Share

2. Sumpah Untuk Satu Sama Lain

"Luar biasa, mulai hari ini aku adalah Bianca Lagrave." Bianca berbicara pada pantulan dirinya di cermin. Pesta pernikahannya yang megah dan meriah telah berakhir dengan aman sentosa.

Ayah Bianca, Warren Dawson memuji Bianca karena sudah terlahir sebagai wanita jelita. Berterima kasih karena Bianca sudah menjadi puteri yang berguna. Bianca membalas ucapan Warren dengan senyuman, tapi di dalam hati, Bianca tidak tau apakah ia menyukai pujian itu atau tidak. Yang Bianca inginkan adalah, Warren menepati janjinya agar membiarkan Clarissa melanjutkan pendidikannya.

"Kau tidak perlu mencemaskan Clary, dia akan berangkat ke Stanford minggu depan, sesuai harapanmu." Ucapan Warren hari itu seperti angin segar bagi Bianca, ia merasa ketegangan yang melandanya, segala beban di kepalanya, telah tersapu bersih.

"Kau hanya perlu menjadi istri yang baik di sini dan layani suamimu seperti dia adalah raja. Kau tidak mau kerja sama kami batal hanya karena kau tidak kompeten sebagai istri, kan?"

"Aku akan berusaha dengan baik," jawab Bianca malam itu, ucapannya penuh kepercayaan diri.

Bianca percaya diri di depan Warren, tapi..., ketika ia berada di kamar pengantinnya seorang diri, masih memakai gaun pengantin putih yang melingkupi tubuhnya, Bianca merasa tubuhnya bergidik kikuk pada situasinya sekarang. Apa yang harus ia lakukan mulai dari sini? Sebagai istri..., apakah ia harus melayani Gerald malam ini?

Tidak, tidak. Kata 'melayani' itu sangat menjijikkan. 'Aku menikahinya bukan untuk menjadi pelayan. Juga, bukankah Gerald sudah mempunyai wanita idamannya sendiri? Apa itu artinya dia tidak akan menyentuhku sama sekali?'

Bianca merenungi situasinya saat ini sambil melepaskan satu-persatu aksesoris yang menghias rambut dan telinganya.

'Kalau Gerald tidak menyentuhku, itu akan sangat baik. Aku tidak mau berhubungan badan dengan pria hanya karena aku terpaksa. Walaupun dia tampan sih, karena kami sudah dijodohkan, bukankah mengenal satu sama lain terlebih dahulu adalah langkah yang lebih tepat untuk dilakukan?'

"Apa yang biasa orang-orang obrolkan saat kencan pertama?" Bianca bertanya-tanya dan sebelum ia menemukan jawaban untuk pertanyaannya sendiri, pintu kamarnya didobrak terbuka dari luar. Bianca terkesiap luar biasa, jantung seperti merosot ke mata kakinya. Gerald--suaminya, masuk ke kamar seperti badai. Badai hitam. Dia begitu suram.

Meskipun Gerald terlihat seperti monster yang akan memakan kepalanya, Bianca berdiri garang dengan ekspresi kesal kentara. "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?"

Bianca nyaris jantungan barusan, dan Gerald tidak meminta maaf atau apa pun padanya, langsung menuju lemari dan menarik keluar beberapa lembar pakaiannya dari sana. Sikap Gerald yang seperti itu membuat Bianca kesal. Mengapa pria itu mengabaikan eksistensinya?

"Ini kamarku, apa aku perlu mengetuk pintu untuk masuk ke kamarku?"

"Well, kau tidak tinggal sendirian, sekarang. Kau harus memikirkanku juga. Bagaimana kalau aku sedang berganti baju tadi? Itu akan sangat memalukan."

"Haaa..." Gerald yang tengah menarik pakaiannya dari lemari, menoleh ke arah Bianca dengan tawa remeh mekar di parasnya. "Jangan mencemaskan apa pun, Miss. Dawson. Bahkan bila kau berdiri di hadapanku tanpa busana, aku tidak akan tertarik padamu sama sekali."

'Miss. Dawson? Tapi aku adalah Lagrave sekarang?'

"Waaaah, itu deklarasi yang percaya diri." Bianca bergerak maju, menantang arogansi suami yang baru saja menghinanya dengan wajah yang sialan, super tampan!

"Apa menurutmu itu kata yang tepat untuk diucapkan seorang suami kepada istrinya, terutama ketika kita sedang berada di fase malam pertama? Apa kau pikir itu..., tepat?"

"Apa?" Gerald menyilangkan lengan di dada, senyum remeh itu kembali mekar di wajahnya. Seperti mengolok-olok Bianca. Menjengkelkan! Mengapa pria itu sangat menjengkelkan? Padahal dia tampan?!

"Kau tidak berharap kau akan memperoleh kehidupan rumah tangga normal setelah memaksakan dirimu masuk ke keluarga ini, bukan?" Gerald sinis.

"Jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan. Lagipula, siapa yang kau bilang memaksakan diri masuk ke sini? Aku? Apa aku memaksamu menikahiku?"

"Jangan pura-pura tolol. Bagaimanapun, orang yang paling diuntungkan dari pernikahan ini adalah kau. Selamat, selamat sudah mendapatkan status yang kau inginkan, tapi jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istriku di sini."

Bianca terkesima, jujur saja, sangat terkesima. Bagaimana bisa Gerald menudingnya, menghakiminya tanpa benar-benar memahami situasinya? Bianca mau tertawa, murka yang berkumpul di dadanya membuat Bianca mau tertawa besar di sana. Baru saja, sebelum Gerald datang, Bianca berpikir ingin mendiskusikan dengan damai jalan rumah tangga mereka ke depannya. Namun, melihat Gerald yang langsung memperlakukannya seperti lawan, Bianca merasa..., jalan itu tidak akan damai sama sekali.

"Aku sudah memenuhi porsiku dengan menikahimu, karena itu..., kalau kau mau bisnis ayahmu tetap berjalan lancar, kau sebaiknya tidak menjadi hama di hidupku." Gerald memberikan Bianca tatapan tajam menikam, Bianca sampai termundur selangkah karena intimidasinya yang menakutkan. Pria itu...,

'Dia tidak akan mematahkan leherku, kan?'

"Aku tidak menginginkanmu, baik itu sekarang maupun kedepannya. Jadi, jangan muncul dengan ide aneh untuk menggodaku atau apa pun. Aku akan mengakhiri hidupmu kalau sampai kau mengusikku."

"Ke-keterlaluan. Apa nyawa hanya mainan di sini?" Bianca tergagap ngeri. Ia tidak mau mati. Tidak ketika yang membunuhnya adalah suaminya sendiri. Itu konyol. "Ucapanmu begitu ambigu! Bagaimana aku tau kalau tindakanku akan mengusikmu atau tidak! Seperti sekarang saja, ya-yang mengusikku adalah kau! Aku tidak melakukan apa pun! Ini tidak adil sama sekali!"

"Jangan membicarakan keadilan," tukas Gerald, "Di mana keadilanku ketika kau menggunakan pengaruh ayahmu untuk memaksaku menikahimu?"

"Aku tidak mau menikahimu."

"Omong kosong." Gerald memungut beberapa lembar pakaiannya di tempat tidur dan melenggang melalui Bianca.

"Aku serius! Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali! Untuk apa aku memaksakan diriku masuk ke keluargamu kalau aku tau kau adalah bajingan berkepala batu!"

"Apa yang kau katakan?"

Bianca meneguk ludah. "Aku hanya mengatakan kebenaran. Po-pokoknya, aku tidak menikahimu karena aku mau, aku juga dipaksa, sialan! Jangan sembarangan menilaiku."

"Aku tidak menilaimu sembarangan," ujar Gerald, rautnya lebih tenang dan menyiratkan bosan. "Aku menilaimu dengan tepat."

"..."

Sebelum Gerald lanjut berbicara, ia memindai pada seisi kamarnya yang sekarang didekorasi seperti kamar pengantin. Kelopak bunga di atas seprei putih nan bersih, bantal berbentuk hati, lilin aromaterapi di sana-sini, dan Bianca yang berada di kamarnya, mengenakan gaun pengantin, adalah objek yang paling mengusiknya dan mengiritasi matanya di sana.

Kamar itu seperti lelucon!

"Jangan mengharapkan apa pun terjadi malam ini ataupun malam-malam kedepannya." ucapan Gerald begitu menghina, Bianca menyimak penuturan Gerald dengan rasa pahit mekar di dadanya. "Aku tidak akan pernah mencintaimu, Bianca."

Pengakuan mutlak Gerald tertanam dalam di dada Bianca, seperti duri menusuk dagingnya.

"Aku tidak akan pernah melupakan ini," jawab Bianca, kendati senyum mekar di parasnya, luka yang tertanam di dadanya begitu menyakitkan.

Bianca menerima fakta kalau Gerald tidak mencintainya dan ia memang tidak mengharapkan pria itu menjadi suami ideal di benaknya, Namun, meskipun Bianca tau Gerald tidak mencintainya, bukan berarti pria itu bisa menghinanya dengan kata-kata penuh arogansi. Bianca pun, juga tidak menginginkan pernikahan ini, asal tau saja!

Seakan-akan Bianca mengharapkan Gerald saja.

Siapa dia pikir dirinya? Hanya karena dia tampan dan rupawan?!

'Aku juga, Gerald Lagrave, tidak akan pernah mencintaimu!'

"Baguslah kalau begitu."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status