Share

BROKEN HEART
BROKEN HEART
Penulis: maimunahazrai

Kebahagiaan

Banyak yang sering mengeluh jika hari Senin adalah hari terburuk dalam tujuh hari karena orang-orang masih membutuhkan tambahan liburan bukan? Dengan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai oleh weekend akan tetapi, bagi Lili hari Senin lebih tepatnya pagi senin adalah pagi yang paling bahagia menurutnya bagaikan suntikan energi dalam setiap pagi senin, karena keluarganya akan berkumpul dan sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas mereka. Papa, mama dan kakak perempuannya akan sibuk dikantor masing-masing dan hanya dirinya yang akan tinggal dirumah namun pagi ini Lili juga akan melakukan aktifitas pribadinya yang akan memasuki dunia perkuliahan.

“pagi pa, ma, kak Luna!” sapaan dari Lili mengawali sarapan mereka pagi ini. Sarapan dengan menu empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi sangat istimewa dan tentu saja pagi yang sangat sangat sempurna bagi Lili. Hari yang ditunggunya telah tiba setelah berkalang bosan dan kesendirian. Ini hari pertama untuk Lili memasuki semester awalnya jujur saja Lili sangat antusias setelah melakukan masa orientasi yang melelahkan selama saru minggi penuh.

Bahkan selama orientasi Lili tidak memilik cukup waktu untuk istirahat. Berangkat pagi buta dan pulang setelah matahari terbenam belum lagi tugas yang harus ia kerjakan untuk dikumpulkan ke esokan harinya. Jika orang bergelut didunia perkuliahan pasti akan setuju dengan apa yang dikatakan Lili.

“apa sudah minum obat?” kalimat pertama yang tak seharusnya Lili dengar dari Ronald untuk mengawali paginya, seorang sopir yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya tersebut.

“aku tidak ingin menjawab pertanyaan yang akan membuat pagiku berantakan” jawab Lili cepat dan memasang aerphonenya.

“aku bertanya karena aku peduli” ucap Ronald sambil menarik tali earphone kearahnya tentu saja membuat Lili mengeram dan mengambil kasar benda kesayangannya tersebut “justeru karena kamu peduli. Cukup! Peduliian aku kayak gitu” balas Lili dan kembali memasakan aerphonenya

“Lili” panggil Ronald

“debatnya nanti aja” putus Lili menyandarkan punggungnya dan bersidekap

Ronald mengangguk dan mulai menyetir.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka percakapan dan hal itu membuat Lili merasa tidak enak hati karena Ronald selalu baik padanya. Lili membuang nafas kasar menghadap ke samping merenung kenapa mereka selalu berdebat? Tidak bisakah Ronald hanya mengkuti keinginannnya? Bahkan tanpa sadar kini mereka sudah sampai dikampus Lili bergegas meninggalkan Ronald tanpa sepatah katapun.

Meninggalkan Ronald yang tidak menghentikannya Lili tidak langsung masuk keruang kelas melainkan memasuki kantor dosen pembimbing akademiknya, untuk mengambil jadwal kuliah yang sudah dipersiapkan oleh pihak kampus khusus untuk semester awal ini namun Lili mendapati meja dosennya kosong hanya ada tulisan ‘jadwal kuliah diruang 301’ Lili menurut dan menuju ruangan yang diintruksikan tadi namun ruangan sudah dipenuhi oleh beberapa mahasiswa hanya ada satu kursi kosong dan itu tepat berada didepan meja dosennya mau tidak mau Lili harus duduk disana.

“hai..aku Tara” wanita yang memiliki postur tubuh lebih berisi darinya itu mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah

“Lili” menyambut tangan tersebut

“dengar-dengar Prof Sanusi tidak mengajar hari ini” ucap Tara

“Benarkah, lalu kenapa kita ada dikelas?” mendengar itu membuat Tara tertawa sampai menutup mulutnya dengan tangan

“aku juga tidak tahu mungkin ada pengumumuan penting! Ada pemberitahuan digroup” jawab Tara

“oo..aku belum bergabung dalam group. Kalau begitu kita menunggu saja” putus Lili kemudian. Yang diangguki oleh Tara

“selamat pagi semuanya!!!” mendengar itu semua yang ada dikelas membetulkan posisi duduk dan menjawab serentak sapaan tersebut tapi tunggu jika dilihat seksama orang yang didepan mereka saat ini tentu bukan Prof Sanusi terlihat jelas dari segi umurnya membuat seisi kelas heran dan saling berbisik.

“Profesornya masih muda?” spontan Lili bertanya pada Tara tentu saja itu terdengar oleh dosen yang baru saja memberi salam terlihat dari sunggingan senyumannya, Lili menutup mulutnya takut jika orang yang baru masuk itu tersinggung dan Tara juga menyikutnya untuk berhati-hati bicara

“semuanya bisa panggil saya pak Ali atau Ali saja. Disini saya mewakili Prof Sanusi untuk membantu temen-temen sesuai yang diinformasikan beliau melalui group terkait agenda kita hari ini. Karena ini adalah pertemuan perdana jadi semua bisa menanyakan apapun dan saya akan mencoba menjawab sepengetahuan saya. Sebelumnya sebagai informasi lagi Prof Sanusi mendadak berangkat tadi malam beliau sangat menyesal tidak bertemu hari ini beliau juga menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya”

Lili hanya diam entah apa yang dirasakannya saat ini yang jelas ia merasa familiar dengan pengajar yang tengah menanggapi pertanyaan dari teman-temannnya. Lili menatap pak Ali seksama seingat Lili ini untuk pertama kalinya dirinya melihat pak Ali tapi kenapa seolah mereka sudah lama saling mengenal? Lili menggelengkan kepalanya tidak mungkin ya itu mustahil ia mengenal pak Ali sebelum kelas ini dimulai. Setelah kelas dibubarkan Lili mengemasi bukunya dan berjalan keluar namun langkahnya terhenti kala pak Ali memanggilnya.

“pulpenmu terjatuh” ucap pak Ali dengan menyodorkan pulpennya yang bermotif doraemon binatang kesukaannya.

“terimakasih pak” ucap Lili sebagai tanda hormat dan rasa terimakasih lalu dengan cepat keluar dari ruangan ketika hanya mereka berdua tersisa dalam ruangan entah sudah kemana Tara pergi.

“kembali” sayup Lili mendengar suara pak Ali yang menanggapinya

“ya pak, ada yang bisa saya bantu?” Lili berbalik dan bertanya pelan

“saya melupakan sesuatu, untuk menjadi ketua kelas bisa kamu mewakili teman-temanmu?” tanya pak Ali “atau jika keberatan, bisa kasih saya nomer salah satu teman-temanmu? Mungkin sebulan ini saya akan berpartisipasi dikelas” ucap pak Ali lagi

“umm..saya belum bergabung digroup kelas pak” Lili berkata jujur “bagaimana jika saya menulis nomor bapak dan nanti saya akan berbicara dengan Tara” Lili memberikan solusinya pada pak Ali sambil menunjuk ke pintu dimana Tara yang baru saja keluar

“baiklah” ucap pak Ali dan mengulurkan ponselnya pada Lili yang mencatat dibukunya “saya akan senang jika nomor ponsel saya diketahui oleh sedikit orang. Atau hanya kamu saja itu lebih baik” ucap pak Ali menatap Lili

Mendengar itu Lili terdiam sesaat entah kenapa Lili merasa canggung terlebih tidak ada laki-laki yang berdiri sedekat ini dengannya selain Ronald dan sang papa “oo..baiklah pak, akan saya usahakan” ucap Lili lalu bergegas meninggalkan kelas

“ada apa?” Tanya Tara langsung

“hmm..” Lili sedang menimbang teringat perkataan pak Ali tentang untuk tidak berbagi nomor ponselnya “boleh gabungkan saya dengan group kelas?” Tanya Lili memaksakan untuk tersenyum takut jika Tara menemukan tentang keraguannya

“dikira apa? Ayo dikantin aja” jawab Tara dan merangkul Lili untuk pergi kekantin bersama

Sesampainya dikantin Lili terbelalak tidak akan mengira jika akan ada banyak mahasiswa memenuhi kantin pasalnya ini baru pelajaran pertama membuat Lili berhenti dan mundur walaupun sudah melakukan oreintasi mahasiswa tapi orang-orang yang memenuhi kantin saat ini tidak ada yang Lili kenal

“kenapa?” Tanya Tara yang terlihat mengerutkan keningnya

“aa..mm..sepertinya kantin penuh” jawab Lili

Tara tersenyum dan menarik Lili yang hendak kabur langsung memasuki ruang kantin

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status