Share

Bab 12. Melamar

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-05-19 21:43:27
Keya mengamati baju di almari, baju Ratna yang pernah ditawarkan Maryam. Dipilih-pilihnya baju itu, yang semua nampak pas di badannya yang tak terlalu tinggi. Keya sedikit heran, katanya keluarga ini hidup dalam pas-pasan tapi baju yang dikenakan Ratna sewaktu remaja bukanlah baju sembarangan, semuanya adem, terkesan baju mahal walau Keya tak tahu apa itu baju bermerk, karena dia tak mengenal merk baju muslim.

Setelah sekian lama, dari belum subuh, dia memilih dan mencoba, akhirnya dia mengambil baju yang biru tua dengan kerudung instan. Keya tak tahu apa kerudung itu kini sudah tertinggal zaman atau tidak mengingat Ratna kini sudah berumur. Yang jelas yang namanya baju muslim terusan ya, begini-begini, dari tahun ke tahun, pikirnya.

Keya keluar dari kamar sudah rapi berbusana muslim. Maryam yang memandangnya segera merangkulnya.

"Cantik sekali kamu, Dhuk," kata Maryam, bertepatan dengan Liam yang keluar sudah rapi. Dia juga nampak terhanyut dengan kecantikan Keya yang baru memakai hij
HaniHadi_LTF

Kak Umriyah Purnawati masih lihat novelku nggak? Salam kenal juga. Saya memang orang Gresik. Tepatnya kecamatan Dukun

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nala Ratih S
Ibu sama bapaknya Nabil egois banget. Demi masa depan anaknya mereka gak ngasih tau keadaan Keya sama Nabil. Malah sekarang jadi orang lain yang bertanggung jawab sama keadaan Keya. Nantinya pasti keadaannya jadi tambah rumit, apalagi ada Dania juga diantara mereka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 164. Deg degan

    Pagi itu, Keya masih seperti biasanya, sibuk mempersiapkan perlengkapan Sheryn lalu pergi mengajar dan bergabung dengan ibu-ibu guru lainnya di sekolah. Bu Mar menghampirinya dengan senyum ramah seperti biasa."Bu Keya, nanti ikut ke Pesantren ya, kita diundang makan-makan oleh Pak Kyai. Ada acara peresmian besar.""Peresmian?" tanya Keya, mengernyit penasaran."Iya, Bu. Pesantren ini akan diresmikan sebagai pesantren berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi oleh Menteri Pendidikan langsung. Katanya akan jadi percontohan nasional," jawab bu Mar."Kita ngajar anak-anak duluh, istirahat baru ke sana, ramai-ramai berangkatnya," timpal Bu Siti.Keya mengangguk sambil mengeluarkan kepala Sheryn dari kerudung. Bayi kecil itu baru saja tertidur usai menyusu. Ia mencium pipinya lembut. Sejenak, pikirannya melayang pada Ummi Aisyah yang selama ini selalu membantunya mengasuh Sheryn. Sekarang, saat ia harus membawa anaknya ke mana pun, ia menyadari betapa berat perjuangan ibunya Nabil itu."Di

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 163. Kacau

    "Kamu mencari seseorang?" tanya Keya melihat raut wajah Nabil yang tampak tegang."E, enggak." kata Nabil tergagap.Sepanjang perjalanan mereka terdiam. Yang ada hanya celotehan Sheryn yang membuat suasana menjadi tidak tegang. Bahkan mereka bisa bercanda karena Sheryn.Mereka lalu terdiam kembali, sampai tiba di rumah sakit."Cucuku, sini." H Darman melambai."Abamu keinget Sheryn terus," kata Bu Aisyah lalu meraih Sheryn dari gendongan Nabil untuk didekatkan ke H Darman. Gadis itu pun mengoceh dengan mencari cari apa yang bisa dia ambil.H Darman mengciumknya dengan penuh sayang."Ummi, ayo makan," ajak Keya sambil mengeluarkan rantang yang dia bawa.Nabil yang justru mendekat melihat opor ayam kesukaannya. "Sepertinya sedap sekali." Nabil mencicipi. "Kamu sekarang jadi pandai memasak," pujinya yang membuat Keya tersenyum."Nunggu Ummi dulu kenapa sih?" Keya mencegat tangan Nabil yang sudah membawa piring yang dibawa Keya. Nabil terkekeh.Bu Aisyah dan H Darman tertawa melihat tingk

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 162. Mencoba berdamai

    "Sama ayah ya?""Ya ya,..ya,.. ya,.. Buu,.aat."Keya segera lari ke kamar begitu melihat siapa yang datang. Dia mengambil kerudung instan yang biasa dia pakai di sekitar rumah."Bunda nggak jahat Sayang. Kamu yang nggak nurut Bunda."Seolah mengerti dimarahi, balita itu malah mengeraskan tangisnya sampai Bi Ira yang menyelesaikan masakannya keluar."Eh, ada Ayah ya?"Sheryn seolah mengerti dia mengeluarkan kata-kata pada Bi Ira."Kalau gitu jangan nangis lagi, dong, anak cantik! Habisnya kamu sih, rewel.""Assalamualaikum, Bi, apa khabar?""Alhamdulillah, Le. Kamu,.kelihatan beda banget. Bi Ira pangling.""Bedanya tambah item ya, Bi?""Bukan gitu, Le. Kamu terlihat makin dewasa.""Biasa saja. Bi," ucapnya tersenyumSheryn jadi tersenyum dengan tangan yang mengayun menyambut tangan Nabil yang hendak menganggkatnya.Cepat-cepat Keya menyingkirkan baju tidur begitu Nabil lewat. Lalu dia mengambil baju Sheryn dan peralatan bayi lain dari kamar untuk dibawa ke depan.Namun Nabil yang tadi

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 161. Perih

    Nabil terlenguh. Ternyata jilbab Keya bukanlah hanya jilbab yang menutup kepalanya saja. Dia telah memakaikan jilbab itu dalam ke dasar hatinya, hingga menjaga citra jilbabnya agar tak ternoda. Diingatnya saat dulu, Keya yang suka mengagetkannya, lalu memeluknya dari belakang dengan mengacak rambutnya."Cinta itu sudah mati untukmu, Nabil!" ucap Keya dengan kaki yang sudah luntruh ke lantai. "Keke yang mencintaimu sudah tiada."Nabil terhentak. Dia tidak mengira akan mendengar kata-kata itu dari mulut Keya. Langkahnya sampai mundur ke belakang. Dia masih mengira, tatapan Keya masih sama untuknya."Tidak, Ke.. kamu bohong," bantahnya. Bagaimanapun juga rasa di hatinya tak pernah padam. Dia selalu berharap pandangan Keya tetap sama hanya untuknya walau dia milik orang lain.Keya beranjak, mendekat ke Sheryn. Dibujuknya kembali anak itu untuk ikut dengannya. "Ke,.. jangan kamu luapkan amarahmu padanya. Di masih tidur, Ke." Ditariknya tangan Keya dengan paksa, lalu direngkuhnya. Namun d

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 160. Sudah mati

    "Astaghfirullah, Nabil!"Keya buru-buru memalingkan wajah, pipinya bersemu merah. Ia tak menyangka pintu terbuka begitu saja, menampilkan sosok lelaki itu dengan hanya handuk melilit pinggang.Nabil berdiri membelakangi sinar pagi dari jendela kamar, membuat siluet tubuhnya semakin terlihat jelas. Bahunya lebar, otot lengannya menggurat, dan dada bidangnya masih basah. Sisa sabun mengalir pelan, turun mengikuti alur otot perutnya yang mengeras. Bahkan masih ada sabun di dadanyaKeya menelan ludah. Jantungnya berdebar. Pandangannya meluncur cepat ke lantai."Aku kira siapa," kata Nabil. Suaranya serak, sedikit tertahan, seolah baru sadar apa yang terjadi."Maaf..." bisik Keya, langkahnya berbalik cepat ke arah dapur, hendak mencari Bu Aisyah untuk menutupi rasa malu. Namun belum sempat ia melangkah jauh—"Ya, ya, ya, ya!"Suara Sheryn melengking di ruangan itu. Tangannya terjulur ke arah Nabil. Anak itu menangis, suaranya pecah, dan tubuhnya memberontak dari gendongan Keya."Sshh... She

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 159. Maaf, Nak!

    Pukul 2. 30 dini hari.Barak masih tenggelam dalam keheningan. Udara dingin menyusup masuk dari celah jendela, menggigit kulit. Ranjang-ranjang besi berderet rapi, masing-masing dihuni tubuh lelah yang tenggelam dalam mimpi.Tiba-tiba suara langkah tergesa memecah sunyi. Suara sepatunya berat, khas sepatu komando yang menghantam lantai dengan dentuman kecil."Taruna Nabil!"Suara itu keras dan tegas, menggema di ruang barak. Nabil terlonjak bangun. Matanya membelalak. Sekilas ia pikir ia sedang bermimpi, tapi tidak—panggilan itu nyata, menggetarkan jantungnya."Iya, Komandan!" jawabnya cepat sambil berdiri tegak, walau masih separuh sadar."Ikut saya ke ruang pengasuh. Ini penting. Ada kabar dari rumah."Tanpa bertanya, tanpa ragu, Nabil menyambar jaket dan mengikuti langkah cepat sang pengasuh. Perasaannya tak menentu. Hatinya mendadak dicekam resah.Sesampainya di ruang pengasuh, seorang perwira muda menyerahkan ponsel kantor."Ini ibumu. Cepat bicara. Jangan lama."Dengan tangan gem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status