Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 320. Hanya kamu, Ranying!

Share

Bab 320. Hanya kamu, Ranying!

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-09-22 19:48:56

"Kamu siap?" tanya Nabil.

Ara mengangguk.

Malam itu, udara sungai terasa dingin dan lengket. Nabil dan Ara mendayung perahu kecil dengan hati-hati, suara kayu beradu dengan air nyaris tak terdengar. Sengaja mereka tak menghidupkan mesin agar tidak terdengar. Dari kejauhan, lampu-lampu samar terlihat berkedip di balik pepohonan rimbun.

“Pulau kecil itu, kan?” bisik Ara sambil menunjuk ke arah bayangan tanah yang dipenuhi rumpun bambu dan pohon kelapa.

Nabil mengangguk, wajahnya tegang. “Ya. Tempat itu yang secara nggak langsung pernah dibahas Ranying. Kita harus hati-hati. Kamera ini jangan sampai mati.”

Perahu mereka menepi pelan di celah sempit, terlindung akar bakau. Nabil turun lebih dulu, menahan perahu supaya Ara bisa melompat tanpa suara. Mereka merunduk, berjalan meniti tanah lembek, lalu mendaki sedikit ke arah cahaya.

Begitu melewati semak, pemandangan terbuka. Di tengah pulau kecil itu berdiri bangunan semi permanen dari kayu dan seng, bercampur tenda besar. Lampu sorot meny
HaniHadi_LTF

Kak Dwi, Kalau ghak salah, ini udah terakhir hari aku ikut kontes nulis. Udah kelar juga, bisa disimak dari kata-kata Keya. Tinggal Nabil jadian sama siapa. Kak Dwi bisa tengok bab akhir kalau nggak sabar. Kalau dipotong sekarang, jadi nggak logis.

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 320. Hanya kamu, Ranying!

    "Kamu siap?" tanya Nabil.Ara mengangguk.Malam itu, udara sungai terasa dingin dan lengket. Nabil dan Ara mendayung perahu kecil dengan hati-hati, suara kayu beradu dengan air nyaris tak terdengar. Sengaja mereka tak menghidupkan mesin agar tidak terdengar. Dari kejauhan, lampu-lampu samar terlihat berkedip di balik pepohonan rimbun.“Pulau kecil itu, kan?” bisik Ara sambil menunjuk ke arah bayangan tanah yang dipenuhi rumpun bambu dan pohon kelapa.Nabil mengangguk, wajahnya tegang. “Ya. Tempat itu yang secara nggak langsung pernah dibahas Ranying. Kita harus hati-hati. Kamera ini jangan sampai mati.”Perahu mereka menepi pelan di celah sempit, terlindung akar bakau. Nabil turun lebih dulu, menahan perahu supaya Ara bisa melompat tanpa suara. Mereka merunduk, berjalan meniti tanah lembek, lalu mendaki sedikit ke arah cahaya.Begitu melewati semak, pemandangan terbuka. Di tengah pulau kecil itu berdiri bangunan semi permanen dari kayu dan seng, bercampur tenda besar. Lampu sorot meny

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 319 Cemas

    "Ya Allah, jaga dia untukku. Rasanya baru saja aku bisa mendapatkan hatinya. Dan aku igin kami bisa hidup lama bersama. Jangan kamu ambil dia dariku. aku ikhlas selamanya tak memiliki anak sendiri, asal dia masih bersamaku." Liam menghabus air matanya yang tak pernah berhenti menetes sejak dia menggelar sajadah di akhir di tengah malam.Dia memang tak dapat tidur, bayangan ucapan dokter di rumah sakit masih melekat di ingatannya. Saat itu,..Dokter Sinta hanya menghela napas pelan. "Kita tunggu perkembangan dulu. Tapi kalian harus siap untuk kemungkinan yang tidak sesuai harapan."Hening merambat di ruangan itu. Keya menatap Liam dengan mata berkaca, sementara Liam menahan napas panjang, hatinya semakin dipenuhi kecemasan.Dokter Sinta menarik napas panjang. "Bukan soal bayinya... tapi kondisi tubuh Ibu Keya sendiri. Ada tanda yang membuat saya harus waspada. Kita tidak boleh anggap enteng ini."Ruangan seketika hening. Liam merasakan jantungnya berdegup kencang, wajahnya menegang. K

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 318. Detak jantung

    Suara detak jam dinding di ruang praktik terdengar teratur, seolah menambah ketegangan suasana. Keya duduk di kursi pasien, tangannya terus meremas jari Liam yang duduk di sampingnya. Wajahnya tampak lebih segar daripada kunjungan pertama, meski masih ada sedikit pucat karena mual yang mulai sering datang."Jadi, ini pemeriksaan lanjutan ya, Bu Keya," ujar Dokter Sinta sambil menyiapkan alat USG. "Usia kehamilan sekitar enam minggu lebih sedikit. Biasanya, di tahap ini, sudah bisa terlihat kantung janin, bahkan detak jantung."Keya menoleh cepat pada Liam, matanya berbinar. "Dengar nggak, Kak? Detak jantung. Aku pengin banget denger itu."Liam tersenyum tipis, meski jelas terlihat ada kecemasan di wajahnya. "Iya, Ey. Semoga semuanya lancar."Keya membalas senyumnya. "Aku yakin, Kak. Bayi kita kuat. Dua jagoan kecil kita pasti sehat."Liam menghela napas dalam, tangannya semakin erat menggenggam. "Kamu masih yakin mau dua cowok, Ey?""Udah bulat tekadku," jawab Keya mantap, meski suara

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 317. Terlambat?

    “Mau aku bawa kamu lagi ke pasar besok?” tanya Ranying sambil melirik Nabil yang duduk termenung di serambi rumah kepala desa.Nabil menoleh pelan. “Pasar lagi?”Ranying mengangguk, wajahnya ceria. “Iya. Kamu kan belum puas kemarin. Sungai itu selalu hidup. Ada saja yang bisa dilihat.”Nabil menimbang. “Kamu seperti hafal betul.”“Tentu. Aku besar di sini.” Suara Ranying ringan, tapi tatapannya menusuk sekejap. “Aku tahu alur mana yang ramai, mana yang sepi.”Nabil menelan ludah. “Sepi? Maksudnya?”“Ah, maksudku jalur tenang. Perahu jarang lewat. Cocok kalau mau lihat burung-burung air.” Ranying tersenyum samar, lalu berbalik masuk.Nabil terdiam. Kata-kata itu berputar di kepalanya. Jalur sepi. Perahu jarang lewat.Keesokan harinya, kabut pagi kembali menggantung. Perahu mereka mengayun pelan. Ranying duduk di depan, matanya hidup penuh antusias.“Lihat sana,” katanya menunjuk sebuah perahu kecil. “Itu yang jual sayur segar dari ladang. Murah, kan?”Nabil tersenyum tipis. “Iya.” Panda

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 316. Tak yakin

    "Kamu nggak keberatan nemenin aku besok pagi?" tanya Ranying lirih, tapi ada nada iseng.Nabil menoleh. "Kemana?""Pasar." Senyum nakal muncul di wajahnya. "Ada pasar apung, seru lho. Kamu belum pernah kan?"Nabil mengerjap. "Pasar apung? ""Asik lho. Perahu-perahu kecil, ibu-ibu jual sayur, ikan, buah. Kalau kamu beruntung bisa lihat mereka tawar-menawar sambil arus sungai jalan terus." Ranying tertawa, matanya berbinar. "Kamu pasti suka."Nabil mengangguk ragu. "Ok, kayaknya asik," ucap Nabil dengan masih melirik ke dalam, berharap dia bertemu Rere. Beberapa hari ini dia tahu, Rere menghindarinya. Dia ingin mengatakan sesuatu secara angsung, tapi setiap ia mendekati Rere, Ranying seolah selalu ada."Kamu akan lihat sendiri suasana asli kampung ini. Jangan cuma dengar cerita orang lain." Nabil tersenyum. Ada rasa hangat sekaligus waspada. Pasar apung—jalur sungai—terdengar sederhana, tapi instingnya mengingatkan sesuatu. Sungai bukan sekadar tempat mancing atau belanja. Sungai bisa

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 315. Senyum

    "Ey, tenang,.." Liam menggenggam tangan Keya yang seolah dingin membeku. Pagi itu mereka di ruang tunggu rumah sakit. Keya membalas genggaman tangan itu erat, seolah mmencari pegangan di sana. Hatinya campur aduk—antara takut dan berharap. Beberapa menit terakhir seolah lebih lama daripada perjalanan bertahun-tahun yang mereka lalui bersama.Pintu ruang dokter terbuka. Seorang perawat tersenyum, mempersilakan mereka masuk. Keya menarik napas panjang, sementara Liam meremas tangannya pelan. “Apapun hasilnya, kita sudah berjuang,” bisiknya. Keya hanya mengangguk, bibirnya gemetar.Dokter menatap mereka dengan senyum menenangkan. Ia membuka map hasil laboratorium, lalu mengangkat wajahnya. “Selamat,” ucapnya pelan, penuh kehangatan. “Tes darah yang kita lakukan hari ini menunjukkan hasil positif. Embrio sudah berhasil menempel. Artinya… program ini berhasil.”Hening sesaat. Keya terpaku, matanya membesar, seolah tak mampu mencerna kata-kata itu. Liam menatap dokter, lalu kembali ke istr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status