Share

Wati vs Linda

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-19 22:49:22

Aku mematung sesaat, bagaimana pun, lelaki yang sedang bergumul diatas ranjang itu adalah suamiku. Aku menikah dengannya karena cinta, bukan perjodohan yang dilakukan kedua orang tua kami. Sakiiit sekali rasanya saat melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau lelaki yang selama ini mencintaiku sedang memeluk tubuh wanita lain di ranjang tempat kami berdua memadu kasih.

“Wat–ti? Kok kamu bisa ada di sini? Kapan kamu pulangnya?” Mas Marno mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Perlahan ia mendatangiku berusaha untuk memelukku tapi dengan cepat aku mendorong tubuhnya agar menjauh.

Mana mungkin aku mau disentuh oleh pria yang baru saja tidur dengan wanita lain di ranjang kami berdua? Dan dengan wajah tanpa berdosa wanita itu kembali berpakaian seakan merasa kalau aku ini tidak ada di sini. Sentuhan itu membuatku tersadar kalau Mas Marno sama sekali tidak pantas untuk ditangisi, apalagi mengingat perakuannya kepada Melati membuatku teringat tujuanu datang ke sini. 

“Ini gak seperti yang kamu kira, Wat. Aku sama Linda itu–”

“Cukup, Mas! Aku gak mau denger omong kosongmu itu!”

Tanpa mereka duga, aku menarik rambut wanita yang sedang mengambil bajunya itu. Wanita itu seketika menjerit ketakutan.

“Aku gak peduli kamu siapa, tapi kamu udah tidur di ranjangku! Aku yang membelinya dengan keringatku jadi aku gak rela kalau kamu memakainya!”

Aku menyeret wanita itu dengan menarik rambutnya. Dia terpaksa mengikuti langkahku karena kepalanya pasti terasa sakit kalau dia mencoba untuk berontak!

“Dasar wanita gil4! Lepasin tanganmu, Si4lan!” teriak pelakor itu.

“Wat, jangan kayak gini, kasihan Linda!”

“Diam kamu, Mas! Atau aku akan menarik rambutnya sampai lepas dari kulit kepalanya. Kamu tahu kan aku sabuk hitam? Jangan main-main sama aku!! Aku kerja di negeri orang biar kehidupan kita mapan tapi ini balasan yang kamu kasih buatku, Mas? Kalau kamu mau nikah lagi, modal dong! Aku gak mau kalau kalian enak-enakan menggunakan semua uangku!”

Mas Marno sama sekali tak bisa berkutik. Ia hanya bisa memasang wajah memelas dan memohon agar aku tidak berbuat lebih jauh lagi kepada wanita yang sedang menundukkan kepalanya itu.  Dia sudah tahu bagaimana kalau aku marah, aku bukanlah wanita lemah yang akan menangis darah saat suami selingkuh atau hatiku disakiti. Aku juga bukan wanita penyabar yang menunggu datangnya karma kepada mereka yang sudah menyakitiku, tapi aku akan langsung membalasnya saat itu juga karena kemarahanku ini perlu dilampiaskan.

Aku menyeretnya sampai ke halaman biar semua orang tahu kalau wanita ini sudah merusak rumah tangga orang. Herannya lagi, wanita itu tidak seperti pelakor lain yang menangis saat ketahuan berselingkuh dengan suami orang. Ia justru terus-terusan mengumpat dan menyumpahiku dengan berbagai sumpah serapah.

“Lepaskan aku, Si4lan! Awas kamu ya!  Aku akan balas nanti!”

“B4cot!”

Aku melemparnya begitu saja saat melepaskan tanganku dari rambutnya, ia terjerembab dan terjatuh. Teriakan dan umpatannya barusan membuat beberapa orang mulai memenuhi halaman rumah mertuaku. Namun tetap saja, aku dan dia sama-sama tidak peduli dengan banyaknya penonton yang seperti tengah penonton yang mengelilingi kami bertiga layaknya tengah mendapatkan hiburan gratis. Aku yakin mereka juga pasti merasa geram dengan Mas Marno yang membawa wanita lain ke rumah kami padahal tahu kalau aku tengah bekerja menjadi TKW di Arab.

“Aneh banget! Kok bisa ya Wajah pelakor malah lebih garang dari istri yah?”

“Ya itu lah, Mbak. kalau otak dan hati udah ketutup sama Nafsu, yang ada cuman gak tahu diri, playing victim.”

Mulai terdengar kasak-kusuk yang membicarakan Linda, aku bisa tahu karena tak sengaja mendengar saat mereka sedang berdiri di belakangku.

“Hajar aja, Mbak! Pelakor emang gak punya malu! Aku mendukungmu!” teriak entah siapa yang jelas aku yakin kalau mereka sedang membicarakan pelakor itu.

“Aku bukan pelakoor!” wanita itu pun juga mendengar percakapan ibu-ibu di belakang kami. 

“Aku ini dinikahi secara sah oleh Mas Marno, jadi aku juga istrinya. Emangnya salah kalau seorang istri sedang melakukan kewajibannya kepada suami? Kalian itu gak tahu apa-apa. Lebih baik keluar semua dari rumahku!” Linda yang marah mengusir orang-orang yang berkumpul di sini, kebanyakan dari mereka itu adalah ibu-ibu yang tentu saja membela istri sah daripada pelakor.

“Mana mungkin bisa nikah secara sah di mata negara. Wong Marno aja jelas masih punya istri kok. Kalau mau nikah secara sah ya … ceraiin dulu itu Mbak Wati. tapi kayaknya gak mungkin kan kalian cuma numpang idup sama Wati.”

“Iya, kalau gak ada Mbak Wati, gak mungkin kalian bisa punya rumah sebesar ini, punya mobil, bisa beli tanah. Wong mertuamu aja cuma pensiunan dengan gaji dua juta. Dan suamimu ini pemalas! Gak mau kerja susah, tapi maunya hidup enak!”

“Aku juga heran apa yang menarik dar janda ini, dari wajah aja udah keliatan kalau cantikan Mbak Wati, dari segi materi juga jelas kalah, jauh lebih berduit Mbak Wati.”

“bu-Ibu, gak perlu skill hebat kalau mau jadi pelakor. Cukup  gak tahu diri, gak punya malu dan diobral murah! Pasti tuh, langsung pada mendekat para lelaki yang lemah iman.”

Bukan aku yang barusan bilang begitu, tapi para ibu-ibu yang juga ikutan geram dengan tingkah pelakor yang memang gak tahu malu. Dia merasa benar hanya karena dinikahi secara diam-diam padahal hanya nikah di bawah tangan karena aku sebagai istri sah tidak tahu menahu.

“Diam kalian semua! Jangan kalian menyalahkan Linda! Dia sama sekali gak salah!”

Wah, sang pahlawan akhirnya berani membuka mulutnya padahal sejak tadi ia hanya diam saja melihat keadaan. Akan tetapi pada saat gund1k itu dihina, sang suami barunya itu langsung melindunginya. Hatiku terasa nyeri seperti tercubit pisau. Seharusnya aku lah yang berhak mendapatkan perlakuan itu, tapi karena hatinya sudah tertutup n4fsu membuat suamiku sama sekali tidak menyadari kalau aku lah yang tersakiti di sini. Aku yakin Mas Marno merasa kalau istri keduanya lah yang menjadi korban di sini.

“Wati! Ini yang kamu mau, hah? Kehidupan pribadi kita diekspos keluar? Bahkan sampai tetangga yang gak ada hubungan sama kita bisa komentar semaunya? Pulang-pulang attitude mu jadi kayak gak pernah sekolah! Gini nih kalau nikah sama wanita kampung! Ibumu gak pernah ngajarin sopan santun ya sama suami!”

Plak!

Akhirnya tanganku mendarat juga di pipi Mas Marno, sejak tadi aku diam saja dan menahan emosiku, tapi begitu dia menyebutkan Ibuku, entah kenapa tanganku reflek menamparnya. Aku tak terima kalau ibuku yang lemah lembut dan memiliki ilmu sabar tingkat tinggi itu dihina sama Mas Marno.

“Kasar banget sih jadi wanita! Pantes aja Mas Marno milih aku, kamu itu gak ada anggun-anggunya jadi wanita. Masa iya suami sendiri di tampar! Kamu gak papa, Mas?”

Aku tersenyum pahit, kenapa aku yang seperti orang jahat di sini padahal posisiku di sini adalah istri sah yang diselingkuhi suamiku sendiri.

“Sakit banget, Lin. Wati! Bener-bener kamu ya!” Mas Marno mengelus pipi kanannya yang terlihat memerah, dia pun maju beberapa langkah, sepertinya ingin membalas tamparanku barusan. Aku mulai bersiap–

“Ada apa ini?” tanya sebuah suara yang tiba-tiba datang dari arah pintu gerbang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Karma?

    Sudah enam bulan berlalu sejak aku memberi tahu Melati kalau ayahnya sekarang berada di penjara. Mungkin dia memang masih kecil tapi aku tidak mungkin membohonginya sehingga aku pun mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Mas Marno di penjara karena perbuatannya menyakiti Melati, secara tidak langsung aku mengajari Melati kalau kekerasan itu tidak boleh dilakukan. Awalnya Melati merasa sedih karena bagaimanapun dia adalah ayahnya tapi kini senyum ceria di wajahnya sudah kembali.“Wat, usahamu sudah berkembang dengan pesat, gimana kalau kamu mulai buat beli rumah? Ucap Ibu di sela-sela memasak. “Boleh juga, Bu tapi aku belum nemu yang cocok. Ibu ada rekomendasi gak pengen tinggal dimana?”“Sebenarnya ada sih.” Ibu menaruh pisau yang dipegangnya kemudian mulai bercerita.“Bu Intan yang dulu tinggal gak jauh dari rumah mertuamu nawarin tanahnya. Dia mau jual karena butuh biaya buat berobat anaknya. Katanya sih mau dijual murah.”“Murahnya berapa, Bu?” tanyaku mulai tertarik. Aku meman

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Diusir

    PoV Ratna“Setelah melihat dari bukti dan saksi yang ada akhirnya kami memutuskan untuk memberikan hukuman selama satu tahun penjara dan denda satu milyar. Mereka mendapatkan keringanan karena berkelakuan baik selama berada di dalam penjara. Hal itu lah yang digunakan sebagai pertimbangan.”Aku tidak mungkin bisa melupakan kalimat yang membuat hidupku berubah. Anakku satu-satunya di penjara padahal dia sama sekali tidak bersalah. Ini semua gara-gara Wati, wanita yang dinikahi oleh Marno, anakku. Kalau saja mereka tidak menikah, pasti kejadian ini tidak akan pernah terjadi kepadaku. Setiap hari aku hanya bisa menangis di dalam kamar yang sempit ini menunggu mereka berdua keluar dari hotel prodeo itu.Brak!Pintu kamar dibuka dengan keras, membuatku sampai berjingkat karena kaget. Rupanya yang melakukannya Devi, adiknya Linda yang menggantikan usaha kakaknya berjualan warung kopi yang lumayan ramai dikunjungi pembeli.“Bu, aku udah bilang berapa kali? Di sini tuh bukan hotel jadi jangan

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gara-gara Tiara!

    Aku mengajaknya turun untuk makan, dan mungkin bisa mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin membahas tentang hal ini karena menurutku belum saatnya Melati mengetahui kalau ayahnya beras dibalik jeruji.Kupikir dia akan lupa, tapi tetap saja ia turun dengan membawa baju untuk ayahnya. Ya sudah mau tak mau aku pun harus menjawab pertanyaannya anak gadisku ini. Namun Bagaimana bisa dia membeli baju laki-laki seukuran ayahnya? Apakah begitu mudahnya dia memaafkan perilaku bapaknya yang tidak manusiawi itu? Aku masih terdiam, masih belum bisa menerima kenyataan kalau Melati semudah itu ingin bertemu dengan bapak kandungnya “Bukan ibu yang suruh, tapi dia tadi ngerengek minta dibeliin baju buat suami mu. Katanya di sekolah besok ada pelajaran bercerita tentang ayahnya, jadi dia pengen beliin sesuatu dan akan dia ceritakan di sekolah kalau dia masih punya bapak yang sayang sama dia.”Ya Allah, hatiku mencelos saat mendengar ibu menceritakan kisah dibalik sebuah kemeja berwarna putih itu.

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Hukuman

    Aku menjalani hari dengan tenang karena kedua orang yang mengganggu hidupku kini sedang berada di penjara. Aku senang karena akhirnya perlahan keadilan mulai datang kepadaku. Mas Marno dan Linda sedang berada di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun keputusan dari pengadilan belum keluar sepenuhnya. Beberapa minggu yang lalu aku mendapatkan panggilan telepon dari kepolisian katanya mereka berdua ingin berbicara denganku tapi aku mengabaikannya. Dan hari ini adalah sidang putusan tentang semuanya, makanya aku memutuskan untuk mengunjungi merek sebentar.“Bu, aku titip Melati ya! Bekal dan peralatan sekolahnya udah kusiapkan di kamar.”“Iya, Wat. Oh iya, nanti aku mau ngajak Melati jalan-jalan ke mall karena katanya dia pengen beli mainan yang sama dengan temannya. Boleh kan?”“Boleh, Bu. nanti aku transfer uangnya ya! Jangan lupa nanti pulangnya langsung ke warung aja, Bu. Soalnya nanti truk pengangkutnya datang siang.” Ibuku mengangguk setuju, tak lupa aku salim

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Rencana Masa Depan

    Tanpa menunggu lagi, aku mendatangi rumah rentenir yang biasa dipanggil Bu Kaji itu. Siapa pun yang mendengar pertama kali pasti tidak akan menyangka kalau wanita itu adalah seorang rentenir karena gayanya yang terlihat biasa saja. Sudah dua kali aku pergi ke rumahnya dan terus saja kagum karena keamanannya. Banyak sekali preman-preman yang duduk santai di rumah ini seakan rumah mereka sendiri. Wajah mereka seram dan bertato tapi sama sekali tidak menakutkan karena mereka sangat ramah kepadaku. Preman itu juga selalu tersenyum, kontras sekali dengan jaket kulit dan tato yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.“Duduk di sini ya Mbak Wati. sebentar lagi Ibu turun kok. Diminum dulu tehnya!”“Makasih, Mas.” Aku tersenyum saat ada seorang pria yang menyodorkan segelas teh kepadaku, aku mencicipinya untuk menghargai si empunya rumah yang sudah menyambutku dan tak lama kemudian yang kucari akhirnya muncul. Seperti biasa, wanita yang akrab dipanggil Bu Kaji ini datang dengan menggunakan daste

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gadaikan Saja

    “Wati? Kok mau bisa ada di sini?”“Ibu apain anakku?” teriakku marah.Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi apa yang sudah ibu perbuat benar-benar membuatku kehilangan kesabaran. Kupikir setelah kehilangan rumah, Ibu akan menyadari kesalahannya tapi ternyata tidak. Memang benar kalau watak itu tidak akan bisa berubah.“Ibu gak ngapa-ngapain kok. Melati terus aja teriak-teriak padahal gak ada apa-apa. Ibu minta buat diem, tapi dia ngeyel. Ya udah gimana lagi?”Nafasku memburu, dalam hati berulang kali aku mengucapkan istigfar agar tidak memukul wanita yang sudah melahirkan suamiku ini. Perbuatannya kali ini sudah diluar batas dan tidak bisa dimaafkan lagi. “Dari Mana Ibu bisa tahu dimana sekolah Melati, hah? Dan kenapa ibu lancang jemput dia? Apa ibu belum puas nyakitin anakku?! Dasar–” Hampir saja amarahku meledak, untung saja tadi akhirnya Ibu dan Ardian ikut serta sehingga bisa membuatku mengerem ucapanku sendiri agar tidak mengumpat di depan Melati.Kuhirup nafas dalam-dalam untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status