Share

Kenyataan

Setelah beberapa hari masuk kuliah Lili mulai terbiasa dengan suasana kampusnya serta kebiasaan temen-temennya baik itu dikelas, kantin maupun diluar kampus tidak ada yang benar-benar akrab dengan Lili, karena memang pribadi Lili yang tertutup bahkan untuk masuk UKMpun Lili  tidak ingin namun karena diwajibkan akhirnya Lili memilih untuk masuk UKM PMI alasan Lili memilih UKM PMI kerena papa, mama serta kakaknya seorang dokter hanya dirinya yang tanpa minat namun Lili juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang dokter melalui PMI.

Lili sudah memberitahukan keinginannya pada sang papa tentu saja untuk mengabulkan permintaannya, sang papa membutuhkan waktu mengingat dirinya sama sekali tidak memiliki keahlian dibidang tersebut namun Lili tetap memaksa dan siapa yang tidak luluh dengan rengekannya apalagi sang papa yang begitu sangat menyayanginya. Lili hendak mengetuk daun pintu ruang kerja papanya untuk mengantar surat yang siang tadi sudah dijanjikan sang papa namun karen suara keributan yang berasal dari dalam ruangan membuat Lili mengurungkan niatnya hendak pergi langkahnya terhenti,

“sejak Lili ada, mas berubah” ucap sang wanita sarat akan kesedihan dan kemarahan yang ditahan

“mas tidak berubah Kar” balas oleh sang laki-laki

Lili tahu kedua orang yang sedang berdebat didalam adalah papa dan mamanya

“iya, mas berubah! Perhatian dan kasih sayang mas hanya untuk Lili. Hanya Lili tidak ada untuk orang lain. Cara mas memperlakukannya, cara mas berbicara padanya semua menunjukkan jika mas sudah berubah!” ucap sang mama lantang

“aku ayahnya Kar..apa salah seoarang ayah memberi perhatian dan kasih sayang pada putrinya”

“tidak ada yang salah dengan itu mas! Tapi mas lupa jika mas memiliki dua putri!”

“Kar..mas tidak pernah lupa jika mas punya dua orang putri tapi mas hanya ingin lebih banyak lagi mencurahkan kasih sayang pada Lili yang tidak ia dapatkan dimasa lalu sedangkan Luna ia mendapatkan semuanya dan sekarang Luna bisa hidup mandiri dari kerja kerasnya dan kamu tau bagaimana Lili, tubuhnya lemah, harus terapi dan hidupnya sekarang tergantung pada obat. Lily juga putrimu Kar tolong lebih perhatian padanya ia butuh dukungan dari kita” mohon sang papa pada mamanya

Diam sesaat

Bunyi sesuatu jatuh kelantai terdengar oleh Lili yang berposisi berdiri didepan pintu “maafkan aku mas..aku hanya terlalu takut jika kami harus kehilangan mas. Luna akan kehilangan papanya” terdengar mamanya sudah menangis

“kalian tidak akan kehilangan mas”

Sang mama terlihat mengangguk meski hatinya belum sepenuhnya yakin pada pernyataan

Setelah itu diam Lili tidak mendengar suara apapun lagi namun

Klek.

“Lili?” Hendra terkejut melihat Lili mematung didepan pintu

“kenapa papa dan mama selalu bertengkar karena Lili? Lili tau ini bukan yang pertama kalinya. Apa yang papa sembunyikan dari Lili? Apa yang terjadi dimasalalu dan kenapa Lili...Lili nggak ingat apa-apa” Lili memukul kepala yang berusaha ditahan oleh sang papa untuk menenangkan putrinya

“nggak sayang, papa sama mama nggak bertengkar ya kan ma?” ucap Hendra menjelaskan dan bertanya pada sang isteri yang berjalan kearah pintu menghapus sisa sisa air matanya

“papa bohong!” sentak Lili menyentak tangan sang papa darinya “jelas-jelas Lili dengar dan Lili lihat papa sama mama bertengkar. Apa yang terjadi dulu pa. Kenapa Lili nggak ingat! Auh...” Lili mengaduh dan jatuh kelantai

“Lili..Lili...”

“Lili bangun sayang...Lili!”

“Lili kenapa?” tanya Ronald yang kebetulan datang saat mendengar keributan dan berlari ke lantai atas

“cepat! Panggil Luna... kita akan kerumah sakit” perintah sang papa pada Ronald dan Ronald langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Luna

Dirumah sakit. Sang papa Hendra, sang mama Kartika, Luna dan juga Ronald menunggu dengan rasa cemas karena Lili harus dilarikan keruang ICU tiga jam sudah berlalu namun dokter yang menangani Lili belum juga melaporkan apa yang terjadi pada Lili dan apa tindakan yang diambil “apa sebenarnya yang terjadi Nald?” tanya Luna karena mama dan papanya masih terlihat syok dan hanya Ronald yang tampak waras saat ini dan Luna selalu ingin tahu tentang adiknya

“lo tanya gue, trus gue tanya siapa!” Ronald menjawab acuh

“gue nanya karena gue khawatir sama Lili Nald” Luna mendengus kesal Ronald selalu bersikap keras padanya

“nggak usah muna deh Lun. Kalo lo bener-bener mau tau kenapa Lili bisa sampai kayak gini. Lo tanya aja langsung sama bokap nyokap lo!” setelah mengatakan itu Ronald meninggalkan Luna yang tidak mengerti apa yang telah terjadi dan memilih untuk diam karena Luna juga ingin menjaga perasaan papa dan mamanya jika dirinya menanyakan penyebab Lili pada keadaan seperti ini.

“bagaimana keadaan Lili prof?” tanya Luna langsung melihat dokter keluar dari ruang ICU

“untuk sementara keadaannya stabil sudah bisa dipindah keruang rawat dan untuk detailnya kita masih menunggu hasil lab” jawab sang dokter

“terimakasih prof” ucap Luna

“sama-sama Luna”

Setelah dipindahkan semua orang menunggu Lili dengan cemas apalagi Lili terlihat pucat

“Lili bangun sayang pada disini” ucap Hendra mengusap tangan Lili dan menatap wajah pucat Lili “semuanya salah papa, seharusnya papa yang terbaring disini bukan kamu, bukan” ucap Hendra yang sudah terisak

“mas..” ucap Kartika beranjak dari sofa mengusap punggung Hendra

Hendra mengadah pada Kartika “Lili seperti ini salahku Kar, aku tidak memberinya kehidupan yang layak, aku tidak tidak memenuhi syarat untuk menjadi papanya” tangis Hendra memeluk Kartika

“sstt..kamu adalah papa terbaik yang dimilikinya mas” ucap Karina

“tidak Kar, aku tidak layak menjadi papanya” sanggah Hendra

“mas…” panggil Kartika melepas pelukan mereka dan duduk didepan Hendra “mas adalah papa terbaik yang dimilikinya, mas menyanyanginya seperti putri. Apa yang terjadi dimasalalu kita tidak bisa mengubahnya. Masa kecil Lili kurang beruntung, mas benar saat ini kita akan sama-sama memberikan hal yang tidak di dapat Lili dimasa kecil maafkan aku mas tidak memahamimu” ucapan Kartikan panjang lebar melihat Hendra serapuh ini membuat hatinya sakit

“Kar…” panggil Hendra parau

“aku memang bukan orang baik mas tapi aku akan menjadi ibu terbaik untuk mereka, mas harus percaya itu” lanjut Kartika

Mendengar ucapan penuh keyakinan dari Kartika kini terlihat kelegaan diwajah Hendra yang telah menggenggam erat tangan Kartika “terimakasih Kar, terimakasih” ucap Hendra

Kartika tersenyum dan mengangguk

Diluar ruangan. Luna menatap Ronald

“liat apa lo?”

“gue yang harusnya nanya! Lili kenapa?” tanya Luna

Ronald menarik nafas dalam memejamkan matanya kemudian menatap Luna “gue udah bilang, lo tanya sendiri bokap nyokap lo!”

“gue nggak bisa nanya mereka Nald”

“kenapa nggak bisa! Lo bisa tanya detik ini juga, mereka ada didalam!” tunjuk Ronald keruang rawat  Lili

“lo nggak liat betapa khawatirnya mereka?!”

“khawatir? Omong kosong! Lo percaya mereka khawatir dengan keadaan Lili saat ini sedangkan merekalah penyebabnya?”

“Nald” panggil Luna sebagai tanda peringatan

“kenapa? Lo nggak percaya mereka adalah orang yang menyebabkan Lili sakit seperti ini? Lo gelap mata memuja orangtua lo seolah mereka adalah dewa padahal mereka adalah manusia paling kejam,,”

Plak!

“stop menghakimi orangtua gue! Gimana dengan lo yang bilang bakal bahagiain Lili bahkan lo nggak peduli pada diri lo sendiri. Apa dengan Lili terbaring disini adalah kebahagiaannya, iya? Kenapa lo..lo..terus ngungkit kesalahan orangtua gue? Hah?” setelah pukulan Luna memberi wejangan telak pada Ronald yang saat ini diam seperti batu

“gue tanya sama lo Nald, ini yang lo maksud memberi kebahagiaan Lili?” tanya Luna lagi

“gue pastiin nggak ada orang lagi yang bisa nyakitin Lili” jawab Ronald lalu meninggalkan Luna

Sedangkan Luna membuang nafas memijit pelipisnya dan duduk untuk mengistirahatkan emosi dan fikirannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status