Share

2. Sang Heroin; Moira Diatmika

Moira Diatmika, nama yang begitu indah saat dilafalkan, tapi anehnya Adora kurang menyukai gagasan itu. Bukan karena Moira memiliki penampilan yang buruk; seratus persen anak perempuan itu memiliki penampilan menarik yang dapat membuat seluruh mata tertuju kepadanya. Bukan juga karena perangai Moira yang tidak dapat ditoleran, justru sebaliknya, Moira mendapat julukan malaikat tanpa sayap di sekitarnya---cenderung sering dimanfaatkan oleh para senior di tempat kerjanya karena kebaikannya dan membuat Adora selalu merasa jengkel ketika melihatnya.

Apabila dibandingkan dengan Adora, Moira tentu seperti pemeran utama dalam kisah-kisah romansa, yang digambarkan sempurna; memiliki paras rupawan, hati yang baik, dan membuat pemeran utama pria---bahkan seluruh orang jatuh cinta padanya. Sementara itu Adora? Dia bukan apa-apa.

Menjengkelkan.

Berbeda dengan karakter Moira, Adora justru merasa dirinya seperti villain dalam kisah-kisah romansa yang memiliki rasa iri pada Moira hanya karena Benjamin memilih makan bersama dengannya siang tadi. Sejujurnya, ada perasaan yang mengusik dalam dada Adora saat melihat Benjamin bercengkrama dengan Moira tanpa merasa canggung, seperti mereka sudah mengenal satu sama lain dalam jangka waktu yang lama.

Tentu saja Benjamin sebagai direktur muda bukanlah seseorang yang mudah digapai oleh orang-orang di tempat kerja Adora, tetapi sepertinya itu tidak berlaku pada Moira---anak magang yang baru bekerja satu bulan itu. Hal itu tentu membuat orang-orang membicarakan mereka hingga membuat telinga Adora terasa gatal setiap kali orang-orang itu membicarakan Benjamin dan Moira.

Adora ingin membungkam mulut setiap orang yang ditemuinya, tetapi Benjamin adalah perbincangan panas setiap orang. Tentu hal itu adalah suatu hal yang mustahil bagi Adora untuk lakukan, bukan?

Adora menghela napasnya, berusaha menetralisir perasaan yang bergemuruh dalam dadanya. Merasa bodoh sendiri karena pikiran yang mengusik dirinya. Dia datang kepada Benjamin hanya untuk tubuh laki-laki itu. Ya, hanya untuk tubuh laki-laki itu.

Adora melirik Benjamin yang mengemudi di sebelahnya. Satu tangan besar Benjamin berada di kemudi, sementara tangan lainnya bermain di tuas mobil. Benjamin terlihat seksi saat mengemudi mobil, membuat Adora bertanya-tanya dalam hati. Seperti apa tipe ideal Benjamin selama ini?

Apakah seperti Moira yang memiliki citra polos?

Sekali lihat saja Adora dapat menilai Moira adalah tipe submisif yang memerlukan tuntunan Benjamin dalam setiap langkah. Hal ini tentu cocok dengan karakter Benjamin yang suka mendominasi dalam permainan.

Mungkin Benjamin akan menyukai permainan mereka apabila dibandingkan dengan Adora. Tapi, satu hal yang tidak dapat Benjamin peroleh dari Moira adalah.... pengalaman dan sikap gila seperti yang Adora lakukan dengan Benjamin selama ini.

"Sekarang kita udah sampe nih," Ujar Benjamin sembari mematikan mesin mobilnya. Seperti hari kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi, rutinitas Benjamin sepulang bekerja adalah mengantar Adora pulang---memastikan Adora aman dan selamat sampai tempat tinggal, katanya. Sangat baik, bukan?

Di mana lagi kau akan menemukan Bos yang mengantarmu pulang setiap hari? Mungkin saja ada Bos yang khawatir dengan keadaan pegawainya setiap pegawai pulang kerja malam, tapi tidak ada bos yang setiap hari mengantar pegawainya ke tempat tinggalnya.

Inilah kebaikan Benjamin yang selalu Adora terima dan Adora merasa tidak sungkan untuk memanfaatkannya.

Adora bangkit dari duduknya setelah melepas sepatu hak yang dipakainya seharian. Tangannya sengaja mengangkat sedikit rok spannya sehingga memberinya ruang untuk melebarkan kedua kakinya kala ia bertumpu, duduk di atas kedua paha Benjamin.

Benjamin sedikit terperanjat dengan tindakan Adora yang begitu tiba-tiba melakukan serangan. Namun, alih-alih, melemparkan sekretarisnya itu dengan kata-kata seruan karena bertindak seenaknya, Benjamin justru tertawa kecil, membuat pesonanya naik hingga di luar nalar.

"Apa yang saat ini sedang kamu lakukan, Adora?" Tanya Benjamin di sela tawa kecilnya dengan suara husky yang membuatnya tampak seratus persen seksi di mata Adora.

Perilaku Benjamin yang tidak mendorong Adora menjauh ini, Adora anggap sebagai afirmasi bahwa dia dapat melakukan tindakannya lebih jauh lagi, sehingga Adora tak segan-segan untuk mengalungkan satu tangannya di leher Benjamin dan tangan lainnya mengelus wajah Benjamin dengan lembut.

Pandangan Adora terkunci pada mata monolid Benjamin yang indah.

Adora mendengkus saat melihat Benjamin menatapnya dalam, begitu dalam, hingga membuatnya dapat terhanyut kapan saja oleh tatapan itu.

"Apa yang saya lakukan? Apa lagi?" Adora menjawab pertanyaan Benjamin dengan sindiran halusnya. "Tentu saja saya ingin melanjutkan kegiatan kita yang tertunda tadi siang, Pak."

.

.

.

.

Benjamin melepaskan pagutannya pada bibir Adora. Benjamin dapat melihat betapa berantakannya penampilan Adora saat ini, dan sialnya itu karena ulahnya.

Benjamin menggerakkan tangannya untuk merapikan anak-anak rambut Adora yang menguar selagi memerhatikan detil wajah Adora yang terbasuh keringat dan terlihat sangat menggoda.

"Adora," Saat Benjamin memanggilnya, Adora membuka matanya, membuat Benjamin bergerak mendekat, membisikkan kata-kata yang membuat tubuh Adora tersengat listrik karenanya. "Biarkan aku yang melanjutkannya."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status