Share

Nomor

Lili yang terlihat kebingungan masuk kemobil jemputannya dan diam beberapa saat membuat sang penjemput kebingungan bahkan setelah mobil melaju Lili tidak mengeluarkan suaranya. Jika biasa Lili akan bertanya atau berbicara tentang apa yang difikirkannya.

“kenapa diam, masih marah?” itu suara Ronald si penjemput yang tengah mengemudi dari Universitas bertanya setelah menunggu Lili untuk bicara beberapa saat, sebelumnya walaupun mereka sering bertengkar Ronald tahu Lili tidak akan benar-benar marah atau mendiamkannya seperti ini dan kali ini membuar Ronald sedikit khawatir.

“nggak boleh diam!” balas Lili sewot dan membuang wajahnya kejendela terdengar Ronald terkekeh yang tandanya Lili tidak sedang memarahinya namun kemudian Ronald mengerutkan keningnya menyelidik apa yang sedang terjadi dengan Lili karena Lili adalah tipe orang yang pendiam atau..

“apa ada orang yang membullymu? Siapa katakana?!” Tanya Ronald cepat

“kau yang sedang membullyku” ucap Lili bersidekap dan menatap Ronald tajam bahkan sampai merubah posisi duduknya menghadap Ronald

Dengan ini membuat Ronald ketakutan dan menambah kecepatan “baiklah. Karena hari ini tidak ada kelas. Aku akan mengajakmu bermain” ucap Ronald membuat Lili terkejut dan menatap Ronald tajam kembali seperti ada maksud tersembunyi. Seolah bertanya dalam tatapan tersebut

“mengajakku bermain? Aku tidak salah mendengar?” tanya Lili antusias hal yang selama ini diinginkan oleh Lili namun tidak ada yang akan mengajaknya pergi. Semua orang dirumahnya sibuk dan jika pergi berdua dengan Ronald pasti tidak diizinkan. Sedari kecil tempat bermainnya hanya dipekarangan rumah, mengigat itu Lili terdiam dan menunduk dengan raut wajah kesedihan.

“tentu saja. Aku tidak akan berbohong” ucap Ronald mantap dan penuh percaya diri

“papa sudah mengizinkan?” tanya Lili pelan meskipun ada binar harapan dari tatapan  matanya

“sebenarnya dia yang menyuruhku mengajakmu” ucap Ronald pelan dirinya benar-benar tidak akan bisa berbohong menatap Lili yang matanya tetap berbinar. Ronald adalah orang paling tahu keinginan Lili dan kebahagiaan Lili adalah tujuan hidupnya saat ini tidak peduli apapun yang akan terjadi padanya.

“kenapa papa mengizinkan? Aku sedang tidak bermimpikan?!” Lili masih terkejut merasa kesakitan setelah mencubit pipinya untuk menyadarkannya jika apa yang baru saja ia dengar tidak berhalusinasi mengalihkan pandangannya pada Ronald yang menertawai kebodohannya meskipun Lili hanya bisa berharap tapi itu bukanlah hal yang salah

“kau bisa bertanya padanya nanti” ucap Ronald pendek

Lili mengangguk “sebenarnya papa tidak semenakutkan itu” Lili memberitahu Ronald apa yang ia lihat dari sang papa yang lembut dan tentu saja sangat baik penuh perhatian.

“karena kau tidak pernah dimarahi”

Lili mengangguk setuju “apa artinya kau sering dimarahi?” tanya Lili merubah posisinya menghadap Ronald menatap serius dan penuh tanda tanya

“tentu...dia..”

Skakmat!

Ronald mendadak menginjak pedal dan mobil berhenti Lili hapir terpental jika tidak ada tangan Ronald menahannya dan Lili spontan memegang tangan Ronald yang tepat didepannya. Seperti ia sudah ketahuan dan keceplosan “kau tidak apa?” Tanya Ronald cepat melihat wajah Lili yang pucat namun dengan cepat Lili menggeleng dan membetulkan rambutnya

“kau harus berhati-hati” ucap Lili mengingatkan

Ronald mengangguk “ehm..baiklah” setelah menjawab Ronald kembali melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang

“ingin mengatakan sesuatu tentang apa?’ Tanya Lili setelah melihat Ronald sedikit tenang

“maksudku...intinya dia hanya sayang padamu” jawab Ronald cepat berharap Lili tidak akan bertanya lebih jauh lagi

“tentu saja. Dia papaku” ucap Lili bangga mengabaikan kegugupan Ronald

“ya ya..Dia hanya sayang padamu” ejek Ronald namun Lili hanya mengangkat kedua bahunya

Sebenarnya Lili masih tidak mengerti kenapa Ronald sangat takut pada papanya bahkan sejak dulu saat Ronald pertama menjadi sopir pribadinya. Tapi Ronald seolah menutup apa yang terjadi dibelakangnya menolak untuk bercerita seperti sebuah beban besar ada dipundak Ronald apalagi Ronald selalu ada untuknya, selalu mengantarnya kemanapun ia pergi dan sikap Ronald yang tidak berubah menganggapnya terlalu berharga.

“apa yang harus aku beli?” tanya Lili setelah mereka sampai dimall dan sudah berkeliling namun Lili belum tahu apa yang harus ia beli semua tampak menarik dipenglihatannya ia ingin memiliki semuanya atau memindahkan mall kerumahnya

“apa yang paling kau suka?” tanya Ronald membantu ditengah kebingungan Lili

“aku suka menggambar, suka bercerita, suka binatang, bla, bla, dan bla” Lili masih menghitung saat Ronald menghentikan tangannya untuk berhitung

“aku bingung harus membeli apa. Aku ingin semua. Kalau begitu aku harus membeli semuanya” ucap Lili polos tersenyum langsung mengambil barang-barang yang ada dirak sampai tangannya penuh. Ronald hanya menggeleng dan membantu Lili dengan mengambil keranjang belanjaan. Lili tetaplah Lili dengan tingkah cerobohnya. Tidak sabaran dan sekarang lihat akibatnya ia menabrak seseorang sampai barang-barangnya terjatuh.

Brak!

Lili berteriak terduduk dilantai dan Ronald membantunya begitupun orang yang tidak sengaja ia tabrak. Sama-sama mengulurkan tangan untuk membantu Lili bangun.

“kau tidak apa?” tanya suara orang yang ditabrak

“kau baik-baik saja?” dan Ronald juga bertanya hal yang sama

Kalimat itu bersamaan dan Lili kebingungan menatap Ronald sebelah kiri dan juga menatap orang sebelah kanan dan terkejut dua orang yang hendak membantunya saling bertatapan “aku baik-baik saja” ucap Lili bangun sendiri dan memungut barang-barangnya yang ikut terjatuh

“kau tahu kau tidak bisa membeli semuanya!” ucap Ronald mengomeli Lili mengambil barang-barang tersebut memasukkannya kedalam keranjang membuat Lili diam menunduk ini kesalahannya dan ia tersenyum saat melihat benda kesayangannya hendak mengambil dan mengangkat wajah tapi terkejut tangannya mengambang

“kau suka ini?” tanya orang itu yang tak lain adalah orang yang mengajar dikelasnya tadi

“Profesor” ucap Lili pelan untuk kali ini tidak bisa menghindar lagi

“kau mengenalnya atau dia mengganggumu?” tanya Ronald menatap tajam pada pak Ali

“nggak, ini dosen yang ngajarin aku tadi dan profesor ini Ronald sahabat saya” mau tidak mau walaupun ini terlihat aneh kemudian tersenyum saat profesornya dan tersenyum

“Ali” dengan sopan pak Ali mengulurkan tangannya

“hmm” ucap Ronald sekenanya tidak ingin berkenalan dengan orang tersebut apaagi berjabat tangan“aku sudah lapar ayo cari makan” ajak Ronald menarik tangan Lili

“tapi belanjaannya?” tanya Lili seperti merengek

“pilih yang paling kau butuhkan jika tidak aku akan mengembalikannya” Ronald memberi perintah sekaligus mengancam dan Lili terpaksa memilih barang yang paling diinginkannya setelah membayar mereka pergi untuk makan

“boleh saya ikut ikut?” tanya pak Ali

“terserah kau saja” ucap Ronald kembali menarik Lili membuat pak Ali mengekori mereka

“kau tidak boleh seperti itu pada profesorku” ucap Lili setelah mereka berdua sampai

“sekarang kau bisa membela orang lain ternyata” ucap Ronald menepuk kepala Lili

“aku tidak membelanya!” teriak Lili menepis kasar tangan Ronald dan membetulkan rambutnya

“lalu?” Tanya Ronald

Mereka berjalan memasuki sebuah restoran  mengambil tempat duduk lalu memesan begitupun orang yang mengikuti mereka melakukan hal yang sama

“hanya kita bersikap bersahabat saja” bela Lili berbisik karena tidak ingin didengar orang pak Ali tentang percakapan mereka

“hmm terserah” putur Ronald

“kau marah padaku?” tanya Lili polos karena Ronald nada bicara Ronald yang berubah

“untuk apa aku marah pada bayi besar sepertimu” ucap Ronald tersenyum dan menghidangkan untuk Lili sedangkan pak Ali hanya mengamati interaksi mereka berdua

Setelah menyelesaikan makan akhirnya pak Ali membuka suara untuk pergi lebih dulu namun sebelum beranjak pak Ali menatap Lili “boleh minta nomor Lili? Karena Lili belum menghubungi saya” ucap Pak Ali sambil menyerahkan ponselnya kedepan Lili

Ronald yang menyaksikan tentu saja sangat tidak menyukainya langsung menarik Lili untuk pergi namun Lili berbalik

“saya akan menghubungi bapak” ucap Lili

“Lili” panggil Ronald dengan nada memperingatkan

“pulang” ucap Lili pendek sebelum benar-benar jauh Lili kembali menatap pak Ali yang terlihat sedang berbicara dengan seseorang yang terlihat familiar dari punggungnya namun Lili tidak bisa memastikan siapa orang tersebut karena lagi Ronald menariknya agar berjalan lebih cepat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status