"Apa oma..??Maura sakit??"tanya Dewa dengan perasaan berdebar."Iya nak Dewa,dari tadi pagi tuh muntah muntah terus,padahal dua hari lagi mau tunangan,eh..malah sakit."jawab oma Gayatri.Perasaan Dewa semakin sesak mendengar pertunangan Maura yang akan di adakan dua hari lagi. Jika benar Maura sakit dan muntah -muntah karena sedang mengandung benihnya,lalu bagaimana mungkin Dewa akan diam saja membiarkan wanita yang sedang mengandung benihnya itu bertunangan dengan lelaki lain??tentu saja dewa tak akan tinggal diam."Hueek....uhukk...uhuk...hueekk...."Mata Dewa terbelalak lebar saat mendengar suara maura muntah dari arah kamarnya.Lelaki itu langsung berdiri,"Oma..itu suara Maura kan??"tanya Dewa memastikan."Iya nak,itu Maura. Sepertinya dia muntah lagi."Sahut oma Gayatri segera beranjak meninggalkan ruang tamu dan menghampiri kamar sang cucu.Dewa pun gegas menyusul sang oma mertua. Lebih tepatnya mantan oma mertua karena kini status Dewa sudah bukan suami Mauli lagi.Oma Gayatri s
"Dek...se-sejak kapan kamu siuman??"tanya Dewa terkejut saat lelaki itu berbalik badan dan mendapati Maura yang menatapnya tajam."Jadi aku benar-benar hamil mas?"bukannya menjawab,Maura justru balik bertanya."Kamu dengar semuanya dek??""Jelas saja aku dengar mas!aku punya telinga!"jawab Maura ngegas.Terlihat dada gadis itu naik turun menahan emosi.Dewa mendekati Maura dan meraih tangannya,namun dengan cepat gadis itu menepis tangan Dewa."Jangan sentuh aku mas!!"seru Maura mendengus kesal dan membuang muka."Maura please..!!kita bisa bicarakan ini baik -baik dek..!jangan emosi,kamu lagi hamil sekarang."bujuk Dewa."Apanya yang baik -baik mas??kamu menghancurkan semua nya!dua hari lagi aku akan bertunangan dengan mas Bayu,tapi apa??sekarang aku malah hamil anak kamu??"Maura mulai geram."Maafin mas dek,semua itu di luar kendaliku. Kamu juga tau aku melakukan itu padamu tanpa sengaja. Dan...sekarang kamu mengandung benihku, bukankah ini sudah takdir??kamu lihat kakakmu,sudah dua ta
"Oma..!!"pekik Maura kala melihat sang Oma ambruk dan tersungkur di lantai sambil memegangi dadanya."Maura pelan-pelan!!"seru Dewa yang melihat Maura turun dari brankar dengan terburu -buru dan lupa menurunkan gantungan infusnya.Tanpa Dewa duga,bukannya kembali mendekati brankar dan mengambil botol infusnya,Maura justru mencabut paksa jarum infus yang terpasang di pergelangan tangannya. Karena di cabut dengan tergesa,darah segar pun mengalir dari bekas jarum tersebut."Astaghfirullah..dek..!!tangan kamu berdarah!"seru Dewa lagi.Maura tak menggubris ucapan Dewa,gadis itu segera mendekati tubuh neneknya yang tersungkur di lantai."Oma..!!Oma bangun,!!Oma dengar Maura kan??"gadis itu menggoyang -goyangkan lengan Omanya yang terpejam."Biar mas yang angkat tubuh Oma ke brankar dek!"tawar Dewa tanpa menunggu persetujuan dari Maura langsung mengangkat tubuh Oma Gayatri untuk di baringkan di atas brankar tempat Maura tadi.Sementara Maura sudah berlari keluar ruangan memanggil dokter unt
Sore ini,suasana berkabung masih begitu kental menyelimuti keluarga Oma Gayatri.Jenazah sang Oma baru saja di kebumikan,para warga yang datang melayat pun mulai satu persatu meninggalkan rumah duka.Mauli yang sedang pemotretan pun ikut hadir di pemakaman sore itu. Wanita itu mengundur jadwal pemotretannya di luar kota karena meninggalnya sang Oma."Plaaak...!!!"Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Maura hingga membekas kemerahan."Aku nggak nyangka dek!!ternyata kamu itu ipar maut!!"seru Mauli penuh emosi setelah mendengar kebenaran kehamilan Maura yang menyebabkan sang Oma serangan jantung dan langsung meninggal.Maura hanya bisa menangis dan menggeleng."Mauli cukup..!!Maura lagi hamil,jangan buat dia tertekan!"seru Dewa menarik tubuh mantan istrinya menjauh dari Maura yang terduduk di lantai setelah berlutut dan meminta maaf pada kakaknya tersebut karena telah mengandung benih iparnya."Nggak usah bela dia mas!!dia sengaja goda kamu kan??makanya kamu ngotot menceraikan aku,ru
"Maura please jangan nekat,mas mohon!!"gumam Dewa dalam perjalanan mengejar mobil taksi yang membawa Maura pergi.Dewa benar -benar takut jika Maura nekat lagi dan mencoba mengakhiri hidupnya. Tentu saja Dewa tidak ingin kehilangan bayi dalam kandungan Maura,bayi itu adalah keinginan Dewa sejak lama,memiliki keluarga kecil yang bahagia adalah impian setiap insan,walaupun hamilnya Maura karena insiden kecelakaan di malam terkutuk waktu itu,namun Dewa sudah bertekad akan bertanggung jawab untuk menikahinya jika sampai gadis itu benar -benar hamil. Dan ternyata,insiden malam itu benar -benar membuat Maura hamil.Seolah alam sedang mendukung,konfliknya dengan Mauli pun berakhir dengan perceraian di meja hijau. Hal ini tentu saja membuat Dewa semakin bertekad untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan menikahi Maura,terlebih saat ini ia tak terikat dengan siapapun.Hanya tinggal sedikit lagi,mobil Dewa akan berhasil menyalip taksi yang membawa Maura,namun saat hendak menyalip,dari a
"Maura..!!"teriak Dewa saat tersadar dari pingsannya.Lelaki itu siuman setelah hampir satu jam tak sadarkan diri."Mas dewa!!"seru Mauli segera beranjak menghampiri Dewa."Mauli..di mana Maura??"tanya Dewa mencengkeram kedua pundak mantan istrinya tersebut ."Maura..??mana ku tahu mas!!lagian buat apa kamu menanyakan perempuan tak tahu diri itu?"tanya Mauli."Jangan bicara sembarangan kamu Mauli!!Maura perempuan baik -baik." Dewa tak suka dengan ucapan Mauli yang menjelekkan adiknya sendiri."Mana ada wanita baik -baik menggoda iparnya sendiri sampai hamil di luar nikah mas??""Jaga bicara mu Mauli!!Maura tak pernah menggodaku!!semua murni kecelakaan saat aku mabuk!!semua salahku,jangan pernah menuduh Maura seperti itu!!dia jelas tak seperti dirimu yang murahan!!!" Dewa yang baru sadar itu benar -benar emosi dengan setiap ucapan yang terlontar dari bibir mantan istrinya tersebut.''Apa bedanya aku dengan Maura mas??kalau aku murahan,Maura pun sama hal nya dengan ku,dia juga murahan k
Gadis itu berulang kali mengucek matanya,tak percaya jika Dewa berada di hadapannya. Mungkin saja rasa laparnya membuat ia berhalusinasi."Auwh..."Maura memekik saat ia mencubit pipinya sendiri."Kenapa di cubit dek??"tanya Dewa sambil mengusap pipi Maura yang gadis itu cubit sendiri."Ini..beneran mas Dewa??aku nggak lagi mimpi??"tanya Maura masih tak percaya.Dewa tersenyum simpul dan mengangguk.Maura ikut tersenyum dan langsung memeluk erat lelaki itu."Mas Dewa baik -baik saja kan??mas Dewa belum mati kan??"tanya Maura melepas pelukannya dan meraba seluruh wajah lelaki yang berjongkok di hadapannya tersebut."Auwhh..sshh..."Dewa mendesis saat Maura tanpa sengaja menekan luka di keningnya yang masih di balut perban."Aduh..mas Dewa maaf!!aku nggak sengaja..!!sakit yah..??"Maura langsung panik dan mengipasi kening mantan iparnya tersebut.Sebenarnya hanya sedikit nyeri saja,namun lelaki itu suka dengan kekhawatiran dan perhatian gadis di hadapannya tersebut hingga lelaki itu pura -
"Mas Bayu..."lirih Maura saat melihat siapa yang telah menarik lengannya dengan kasar."Maura..kenapa kamu ada di sini??dengan kakak iparmu??"Bayu memicingkan matanya pada Dewa."Mas...mas Bayu aku bisa jelasin. Ini..aku.."Maura gelagapan seperti seseorang yang sedang kepergok pacar sedang selingkuh."Maura,besok aku akan datang ke rumah bersama mamaku untuk melamar mu,tapi kamu..."Bayu nampak sangat emosi melihat Maura bersama Dewa di restoran itu."Hei,,bisa tolong lepaskan tanganmu??kau menyakiti lengan Maura!!"Dewa menepis tangan Bayu dari lengan Maura yang di pegang."Jangan ikut campur ya!!dasar ba****an..!!kamu sudah merusak masa depan Maura!!"tiba-tiba Bayu melayangkan pukulan ke wajah Dewa dan mengenai sudut bibir lelaki itu."Aakhh....mas Bayu..!!"pekik Maura terkejut."Mas,..mas Dewa gapapa??"Maura langsung memeriksa wajah Dewa yang terkena pukulan.Rupanya pukulan Bayu berhasil membuat sudut bibir Dewa berdarah.Maura terbelalak di buatnya."Mas Bayu..!!apaan sih??aku cuma