Share

UKM

Sebagai anggota baru di UKM Lili harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM salah satu kewajibannya adalah mengikuti kelas latihan yang kebetulan  dosen pengampu UKMnya adalah Profesor Sanusi dan tentu saja digantikan oleh pak Ali karena Profesor Sanusi terus menerus bepergian dan bertemu dengan Pak Alipun membuat Lili tidak nyaman, dirinya selalu merasa sakit setiap mereka berdekatan. Lili tidak tahu kenapa dan apa yang harus ia lakukan.

Lili membetulkan letak rambutnya sehingga tanpa ia sadari seseorang didepan sana tengah memperhatikannya intens hingga mata mereka bertemu lalu berinisiatif untuk memutuskan kontak mereka ia harus menghindar. Lili berjalan keluar namun tatapannya kembali bertemu dengan pak Ali yang juga keluar dari ruangan yang sama namun dari pintu yang berbeda Lili kembali masuk keruangan.

“loh Li ada yang ketinggalan?”

“iya, lagi nyari pulpen nih tadi aku selipin dibuku tapi kok nggak ada ya” ucap Lili bingung melihat kebawah meja tempat duduknya tadi

“cari ini?” skak mat. Lili tidak bisa lagi menghindar lebih jauh lagi itu bukan keahliannya namun sesaat matanya melotot yang dibalas nyengiran oleh orang tersebut jelas pulpen yang ia maksud  bukan miliknya.

“terimakasih pak, permisi!”

“kenapa saya merasa kamu menghindari saya?” tanya pak Ali padanya

“saya nggak menghindar dari bapak dan kenapa bapak terganggu kalaupun saya menghindar dari bapak?” Lili menantang berbalik untuk bertanya

“entahlah saya akan kalah jika berdebat dengan kamu”

“pak..saya seorang mahasiswa yang belajar dari nol dan saya nggak mau keberhasilan saya nanti akan dinilai sebelah mata. Jadi tolong bapak jangan sok kenal ataupun dekat dengan saya”

“saya kenal kamu dan saya juga merasa dekat dengan kamu”

“saya nggak mau terlalu dekat dan kenal dengan bapak”

“kenapa?”

“karena..”

“karena?”

“hanya..tidak ingin”

“alasan yang tidak masuk akal, wajarkan dosen dekat dengan mahasiswanya”

“terserah bagaimana pendapat bapak tapi itu tidak berlaku untuk saya” setelah mengatakan itu Lili meninggalkan pak Ali dengan gelengan. Langkah kaki Lili terhenti ingin rasanya berbalik namun itu tidak mungkin.

Dan pak Ali hanya menatap kepergian Lili

Dirumah sakit.

“dokter Ali”

Luna memanggil Ali yang terlihat termenung

“dokter Ali!!” Luna sedikit berteriak

“ya..Luna ada apa?”

“dokter melamun?” tanya Luna

“ah...sedikit. Ada apa?”

“kekantin bersama? melamun lagi?” Luna bertanya keheranan ada yang salah dengan teman seprofesinya tersebut

“maaf-maaf. Kemana tadi?”

“kekantin” tunjuk Luna. Lalu mereka kekantin

“dokter Ali sedang banyak pikiran?”

“ya begitulah”

“apa karen itu?” tunjuk Luna pada pengunjung kantin yang menatap mereka penuh puja. Tampan dan cantik kombinasi yang sangat cocok bahkan seisi rumah sakit mengidamkan jika mereka bersama

“bukan. Menurut kamu kenapa perempuan tidak ingin dekat dengan saya?”

“dokter Ali sedang tidak bencandakan?” Tanya Luna

“saya serius”

“tidak ada perempuan yang tidak ingin dekat dengan dokter”

“masa sih, kamu termasuk ingin dekat dengan saya? Maaf maaf..”

“its ok, kita makan” Luna menjadi salah tingkah dengan apa yang dikatakan dokter Ali

Dokter Ali tidak tahu bagaimana dengan hati Luna yang seolah berhenti. Seperti mendapat bongkahan emas dengan mengatakan itu Luna merasa dokter Ali memperhatikannya dari pertanyaannya tadi apa dokter Ali juga memiliki perasaan untuknya. Luna menggeleng memperhatikan dokter Ali yang sedang memilih makanan dan menuju tempat duduk mereka satu meja ya mereka satu meja berhadapan seperti ini. Diposisi seperti ini banyak yang iri dengan Luna pasalnya dokter Ali tidak dekat dengan perempuan manapun dirumah sakit ini kecuali dirinya.

“bagaimana dirumah sakit ini Dok?” Tanya Luna

“bagaimana?” ulang pak Ali

“maksudnya saya..apa dokter betah disini?” Luna mengulang pertanyaannya dengan pelan takut jika pak Ali tersinggung

“oo...saya merasa nyaman disini” jawab pak Ali pendek

“syukurlah” ucap Luna

Pada pagi yang cerah tidak ada angina tidak ada hujan Luna yang biasanya pagi buta sudah berangkat ke rumah sakit namun hari ini memaksa Lili untuk bangun lebih pagi dengan alasan berolahraga karena menyehatan, tolong..siapapun tahu itu termasuk Lili yang sudah bergabung di UMK PMI.

Tidak hanya itu setelah menikmati sarapan Luna masih memaksa Lili yang hendak mengeram dikamarnya untuk pergi yang Lili tidak tahu kemana

“Ini kita ngapain sih kak?” tanya Lili yang posisinya masih ditarik untuk turun dari mobil

“belanja” jawab Luna

“biasanya kakak nggak belanja” lontar Lili lagi

“hari ini pengecualian, sana coba ini” Luna mendorong Lili kekamar ganti

“ih..kakak yang belanja malah aku yang nyoba, nggak mau!”rungut Lili menolak

Lili terus menolak untuk mencoba beberapa pakaiaan Luna sengaja mengajak Lili berbelanja karena setelah diingat-ingat walaupun mereka tinggal disatu atap namun tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu bersama karena waktu Luna yang padat dirumah sakit dan Lili dengan jadwal kuliah ditambah sekarang jadwal UKMnya yang padat.

Setelah berbelanja kini Luna mengajak Lili untuk makan siang direstoran favoritnya. Lili tidak tahu apa yang harus dipesan dan membiarkan sang kakak untuk memilihkan untuknya.

“gimana kuliahnya Li?” Tanya Luna disela-sela suapannya

Lili meletakkan sendoknya dan menatap sang kakak penuh selidik dan mengecek suhu tubuh sang kakak “kakak hari ini tau nggak? Buat Lili parno. Kakak oke?” tanya Lili serius namun Luna malah tertawa terbahak-bahak

“kakak nggak papa cuma pengen hangout sama Lili aja kan kita nggak pernah keluar berdua, jadi karena hari ini kamu libur dan kakak juga nggak ada jadwal pas deh buat jalan berdua” Luna menjelaskan

“kakak serius nggak papa?” Tanya Lili lagi untuk menyakinkan

Buk!

“kok Lili dipukul, sakit” Lili merengek

“makanya percaya sama kakak nggak ada apa-apa.”

“hmm” jawab Lili pendek

Dalam diam Lili senang bias menghabiskan waktu bersama Luna. Seingat Lili, sejak kecil mereka tidak dekat karena Lili yang lebih banyak dirawat dirumah sakit dan Luna yang mengejar prestasinya. Keluar dirumah sakitmu Lili tidak melihat ada Luna dirumah selain barang-barangnya yang memenuhi kamar. Lili sering bertanya pada sang papa kenapa kakaknya tidak dirumah dan sang papa akan menjawab jika Luna mengejar cita citanya dan Lili tidak boleh menghalanginya.

Maka dari itu Lili ingin juga menjadi seorang dokter agar bisa satu profesi seperti sang kakak namun apa daya Lili tidak memenuhi syarat untuk itu jadi yang dilakukan Lili hampir setiap waktu tanpa Luna adalah melihat kamar Luna tanpa pemiliknya.

Lain halnya dengan Luna, dengan sengaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah agar kedua orangtuanya hanya focus untuk perawatan Lili meskipun keinginan Luna sangat mengingin adik perempuan yang bisa diajak untuk bermain namun apa daya, kenyataan terpenuhi akan tetapi adiknya membutuhkan perawatan khusus selama bertahun-tahun Luna belajar agar bisa menjadi dokter yang profesional dan demi agar dapat menyembuhkan sang adik.

Akan tetapi Luna lupa satu hal yaitu interaksinya pada Lili. Luna menjadi jarang sampai tidak pernah bertemu Lili tapi mulai saat ini dan selanjutnya Luna akan selalu memperhatikan adik dan seperti keinginanya dulu yaitu bisa mengajak adiknya untuk bermain, menemaninya setiap hari. Menjadi saudara yang menyenangkan.

Disela makan mereka, ponsel Luna berdering yang mengharuskan Luna untuk segera kerumah sakit meskipun berat Luna akhirnya meninggalkan Lili karena Lili juga meyakinkan jika bisa pulang sendiri. Setelah Luna pergi Lili masih bersantai dengan cemilan yang dipesankan oleh Luna tadi akan tetapi ponsel kembali bordering dan itu adalah ponsel Luna yang tertinggal di atas meja karena terburu-buru Luna sampai meninggalkan ponselnya dan Lili mengambil ponsel tersebut dan mengejar Luna.

“Kak Luna..!” Lili melihat sang kakak yang sedang menaikki taksi dan sudah melaju tanpa fikir panjang Lili mengejarnya, karena terlalu focus mengejar sang kakak Lili lupa jika saat ini ia telah berada dijalan raya dan

Brukk…

Semuanya menjadi gelap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status