共有

Siapa Dia?

作者: VincaFlower
last update 最終更新日: 2023-07-29 14:15:07

 

 

"Mas, cepat pulang ya. Aku takut ..."

 

Terdengar kekehan khas suamiku dari seberang sana.

 

"Serius, Mas. Ada sesuatu yang terjadi di sini."

Aku berusaha meyakinkannya. 

 

"Memangnya apa, yang terjadi?" Kali ini nada suaranya lumayan terdengar serius.

 

Aku berpikir sebentar. Haruskah aku bilang hal ini pada suamiku? 

 

"Irma, Mas ..."

 

"Irma?"

 

"Itu, tetangga sebelah rumah ..."

 

"Lalu, kenapa dengan tetangga kita itu, sayang? Hingga dirimu terdengar cemas begitu?"

 

"Dia, pergi tiba-tiba, Mas."

 

"Lho, dia yang pergi kok, kamu yang ketakutan?" 

 

"Tap-tapi seperti terjadi sesuatu, Mas."

 

Terdengar hembusan nafas kesal dari seberang. Apa aku terlalu berlebih-lebihan? Tetangga yang pergi, aku yang panik sendiri. Mungkin ia berpikir seperti itu.

 

"Apa yang mungkin terjadi padanya, Mala? Lagi pula itu bukan urusan kita. Inilah maksudku kemaren. Jangan terlalu mendengarkan omongan tetangga. Jadi, kamu jugakan yang repot sekarang. Memikirkan hal-hal yang tidak perlu ..."

 

"Mas ..."

 

"Akan aku usahakan pulang cepat nanti. sekarang, tenangkan dulu dirimu, tidak kerlu memikirkan hal yang tidak penting ..."

 

Apa yang dikatakan Mas Pandu itu benar juga. Tidak seharusnya aku terlalu memikirkan kepergian Irma, lantas mengait-ngaitkan dengan hal yang akan membuatku parno begini.

 

                  -------------------------------------

 

Sekitar jam 11 malam, terdengar pintu pagar rumah terbuka. Ah, syukurlah. Akhirnya Suamiku itu pulang juga. Maksudnya, pulang lebih cepat itu adalah jam segini ... tapi sudahlah, mungkin memang pekerjaannya yang mengharuskan ia begitu.

 

Aku sengaja menunggunya di kamar. Seperti yang sebelum-sebelumnya. Ia pasti sudah mengira aku tertidur. Dan  bukan tidak ia mungkin akan langsung 'menggarapku' tanpa membangunkan.

 

 Karena, seingatku dari semenjak malam pertama kami dulu ia akan menunggu aku terlelap kemudian ia baru datang dalam keadaan kamar yang gelap gulita untuk menggauliku. 

 

  Namun, sekarang aku sedang tidak ingin. Moodku hilang, aku hanya ingin berbincang-bincang saja dengannya. Ya, begitu banyak yang harus dibicarakan.

 

Aku sebenarnya juga ingin merasakan indahnya bercanda saling bicara dari hati ke hati, saling menatap sebelum melakukan ritual intim suami istri. 

 

Tetapi terlepas dari semua itu. Suamiku itu tidak pernah sekalipun membuat aku kecewa. Ia selalu mengantarku pada rasa yang begitu indah. Membuatku selalu menjerit kesenangan, sehingga aku selalu tergila-gila dan mendamba akan sentuhannya yang selalu terasa  misterius itu.Mungkin karena itu juga aku tidak pernah protes padanya.

 

Walau tidak bisa dipungkiri. Sebagai wanita muda yang terkadang mempunyai imajinasi liar,  hasrat untuk melihat ekspresi wajah Suamiku yang tampan itu, saat melakukan kegiatan transfer energi yang mendebarkan begitu besar. Walau sampai sekarang aku belum sempat mengutarakan padanya.

 

Benar saja, terdengar pintu  terbuka. Ia mengusap kepalaku sebentar, lalu pergi lagi. Tidak lama terdengar suara gemercik air dari kamar mandi.

 

Aku masih menunggu. Menahan rasa ingin tahu apa saja yang dilakukannya. Sebenarnya bukan apa-apa, seharusnya aku tidak begini. Ngapain juga pura-pura tidur kalau cuma mau sekedar bicara.

 

Tetapi entah kenapa hati kecil, menyuruhku untuk begini. Dan aku menuruti saja. 

 

Klek.

 

Terdengar kontak lampu dimatikan. Benarkan, ia akan segera mulai lagi.

 

Aku berdebar menunggunya di tempat tidur sambil menerka, akankah aku sanggup menolak hasratnya itu nanti? Tetapi sudah berlalu beberapa menit, belum juga ada tanda-tanda ia akan menaiki ranjang.

 

Aku tidak tahan dengan rasa sesak karena gelap sehingga selimut yang dari tadi menutupi separuh kepala, kusibakkan hingga ke dada. Mengubah posisi yang dari tadi miring menjadi telentang.

 

Sepi. 

 

Aku meneliti ruangan gelap ini, aneh ... Seperti tidak ada orang selain diriku di sini.

 

Kemana, Mas Pandu tadi? Kenapa ia mematikan lampu kalau ia tidak akan tinggal di kamar. Dia sangat tahu aku begitu takut kegelapan kalau tidak bersamanya. Ah, mungkin saja ada sesuatu yang diambilnya kedapur.

 

Karena kulihat pintu kamar terbuka, sepertinya lampu ruang tamu juga sudah mati, hanya cahaya remang-remang dari lampu teras yang sedikit memberi penerangan di luar.

 

Hatiku kembali lega, ketika mataku menangkap sebuah bayangan memasuki kamar. Aku buru-buru merebahkan badan dan memejamkan mata.

 

Terdengar suara khas pintu di tutup. Lalu ia sepertinya membuka sebuah laci, suara semprotkan parfum ditangkap oleh telingaku. Ah, ia memang selalu wangi setiap kali akan 'mendatangiku'

 

 Aku menahan napas ketika tubuhnya berat itu, melesakkan kasur di sebelahku. Wangi khas menyeruak indra penciuman.

 

Mulanya ia membelai rambutku dengan lembut, lalu ia mulai mengecup kening. Tangannya perlahan menyelusup ke dalam selimut, menyentuh tubuhku yang hanya berbalut baju tidur tipis.

 

Rasa hangat sontak menjalari seluruh persendian tubuhku, ketika tangan itu bergerak liar di area tubuhku yang sensitif. Aku menggigit bibir agar tidak ada suara apapun yang lolos dari mulutku. Sepertinya Mood yang kubilang tadi tidak ada, sekarang ber-berlomba-lomba datang menyerbuku. 

 

Ia meraih tubuhku yang tadi membelakanginya menjadi telentang. Sungguh aku seakan tidak bisa mengatasi semua ini, rasanya pertahananku akan segera bobol. Tangan yang terasa kekar itu semakin menjadi, sementara deru nafas kasarnya  di leherku semakin mengantarku pada ketidak sadaran. Sudah dipastikan kalau keinginanku untuk bicara dengannya malam ini, hanya tinggal omongan saja.

 

Tiba-tiba di saat-saat terakhir aku akan menyerah, aku menyadari sesuatu yang selama ini mengganjal  di hati. Dan tentu saja sekarang ini aku dalam keadaan sadar.

 

Cepat aku meraba bagian tubuhnya yang selama ini membuatku berpikir yang tidak-tidak. Bahunya yang  lebar, lalu beralih ke lengannya yang terasa begitu keras dan berotot. Tanganku bergerak cepat ke dadanya ...

 

Belum sempat jemarikuku mengusap dadanya itu, tanganku tiba-tiba di sambar oleh telapak tangannya yang begitu kuat. Lalu menekan dengan sangat posesif ke bantal.

 

"Gadis nakal ...."

 

Deg.

 

Jantungku benar-benar seakan berhenti berdetak.

 

Seluruh persendianku terasa mencelos. 

 

Suara ini ... Begitu berat dan serak.

 

Walaupun mungkin suamiku sedang di landa gairah yang begitu besar, tidak mungkin suaranya juga akan berubah sedrastis ini.

 

Rasa suamiku tidak memiliki otot lengan sekeras itu ...

 

Ya Tuhan ... siapa ini sebenarnya?

 

Sementara ia semakin menggila, dan aku hanya bisa pasrah, tubuhku begitu lemas, dengan suara yang tercekat di tenggorokan .... 

 

***

 

 

 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2( 7)

    "Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah m

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (11)

    Pov narator ( Bagian akhir) "Kalau kau terus saja melakukan ini, bisa-bisa bayi kita lahir prematur...." Lirih ucapan Nirmala di sela helaan nafas memburu, seluruh tubuhnya tidak lagi memiliki tenaga, pasrah ketika sang suami mengangkat dirinya untuk menyingkirkan seprey yang telah basah oleh cairan cinta yang berasal darinya. Giantara terkekeh senang, setelah kain putih itu teronggok di lantai sepenuhnya, ia kembali meraup tubuh polos istrinya ke dalam pelukan, mengecup pucuk kepala dan dibagian manapun ia suka, jemarinya pun membelai perut buncit yang terasa masih menegang akibat pelepasan beruntun yang di alami wanita itu. "Nggak lah sayang, justru bayi kita akan semakin kuat dan lincah, lagipula kan dokter menyarankan jika di trimester terakhir ini kita harus sering melakukannya," Giantara mengusap sisa-sisa keringat yang masih menempel di sekitar wajah Nirmala, merapikan rambut panjang yang lembab, menyatukan ke belakang hingga dada dan leher seputih pualam dan sehalus sutera

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (10)

    Tidak dapat kuhindari, lengan kekar itu telah meraup tubuhku ke dalam dekapan dadanya, dan dapat terdengar jelas gemuruh hebat dari dalam sana, helaan nafasnya pun begitu berat begitu sesak terhempas di pucuk kepala. Ia mengecup berkali-kali di ubun-ubun, memeluk begitu erat seakan kami tidak berjumpa bertahun-tahun. "Pergilah Joana, aku mohon bawa putrimu, biarkan dia hidup dengan tenang di sisiku ... aku siap menerima hukuman apapun karena telah mengusir anakku tapi sungguh aku tidak bisa ditinggalkan oleh wanita ini," Ia bicara putus-putus di tengah helaan nafasnya yang memburu.Aku terbungkam, yang tadi hendak membebaskan diri dari pelukannya yang memabukkan menjadi tidak bisa lagi menggerakkan otot-otot tangan. Ia tengah menyeruak pada ceruk leherku, begitu terasa nafas berat terhempas membelai, seiring pelukannya yang kian mengetat, lalu kulitku menemukan rasa hangat yang lain tersebab tetesan air matanya. Aku termenung, tidak lagi mampu bicara atau melakukan sesuatu, seme

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (9)

    Seperempat jam sejak panggilan di ponsel itu, suara kedatangan mobil telah terdengar menderu. Aku yang memang sengaja menanti kedatangannya di balkon melihat kendaraan tersebut diparkir asal di perkarangan. sekejap kemudian lelaki itu telah mengeluarkan diri dari sana, menghempas pintu mobil dengan kekuatan penuh lalu langkah panjang setengah berlari membawa tubuhnya dengan cepat memasuki rumah.Hitungan menit dia sudah muncul di kamar yang begitu kacau, barang-barang Joanna berserakan dan barang-barangku masih belum selesai mereka kemas. Raut pria itu begitu mengeras, denyut di rahangnya nampak begitu kentara, sesaat matanya menyapu seluruh ruangan beserta isinya membuat mereka yang masih berusaha nampak mengkerut ketakutan dan menegang, setelahnya tatapan tajamnya itu hanya tertuju padaku meminta penjelasan."Sayang ...." Suaranya berat dan tercekat, aku tahu dia tengah menahan amarah yang amat sangat.Sekejap dia telah merengkuhku, membawa tubuhku tenggelam dalam pelukannya, gemur

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (8)

    "Mari kita buktikan, Kak. Apa memang yang kau katakan itu benar. Jika iya, dengan suka rela aku akan pergi dari kehidupan Giantaramu itu!"Aku benar-benar tidak tahan hingga melenyapkan segala kesabaran dalam jiwa ini. Aku menyambar lengannya, ingin segera menyeretnya ke dalam kamarku.Tentu saja dia sangat terkejut dengan reaksiku, itu bisa dilihat dari ekspresinya, tatapannya yang tadinya begitu percaya diri menghujaniku kini telah berubah menjadi sorot penuh cemas."Mala, apa-apaan?" Ia menepis cengkramanku di saat langkah kaki kami sudah hampir keluar dari area taman."Kenapa, Kak? Takutkah? Aku hanya ingin membuktikan kebenaran kata-katamu tadi!" jelasku berusaha mempertahankan cengkraman di lenganku."Jangan macam-macam, Mala. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!""Oh ya? Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku tidak akan lagi bisa berada di dalam rumah ini sebelum sebuah kejelasan!" tegasku membuat matanya begitu membola."Apa maksudmu?""Seperti yang kau inginkan, Kak.

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (7)

    Bukan Hasrat Suamiku 66"Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah merengkuh kemenangan, mungkin karena membaca kepasrahan di ekspresi wajahku yang kesal."Seharusnya kau berterimakasih padaku, Mala. Kalau tidak Glarissa akan membuat G menyingkirkanmu dari p

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status