya udah gua keluar dulu. Mau ngedate sama Noah. Hati-hati lho sendirian di apartemen, hiiihhh~~ ada hantuu, tatut!"Alih-alih ketakutan dengan jokes receh yang dilempar oleh Irish, Adora lebih memilih mengambil bantal dan melemparnya ke pintu.Duk!Bunyi bantal jatuh diiringi suara pintu ditutup kencang menyambut telinga Adora. Sudah tidak kena Irish, Adora juga harus memungut kembali bantalny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status