Share

(BUKAN) ISTRI IDAMAN
(BUKAN) ISTRI IDAMAN
Penulis: AYAS

1. Suami Istri

"Kau masih bisa melarikan diri, tau. Toh, upacara pernikahannya akan berlangsung setengah jam lagi. Kalau kau melarikan diri lewat pintu belakang, tidak akan ada yang sadar kau pergi. Kau bisa memulai hidup yang lebih baik dari sini daripada menjadi..., daripada...hieks!"

Kendati Bianca Dawson--kakaknya terlihat begitu cantik di cermin, mengenakan gaun putih yang menunjukkan kemurnian dan keindahan, Clarissa berujung terisak tak senang pada pemandangan itu. Hatinya seperti ditikam ribuan jarum saat kakak sulungnya tercinta, wanita yang sudah menjadi saudara dan sosok ibu di hidupnya, kini bersiap-siap menjadi istri untuk seorang pria yang tidak pernah Bianca temui sebelumnya.

Bianca seharusnya menikah dengan pria yang ia cintai dan mencintainya setulus hati. Namun, berkat kegilaan ayah mereka dalam berbisnis, sekarang Bianca menjadi alat transaksi dalam bisnis ayahnya tersebut. Bianca, demi menjaga masa depan Clarissa, memutuskan menikah dengan Gerald Lagrave yang awalnya dijodohkan dengan Clarissa.

"Kau tidak boleh terlalu obsess dengan kakakmu, Clary. Orang-orang bisa salah paham kalau mendengar omonganmu." Menghapus air mata adiknya, Bianca menyengir ceria. "Apa kata orang nanti kalau kau begitu bergantung padaku? Apa kau anak manja? Pria-pria tidak akan menyukaimu kalau kau terlalu manja padaku."

"Kau tau sendiri bukan itu masalahnya, kan?"

Clary mencebik sambil berlinangan air mata. Ia membenci sikap santai Bianca. Jika kakaknya itu frustasi dan ingin menangis, dia seharusnya menangis. Bianca tidak seharusnya bersikap tegar dan bijaksana hanya karena dia lebih tua. Clary tidak ingin Bianca menderita sendirian.

"Aku tidak tau apa yang kau katakan," sahut Bianca. Pura-pura tolol. "Ini adalah hari pernikahanku yang istimewa. Aku akan menikahi cowok paling tampan di Richmond, tidakkah itu mendebarkan? Aku dengar dia masuk kategori pebisnis muda tertampan tahun ini. Waaah. Aku sepertinya mendapat jackpot besar, Clary."

"Jackpot dengkulku. Dia itu bajingan!"

"Heiii, tidak boleh bicara kasar seperti itu!" Bianca segera menatap pintu. "Kalau Ayah dengar, kita bisa dipukul."

"Biarkan saja dia memukulku."

"Aku tidak akan membiarkan dia memukulmu, dan itu akan berarti dia akan memukul kita."

"Lupakan aku, Ayah tidak akan memukulmu hari ini. Juga, berhenti melindungiku. Kau sudah melakukan terlalu banyak." Clary menghela napas jengah. Lelah.

Clary lelah pada sikap Bianca yang terlalu menyayangi dan mencintainya. Karena cinta itu, Bianca jadi kehilangan masa depannya yang gemilang. Dia berhenti menjadi pelukis dan sekarang, dia bahkan rela menikahi pria yang awalnya dijodohkan dengan Clary.

Bianca terlalu overprotektif, itu membuat Clary meringis sakit. Clary harap ia mampu melindungi kakaknya, menjadi kekuatan untuknya. Ia harap bisa melindungi Bianca dari Ayah, tapi..., di dalam hati, Clary merasa lega Bianca menyelamatkannya. Ia lega bukan dia yang menikah hari ini. Kelegaan itu membuatnya merasa berdosa.

"Aku dengar tentang calon suamimu..., dia mempunyai wanita yang dia sukai."

"Mhm?"

Bianca menyimak ucapan Clary sambil memasang antingnya di cermin. Ia tidak bereaksi banyak atas ucapan Clary tapi itu tidak berarti ia tuli. Bianca tau pernikahan macam apa yang hendak ia hadapi, suami macam apa yang akan ia nikahi. Bianca sangat tau kalau pernikahan ini bukan kisah romansa yang ketika ia menatap calon suaminya, bibit-bibit asmara akan langsung bermekaran di antara mereka.

Tidak. Mustahil.

Bianca sudah mencaritahu siapa Gerald Lagrave yang akan menjadi suaminya, dan dari penyelidikan Bianca, ia tau pria itu akan menjadi masalah lain di hidupnya--sebuah masalah baru.

Gerald Lagrave adalah pria yang terkenal berkepribadian dingin dan kejam. Ia angkuh, garang dan secara menyeluruh, tidak menyenangkan. Tidak banyak rumor bertebaran tentang Gerald selain kalau dia adalah pria yang sudah mematahkan puluhan hati wanita. Dia bahkan dirumorkan gay karena sikap apatisnya terhadap lawan jenis.

Bianca sempat mengira pria itu benar-benar gay ketika melakukan penyelidikannya sendiri. Namun, setelah menelisik lebih dalam lagi, ternyata Gerald tidak gay. Lebih buruk daripada gay, Gerald sudah mempunyai wanita yang dia damba pagi dan malam, sosok yang akan selalu berada di benaknya ketika matanya terpejam dan terbuka.

'Sialnya, kenapa aku harus menikahi pria yang mencintai wanita lain?' Bianca merutuk keki di dalam hati, tapi mempertahankan ekspresi santai di luar.

'Aku harap dia tidak membenciku karena sudah menghalangi kisah cinta romantisnya...' adalah harapan Bianca ketika ia dibimbing menuju altar bersama ayahnya yang beraroma seperti tembakau dan tuxedo baru.

Di seberang ruang, Gerald Lagrave dengan ketampanan yang mampu membuat wanita jejeritan dan mimisan, berdiri elegan dalam balutan tuxedo putih yang cemerlang. Pria itu--kendati mempunyai ketampanan yang tumpah-ruah--menunjukkan ekspresi yang tak ramah. Dia seperti menjelaskan situasinya kepada Bianca secara tersirat di sana, bahwa 'Aku benci berada di sini!'.

'Aaah, ada apa dengan sambutan hangat itu' Bianca membatin pada dirinya sendiri. Di kepalanya, ia tiba-tiba mempertimbangkan ucapan Clarissa tentang melarikan diri.

Haruskah ia melarikan diri ketika pria yang akan ia nikahi menunjukkan permusuhan dan kebencian yang begitu kentara di wajahnya? Pria itu..., dia terlihat seperti sosok yang akan memelintir leher Bianca kalau-kalau Bianca melakukan kesalahan. Itu menyeramkan.

'Jangan ketakutan, Bia. Jangan takut! Dia tidak lebih buruk daripada ayahmu! Dia hanya..., ahh, dia sangat tampan, bukan? Fokus saja dengan wajahnya, fokus dengan ketampanannya! Dia tidak menakutkan sama sekali.' Bianca meyakinkan diri setelah Gerald menyambut tangannya dan menuntun ia menghadap pendeta. Tangan mereka yang bergandengan langsung Gerald lepaskan setelah mereka sampai di depan altar.

Pendeta memulai upacara pernikahan itu dengan membaca ini dan itu, Bianca tidak begitu menyimak karena sekarang isi kepalanya melalang-buana. Ia memikirkan masa depan yang harus ia tempuh ke depannya bersama pria yang akan menyandang gelar suaminya. Pria yang jelas-jelas tidak mencintainya.

'Apakah baik-baik saja berdiri di rumah Tuhan dan mengutarakan ikrar palsu?' Bianca memikirkan itu ketika ia menutup upacara pernikahannya dengan sebuah persetujuan yang tidak menunjukkan kesungguhan.

"Sekarang, silakan mencium mempelai wanitanya."

"Ha?"

Ketika si pendeta berbicara, Gerald spontan memberikan reaksi garang. Ia menatap Bianca dengan keogahan terpatri jelas di wajahnya. Dia tidak menyembunyikan keengganannya sama sekali, si bajingan itu. Bianca meringis menahan malu.

"Sekarang..., kau bisa mencium mempelai wanita..." si Pendeta menunjukkan keraguan dalam ucapannya yang kedua, ia agak risih terhadap reaksi Gerald yang jelas-jelas iritasi terhadap perintahnya. Seakan-akan dia sudah memerintahkan sesuatu yang sangat nista.

Si pendeta mungkin takut Gerald tiba-tiba memukulnya, karena demi Tuhan, Gerald seperti orang yang sangat haus darah di sana.

Tidak bisa dibiarkan, pikir Bianca.

Jika Gerald terus bereaksi keras, pernikahan ini akan menjadi cemoohan untuk keluarganya. Ayah mungkin akan marah besar juga. Jadi, memotong jarak di antaranya dan Gerald, suaminya yang tampan tersebut menunjukkan keterkejutan ketika Bianca menjadi lebih dekat di hadapannya. Aroma semanis bunga.

"Aku tau kau enggan, tapi ini diperlukan," Bianca berbisik di depan wajah Gerald.

"..."

"Hanya ciuman ringan, kau tidak akan mati." Bianca menambahkan sekali lagi.

Mencoba mengontrol emosinya yang sempat melonjak naik, Gerald pun mengingat kembali alasannya berada di upacara bodoh ini, menikah dengan wanita yang tidak ia cintai. Ia menemukan kendali dirinya dalam sepersekian detik di sana setelah mengingat bahwa pernikahan ini tidak akan berlangsung selamanya, ia hanya melakukan bisnis saja.

Tidak ada yang berubah di sini. Dia hanya menandatangani kontrak bisnis, ia tidak benar-benar menyerahkan hatinya kepada Bianca. Ia akan baik-baik saja karena semua ini tidak berarti apa-apa.

Ciuman ini juga, tidak memiliki arti apa-apa.

"Kyaaaa..." Pekik kebahagiaan yang bercampur dengan sorakan memenuhi ruangan. Para tamu undangan bersorak-sorai penuh keriuhan. Tidak tau sama sekali kalau di balik ciuman manis yang terjadi, si mempelai pria dan mempelai wanita menahan jeritan murka.

Bianca tidak menginginkan pernikahan ini terjadi.

Gerald tidak menginginkan pernikahan ini terjadi.

'Maafkan aku Tuhan, karena sudah berbohong di dalam rumahmu.' Bianca membuat permohonan dari lubuk hatinya yang terdalam, berharap agar Tuhan mengerti situasinya, tidak menghukumnya atas dusta yang sudah ia ciptakan dengan senyum palsu yang elegan.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurul Rahmawati
kereeenn ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status