Home / Rumah Tangga / (BUKAN) ISTRI IDAMAN / 2. Sumpah Untuk Satu Sama Lain

Share

2. Sumpah Untuk Satu Sama Lain

Author: AYAS
last update Last Updated: 2023-06-14 00:18:33

"Luar biasa, mulai hari ini aku adalah Bianca Lagrave." Bianca berbicara pada pantulan dirinya di cermin. Pesta pernikahannya yang megah dan meriah telah berakhir dengan aman sentosa.

Ayah Bianca, Warren Dawson memuji Bianca karena sudah terlahir sebagai wanita jelita. Berterima kasih karena Bianca sudah menjadi puteri yang berguna. Bianca membalas ucapan Warren dengan senyuman, tapi di dalam hati, Bianca tidak tau apakah ia menyukai pujian itu atau tidak. Yang Bianca inginkan adalah, Warren menepati janjinya agar membiarkan Clarissa melanjutkan pendidikannya.

"Kau tidak perlu mencemaskan Clary, dia akan berangkat ke Stanford minggu depan, sesuai harapanmu." Ucapan Warren hari itu seperti angin segar bagi Bianca, ia merasa ketegangan yang melandanya, segala beban di kepalanya, telah tersapu bersih.

"Kau hanya perlu menjadi istri yang baik di sini dan layani suamimu seperti dia adalah raja. Kau tidak mau kerja sama kami batal hanya karena kau tidak kompeten sebagai istri, kan?"

"Aku akan berusaha dengan baik," jawab Bianca malam itu, ucapannya penuh kepercayaan diri.

Bianca percaya diri di depan Warren, tapi..., ketika ia berada di kamar pengantinnya seorang diri, masih memakai gaun pengantin putih yang melingkupi tubuhnya, Bianca merasa tubuhnya bergidik kikuk pada situasinya sekarang. Apa yang harus ia lakukan mulai dari sini? Sebagai istri..., apakah ia harus melayani Gerald malam ini?

Tidak, tidak. Kata 'melayani' itu sangat menjijikkan. 'Aku menikahinya bukan untuk menjadi pelayan. Juga, bukankah Gerald sudah mempunyai wanita idamannya sendiri? Apa itu artinya dia tidak akan menyentuhku sama sekali?'

Bianca merenungi situasinya saat ini sambil melepaskan satu-persatu aksesoris yang menghias rambut dan telinganya.

'Kalau Gerald tidak menyentuhku, itu akan sangat baik. Aku tidak mau berhubungan badan dengan pria hanya karena aku terpaksa. Walaupun dia tampan sih, karena kami sudah dijodohkan, bukankah mengenal satu sama lain terlebih dahulu adalah langkah yang lebih tepat untuk dilakukan?'

"Apa yang biasa orang-orang obrolkan saat kencan pertama?" Bianca bertanya-tanya dan sebelum ia menemukan jawaban untuk pertanyaannya sendiri, pintu kamarnya didobrak terbuka dari luar. Bianca terkesiap luar biasa, jantung seperti merosot ke mata kakinya. Gerald--suaminya, masuk ke kamar seperti badai. Badai hitam. Dia begitu suram.

Meskipun Gerald terlihat seperti monster yang akan memakan kepalanya, Bianca berdiri garang dengan ekspresi kesal kentara. "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?"

Bianca nyaris jantungan barusan, dan Gerald tidak meminta maaf atau apa pun padanya, langsung menuju lemari dan menarik keluar beberapa lembar pakaiannya dari sana. Sikap Gerald yang seperti itu membuat Bianca kesal. Mengapa pria itu mengabaikan eksistensinya?

"Ini kamarku, apa aku perlu mengetuk pintu untuk masuk ke kamarku?"

"Well, kau tidak tinggal sendirian, sekarang. Kau harus memikirkanku juga. Bagaimana kalau aku sedang berganti baju tadi? Itu akan sangat memalukan."

"Haaa..." Gerald yang tengah menarik pakaiannya dari lemari, menoleh ke arah Bianca dengan tawa remeh mekar di parasnya. "Jangan mencemaskan apa pun, Miss. Dawson. Bahkan bila kau berdiri di hadapanku tanpa busana, aku tidak akan tertarik padamu sama sekali."

'Miss. Dawson? Tapi aku adalah Lagrave sekarang?'

"Waaaah, itu deklarasi yang percaya diri." Bianca bergerak maju, menantang arogansi suami yang baru saja menghinanya dengan wajah yang sialan, super tampan!

"Apa menurutmu itu kata yang tepat untuk diucapkan seorang suami kepada istrinya, terutama ketika kita sedang berada di fase malam pertama? Apa kau pikir itu..., tepat?"

"Apa?" Gerald menyilangkan lengan di dada, senyum remeh itu kembali mekar di wajahnya. Seperti mengolok-olok Bianca. Menjengkelkan! Mengapa pria itu sangat menjengkelkan? Padahal dia tampan?!

"Kau tidak berharap kau akan memperoleh kehidupan rumah tangga normal setelah memaksakan dirimu masuk ke keluarga ini, bukan?" Gerald sinis.

"Jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan. Lagipula, siapa yang kau bilang memaksakan diri masuk ke sini? Aku? Apa aku memaksamu menikahiku?"

"Jangan pura-pura tolol. Bagaimanapun, orang yang paling diuntungkan dari pernikahan ini adalah kau. Selamat, selamat sudah mendapatkan status yang kau inginkan, tapi jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istriku di sini."

Bianca terkesima, jujur saja, sangat terkesima. Bagaimana bisa Gerald menudingnya, menghakiminya tanpa benar-benar memahami situasinya? Bianca mau tertawa, murka yang berkumpul di dadanya membuat Bianca mau tertawa besar di sana. Baru saja, sebelum Gerald datang, Bianca berpikir ingin mendiskusikan dengan damai jalan rumah tangga mereka ke depannya. Namun, melihat Gerald yang langsung memperlakukannya seperti lawan, Bianca merasa..., jalan itu tidak akan damai sama sekali.

"Aku sudah memenuhi porsiku dengan menikahimu, karena itu..., kalau kau mau bisnis ayahmu tetap berjalan lancar, kau sebaiknya tidak menjadi hama di hidupku." Gerald memberikan Bianca tatapan tajam menikam, Bianca sampai termundur selangkah karena intimidasinya yang menakutkan. Pria itu...,

'Dia tidak akan mematahkan leherku, kan?'

"Aku tidak menginginkanmu, baik itu sekarang maupun kedepannya. Jadi, jangan muncul dengan ide aneh untuk menggodaku atau apa pun. Aku akan mengakhiri hidupmu kalau sampai kau mengusikku."

"Ke-keterlaluan. Apa nyawa hanya mainan di sini?" Bianca tergagap ngeri. Ia tidak mau mati. Tidak ketika yang membunuhnya adalah suaminya sendiri. Itu konyol. "Ucapanmu begitu ambigu! Bagaimana aku tau kalau tindakanku akan mengusikmu atau tidak! Seperti sekarang saja, ya-yang mengusikku adalah kau! Aku tidak melakukan apa pun! Ini tidak adil sama sekali!"

"Jangan membicarakan keadilan," tukas Gerald, "Di mana keadilanku ketika kau menggunakan pengaruh ayahmu untuk memaksaku menikahimu?"

"Aku tidak mau menikahimu."

"Omong kosong." Gerald memungut beberapa lembar pakaiannya di tempat tidur dan melenggang melalui Bianca.

"Aku serius! Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali! Untuk apa aku memaksakan diriku masuk ke keluargamu kalau aku tau kau adalah bajingan berkepala batu!"

"Apa yang kau katakan?"

Bianca meneguk ludah. "Aku hanya mengatakan kebenaran. Po-pokoknya, aku tidak menikahimu karena aku mau, aku juga dipaksa, sialan! Jangan sembarangan menilaiku."

"Aku tidak menilaimu sembarangan," ujar Gerald, rautnya lebih tenang dan menyiratkan bosan. "Aku menilaimu dengan tepat."

"..."

Sebelum Gerald lanjut berbicara, ia memindai pada seisi kamarnya yang sekarang didekorasi seperti kamar pengantin. Kelopak bunga di atas seprei putih nan bersih, bantal berbentuk hati, lilin aromaterapi di sana-sini, dan Bianca yang berada di kamarnya, mengenakan gaun pengantin, adalah objek yang paling mengusiknya dan mengiritasi matanya di sana.

Kamar itu seperti lelucon!

"Jangan mengharapkan apa pun terjadi malam ini ataupun malam-malam kedepannya." ucapan Gerald begitu menghina, Bianca menyimak penuturan Gerald dengan rasa pahit mekar di dadanya. "Aku tidak akan pernah mencintaimu, Bianca."

Pengakuan mutlak Gerald tertanam dalam di dada Bianca, seperti duri menusuk dagingnya.

"Aku tidak akan pernah melupakan ini," jawab Bianca, kendati senyum mekar di parasnya, luka yang tertanam di dadanya begitu menyakitkan.

Bianca menerima fakta kalau Gerald tidak mencintainya dan ia memang tidak mengharapkan pria itu menjadi suami ideal di benaknya, Namun, meskipun Bianca tau Gerald tidak mencintainya, bukan berarti pria itu bisa menghinanya dengan kata-kata penuh arogansi. Bianca pun, juga tidak menginginkan pernikahan ini, asal tau saja!

Seakan-akan Bianca mengharapkan Gerald saja.

Siapa dia pikir dirinya? Hanya karena dia tampan dan rupawan?!

'Aku juga, Gerald Lagrave, tidak akan pernah mencintaimu!'

"Baguslah kalau begitu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   64. Dilema

    "Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   63. Apa?

    "Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   62. Refleksi

    "Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   61. Cokelat dan Wine

    Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   60. Tahun Baru

    Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   59. Kepingan

    "Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status