Share

Rencana Awal

last update Last Updated: 2024-08-02 11:19:21

“Halo, Wat? Gimana kamu? Aku sengaja gak nelpon kamu karena tahu kalo kamu butuh waktu buat nerima kabar itu. Tega banget ya suami kamu! Istrinya kerja di negara orang, dia malah enak-enakan kawin ama janda!” cerocos Santi begitu panggilan tersambung.

“Janda?”

“Iya! Aku aja geram liatnya, makanya nyari tahu dari ibuku yang dapet undangan nikahannya. Kata ibuku, wanita itu namanya Linda, janda anak satu. Gak tahu laki sebelumnya itu mati apa cerai. Yang jelas Ibu bilang kalo dia itu janda yang buka warung kopi di pinggir jalan kampung.”

Santi menceritakan sendiri padahal aku tidak bertanya tentang hal itu. Lucu sekali kamu, Mas. menjandakan istri sendiri demi seorang janda. Memang ya, kalo udah selingkuh itu pasti gak punya otak! Atau otaknya sama-sama dipindah ke dengkul?

“Aduh, sorry banget, Wat. Aku jadi ceritain hal ini sama kamu. Pasti malah buat kamu sedih ya! Betewe kamu mau minta tolong apa?”

“Gak papa, San. Aku malah mau bilang makasih sama kamu karena kamu udah nunjukin busuknya suamiku dan keluarganya. Jadi gini, San. Aku pengen minta tolong sama kamu buat dateng ke rumahku. Cari tahulah tentang suamiku dan istri barunya disana. Aku punya rencana, tenang aja, nanti aku kasih uang buat ganti beli bensin! Gimana kamu mau gak? Kalau kamu keberatan sih aku juga gak masalah–”

“Oke! Aku mau, Wat. Pas ngeliat aja aku udah pengen jambak rambut wanita itu. Bener-bener gak tahu diri mereka itu! Sorry, Wat! Aku ikutan emosi ngeliatnya jadi aku pasti bantuin kamu. Bila perlu aku bantuin ngelabrak itu pelak0r kegatelan! Jangan lama-lama larut dalam kesedihan! Rugi nangisin mereka!”

Perkataan Santi membuatku tertawa, tapi ucapannya benar. Perselingkuhan mereka memang membuatku sedih tapi tak ada gunanya juga menangisi seorang pengkhianat dan juga sampah yang hobi memungut barang sisa orang lain. Aku hanya tidak terima kalau mereka masih menggunakan fasilitas yang kubeli dengan uangku. Mas Marno pernah memberitahuku, kalau ia sudah merenovasi rumah, membeli mobil dan juga tanah serta barang berharga lainnya yang aku yakin semuanya menggunakan uangku jadi aku akan merebutnya kembali sebelum membuang keluarga benalu itu ke laut!

Aku pun menceritakan semua rencanaku kepada Santi karena aku tidak bisa langsung pulang begitu saja. Namun tetap saja apapun yang terjadi, aku akan segera pulang untuk membuat perhitungan dengan suamiku dan keluarganya karena bagaimanapun tamu tidak akan masuk kalau tuan rumah tidak membukakan pintu. Beda cerita kalau maling, ia akan masuk secara diam-diam dan mengambil apa yang bisa menguntungkan dirinya.

Kuraih kembali gawai yang kuletakkan di atas nakas dan menelpon mertuaku, sebelumnya aku sudah mengirim pesan kalau aku akan membelikan mereka mobil baru, asalkan aku bisa berbicara dengan suamiku dan aku yakin Ibu langsung sumringah saat membaca pesanku. Hal ini terlihat dari panggilan dariku yang langsung diangkat pada deringan pertama.

“Halo, Wat? Kata ibu kamu mau beliin mobil baru ya?” tanya Mas Marno ceria.

“Iya, Mas. Atasanku menang tender besar dan dia ngasih bonus juga buatku, kalo dirupiahin sih bisa milyaran, Mas. kita kan udah punya rumah, jadi kayaknya buat beli mobil aja kali ya?”

“Milyaran? Iya, bener itu, Wat? Gimana kalo Mas beli Lambo aja? Kamu pasti senang juga kan kalau suamimu ini jadi keren banget kalo naik mobil itu?”

“Lambo? Boleh aja sih, Mas nanti aku bilang sama temenku. Jadi gini, Mas. Temenku kan owner sorum mobil, dia bisa tuh ngurus pembelian mobilnya tapi dia maunya tukar tambah gitu. Jadi nanti mobil alpard yang baru kita beli, ditukerin sama Lambo. Gimana? Mau kan?” tanyaku lagi. Aku yakin orang serakah dan gila pujian seperti Mas Marno pasti tidak akan berpikir panjang dan menerima begitu saja.

“Boleh banget itu. Ya udah kamu kasih aja nomor temen kamu, biar Mas yang urus mobil barunya di sini. Udah ya, Mas lanjut lagi.”

Mas Marno mematikan panggilan, aku tersenyum puas, aku memang berencana mengambil kembali mobil yang kubeli menggunakan uangku karena akan sulit kalau aku mengambilnya sendiri. Dengan begini, ia pasti akan menyerahkan semua surat-surat mobil itu dan menunggu datangnya mobil yang dia inginkan. Silakan nunggu sampe kiamat, Mas. karena mobil itu gak bakalan datang! Sekarang aku tinggal menunggu kabar dari Santi kapan dia janjian dengan Mas suamiku.

Keesokan harinya, aku menjual semua perhiasanku dan semua barang-barang milikku di sini, untung saja selama ini aku tidak memberikan seluruh gajiku kepada Mas Marno sehingga aku masih memiliki tabungan untuk diriku sendiri. Aku juga harus mengundurkan diri dari pekerjaan ini, meskipun merasa sayang tapi bagaimana lagi? Urusan ini jauh lebih penting dari apapun juga. Sebelum pergi, aku berpamitan kepada keluarga Ahmad yang selama ini sudah menampungku untuk bekerja di rumahnya. Aku pun menceritakan alasan sebenarnya kenapa aku memutuskan untuk berhenti kerja. Untunglah mereka mengerti dan tidak menuntutku karena berhenti kerja diluar kontrak. Baiknya lagi, mereka malah memberiku pesangon yang sangat banyak apabila dikonversikan ke rupiah. Hal ini membuatku tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada mereka.

Saat ini Aku sudah duduk di pesawat, beberapa jam lagi aku akan bertemu kembali dengan suami pengkhianat dan keluarga lucknut itu. Dasar lelaki tidak tahu berterima kasih! Udah dikasih hidup enak, bukannya nabung untuk masa depan malah keenakan berselingkuh! Liat aja nanti, Mas! Batinku sambil meremas bajuku sendiri untuk meredam amarah yang begitu besar tak sabar rasanya aku ingin melihat wajah terkejut mereka.

Sampai di kota kelahiran, Aku sengaja tidak langsung pulang ke rumah untuk melihat sendiri dengan mata kepalaku kalau Mas Marno sudah menikah lagi dengan Linda, janda yang berhasil merebut hati suamiku. Aku memesan sebuah kamar di hotel yang tidak jauh dari rumah kami karena aku belum sempat mencari rumah ataupun kontrakan di sini.

Ya, setelah menikah memang aku tinggal dengan mertua, dan pada saat pertama kali aku pergi ke luar negeri, Mas Marno berjanji kalau dia akan membangun rumah untuk kami berdua agar tidak lagi merepotkan ibu dan bodohnya lagi aku percaya begitu saja dengan ucapannya dan mengirimkan gajiku kepadanya.

****

“San, pokoknya nanti kalau kamu datang ke rumahnya, jangan matiin panggilan kita ya! Biar aku bisa denger apa perkataan mereka dan kamu bicara sesuai dengan ucapanku ya. Jangan lupa juga kamu beli nomor baru dan kasihin ke mereka!”

“Iya … Wati! Kamu udah ngomong itu ratusan kali. Ini aku udah di depan gerbang rumah mereka nih. Betewe, Rumah kamu gede juga ya? Aku yakin rumahmu ini yang paling besar di kampung ini.”

Aku tidak langsung menjawab, karena aku sendiri belum pernah melihat rumah yang sudah dibangun oleh suamiku itu. Panggilan dimatikan, dan tak berapa lama aku mendengar Santi sedang berbicara dengan seseorang.

“Selamat pagi, Nama saya Ana yang janjian dengan Pak Marno.” Santi berbicara dengan seseorang, aku yakin ia sudah berada di depan Ibu atau si Gund1k itu. Aku juga memintanya untuk menggunakan nama samaran agar mereka tidak bisa mencari tahu tentang Santi.

“Iya, tadi Ndoro Lanang sudah bilang. Silakan masuk!”

“San, agak deketan dikit, suara dia gak gitu kedengaran!” aku memang mendengar suara Santi, tapi tidak dengan lawan bicaranya yang hanya terdengar lirih. Santi tidak menjawabku tapi aku yakin dia mendengarnya.

“Ibu namanya siapa? Kenapa tangan ibu luka?” tanya Santi lagi, sepertinya ia berbasa-basi saat masuk ke dalam rumahnya.

“Nama Ibu Aminah, Ibu pembantu di rumah ini dan luka ini, gak sengaja Ibu kepleset pas masak tadi trus kena minyak. Duduk dulu, Mbak. Biar saya panggilkan Ndoro Juragan!”

Deg!

Suara itu? Apa aku tak salah dengar? Ndoro Juragan? Aminah? Ibuku? Kenapa ibu ada di rumah mertuaku? Dan kenapa ia memperkenalkan diri menjadi pembantu di rumah? Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Karma?

    Sudah enam bulan berlalu sejak aku memberi tahu Melati kalau ayahnya sekarang berada di penjara. Mungkin dia memang masih kecil tapi aku tidak mungkin membohonginya sehingga aku pun mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Mas Marno di penjara karena perbuatannya menyakiti Melati, secara tidak langsung aku mengajari Melati kalau kekerasan itu tidak boleh dilakukan. Awalnya Melati merasa sedih karena bagaimanapun dia adalah ayahnya tapi kini senyum ceria di wajahnya sudah kembali.“Wat, usahamu sudah berkembang dengan pesat, gimana kalau kamu mulai buat beli rumah? Ucap Ibu di sela-sela memasak. “Boleh juga, Bu tapi aku belum nemu yang cocok. Ibu ada rekomendasi gak pengen tinggal dimana?”“Sebenarnya ada sih.” Ibu menaruh pisau yang dipegangnya kemudian mulai bercerita.“Bu Intan yang dulu tinggal gak jauh dari rumah mertuamu nawarin tanahnya. Dia mau jual karena butuh biaya buat berobat anaknya. Katanya sih mau dijual murah.”“Murahnya berapa, Bu?” tanyaku mulai tertarik. Aku meman

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Diusir

    PoV Ratna“Setelah melihat dari bukti dan saksi yang ada akhirnya kami memutuskan untuk memberikan hukuman selama satu tahun penjara dan denda satu milyar. Mereka mendapatkan keringanan karena berkelakuan baik selama berada di dalam penjara. Hal itu lah yang digunakan sebagai pertimbangan.”Aku tidak mungkin bisa melupakan kalimat yang membuat hidupku berubah. Anakku satu-satunya di penjara padahal dia sama sekali tidak bersalah. Ini semua gara-gara Wati, wanita yang dinikahi oleh Marno, anakku. Kalau saja mereka tidak menikah, pasti kejadian ini tidak akan pernah terjadi kepadaku. Setiap hari aku hanya bisa menangis di dalam kamar yang sempit ini menunggu mereka berdua keluar dari hotel prodeo itu.Brak!Pintu kamar dibuka dengan keras, membuatku sampai berjingkat karena kaget. Rupanya yang melakukannya Devi, adiknya Linda yang menggantikan usaha kakaknya berjualan warung kopi yang lumayan ramai dikunjungi pembeli.“Bu, aku udah bilang berapa kali? Di sini tuh bukan hotel jadi jangan

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gara-gara Tiara!

    Aku mengajaknya turun untuk makan, dan mungkin bisa mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin membahas tentang hal ini karena menurutku belum saatnya Melati mengetahui kalau ayahnya beras dibalik jeruji.Kupikir dia akan lupa, tapi tetap saja ia turun dengan membawa baju untuk ayahnya. Ya sudah mau tak mau aku pun harus menjawab pertanyaannya anak gadisku ini. Namun Bagaimana bisa dia membeli baju laki-laki seukuran ayahnya? Apakah begitu mudahnya dia memaafkan perilaku bapaknya yang tidak manusiawi itu? Aku masih terdiam, masih belum bisa menerima kenyataan kalau Melati semudah itu ingin bertemu dengan bapak kandungnya “Bukan ibu yang suruh, tapi dia tadi ngerengek minta dibeliin baju buat suami mu. Katanya di sekolah besok ada pelajaran bercerita tentang ayahnya, jadi dia pengen beliin sesuatu dan akan dia ceritakan di sekolah kalau dia masih punya bapak yang sayang sama dia.”Ya Allah, hatiku mencelos saat mendengar ibu menceritakan kisah dibalik sebuah kemeja berwarna putih itu.

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Hukuman

    Aku menjalani hari dengan tenang karena kedua orang yang mengganggu hidupku kini sedang berada di penjara. Aku senang karena akhirnya perlahan keadilan mulai datang kepadaku. Mas Marno dan Linda sedang berada di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun keputusan dari pengadilan belum keluar sepenuhnya. Beberapa minggu yang lalu aku mendapatkan panggilan telepon dari kepolisian katanya mereka berdua ingin berbicara denganku tapi aku mengabaikannya. Dan hari ini adalah sidang putusan tentang semuanya, makanya aku memutuskan untuk mengunjungi merek sebentar.“Bu, aku titip Melati ya! Bekal dan peralatan sekolahnya udah kusiapkan di kamar.”“Iya, Wat. Oh iya, nanti aku mau ngajak Melati jalan-jalan ke mall karena katanya dia pengen beli mainan yang sama dengan temannya. Boleh kan?”“Boleh, Bu. nanti aku transfer uangnya ya! Jangan lupa nanti pulangnya langsung ke warung aja, Bu. Soalnya nanti truk pengangkutnya datang siang.” Ibuku mengangguk setuju, tak lupa aku salim

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Rencana Masa Depan

    Tanpa menunggu lagi, aku mendatangi rumah rentenir yang biasa dipanggil Bu Kaji itu. Siapa pun yang mendengar pertama kali pasti tidak akan menyangka kalau wanita itu adalah seorang rentenir karena gayanya yang terlihat biasa saja. Sudah dua kali aku pergi ke rumahnya dan terus saja kagum karena keamanannya. Banyak sekali preman-preman yang duduk santai di rumah ini seakan rumah mereka sendiri. Wajah mereka seram dan bertato tapi sama sekali tidak menakutkan karena mereka sangat ramah kepadaku. Preman itu juga selalu tersenyum, kontras sekali dengan jaket kulit dan tato yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.“Duduk di sini ya Mbak Wati. sebentar lagi Ibu turun kok. Diminum dulu tehnya!”“Makasih, Mas.” Aku tersenyum saat ada seorang pria yang menyodorkan segelas teh kepadaku, aku mencicipinya untuk menghargai si empunya rumah yang sudah menyambutku dan tak lama kemudian yang kucari akhirnya muncul. Seperti biasa, wanita yang akrab dipanggil Bu Kaji ini datang dengan menggunakan daste

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gadaikan Saja

    “Wati? Kok mau bisa ada di sini?”“Ibu apain anakku?” teriakku marah.Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi apa yang sudah ibu perbuat benar-benar membuatku kehilangan kesabaran. Kupikir setelah kehilangan rumah, Ibu akan menyadari kesalahannya tapi ternyata tidak. Memang benar kalau watak itu tidak akan bisa berubah.“Ibu gak ngapa-ngapain kok. Melati terus aja teriak-teriak padahal gak ada apa-apa. Ibu minta buat diem, tapi dia ngeyel. Ya udah gimana lagi?”Nafasku memburu, dalam hati berulang kali aku mengucapkan istigfar agar tidak memukul wanita yang sudah melahirkan suamiku ini. Perbuatannya kali ini sudah diluar batas dan tidak bisa dimaafkan lagi. “Dari Mana Ibu bisa tahu dimana sekolah Melati, hah? Dan kenapa ibu lancang jemput dia? Apa ibu belum puas nyakitin anakku?! Dasar–” Hampir saja amarahku meledak, untung saja tadi akhirnya Ibu dan Ardian ikut serta sehingga bisa membuatku mengerem ucapanku sendiri agar tidak mengumpat di depan Melati.Kuhirup nafas dalam-dalam untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status