Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 52 . Tak ikhlas

Share

Bab 52 . Tak ikhlas

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-06-08 20:56:47

Terdengar suara ayat suci Al-Qur'an dilantunkan. Suara Liam terdengar merdu di telinga Keya . Keya segera terbangun dari tidurnya.

Bangun dari tidur membuat Keya merasa lapar. Setelah menyelesaikan sholat dua rakaat Tahajud, Keya mencari makanan. Biasanya roti kesukaannya akan selalu ada di toples meja. Liam tak pernah telat menyediakan Keya camilan karena dia tahu Keya sekarang tak berhenti makan. Sebuah roti selai blueberi yang dijual di supermarket pesantren selalu dibawanya pulang dengan camilan lain.

"Kamu sudah bangun, Keya?" tanya Liam menutup Al-Qur'an, lalu melangkahkan kakinya, menjejeri Keya duduk di meja makan.

"Aku baru mau membangunkanmu. Takukt kamu belum sholat."

"Terima kasih, Kak, sudah mengangkat Keya ke ranjang." Keya menyembunyikan senyumnya.

Ada yang nampak lucu saat melihat Keya tersenyum, "Memangnya kenapa tersenyum?"

"Kak Liam nggak berat ya, ngangkat tubuh Keya yang sekarang gendut?" Keya sambil memperlihatkan pipinya yang sekarang memang berisi.

Liam mend
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 206. Ingin tahu

    "Kalau itu bisa membuatmu nggak dihantui rasa bersalah seumur hidup..." Liam berhenti sejenak, menelan ludah. "Aku siap mundur. Dan kalau kamu mau aku kembali pada Dania, aku siap jalani."Keya mundur selangkah, dadanya sesak. "Kalau kamu mundur... berarti kamu kembali ke dia?""Kalau itu yang kamu mau, aku jalani. Aku nggak mau kamu tersiksa seperti ini.""Sampai kapan? Sampai anak itu lahir seperti kata Mbak itu, atau sampai,..""Sampai kamu ngerasa tak bersalah lagi." Liam menelisik Keya yang membuang muka karena mata yang telah buram. "Lagian kalau dipikir, Dania itu nggak jelek juga. Badannya saja,...""Kak....!""Lho, katamu aku boleh kembali biar kamu nggak merasa bersalah. Apa aku tidak boleh memujinya?""Puji setinggi langit! Dia memang cantik bodynya memang ok. Apa? Nyesel sekarang?"Suasana kamar mendadak dingin. Hanya suara napas keduanya yang terdengar."Ey..." Liam memanggil, tapi istrinya berbalik, duduk di tepi ranjang, memeluk lutut."Aku butuh waktu mikir. Keluar!" S

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 205. Menghancurkan

    Liam menatap wanita muda di depannya dengan tanda tanya. Seketika wajahnya mengeryit seolah mencari memori untuk lebih mengingat siapa wanita itu. Sekilas dia mengingat seorang gadis yang tersenyum dan selalu bersama Dania. Tapi belum juga dia bicara, wanita itu telah mendahului."Kalau boleh tahu, Mas, proses sidang cerainya gimana?" tanyanya tiba-tiba, membuat Liam tertegun. Liam menoleh cepat, alisnya terangkat. "Sidang cerai? Kamu,.."Keya memegang mukena itu erat, jantungnya berdegup kencang. Perempuan itu masih menatap Liam, seolah menunggu jawaban dengan sesekali meliriknya dengan ttapan tak bersahabat.Suara hiruk pikuk pasar mendadak terasa jauh, hanya tatapan mata itu yang membeku di antara mereka. "Saya Dinar, familinya Dania. Bahkan bisa dibilang, saya sahabat dia sejak kecil hinggah saya selalu berada di sisinya sejak dia menjalani masa pertunangan dengan Mas Liam. Sayangnya, saya sudah menikah terlebih dahulu sebelum Dania menikah, padahal tunangannya duluan Dania." Pa

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 204. Tatapan sinis

    "Ey... gimana mau berhasil kalau begini?" guman Liam saat ia melihat Keya terlelap di ranjang, masih memeluk Sheryn yang menempel di dadanya.Keya terbangun perlahan, matanya sayu. "Kak... aku nggak tega. Dia hampir semalaman nangis minta meyusu. aku sampai ketisuran begini membujuknya."Liam duduk di sisi ranjang, memandang wajah anaknya yang tampak lelah. Ujung mata Sheryn basah, seperti baru saja menghapus air mata dengan punggung tangan mungilnya. Dielusnya kepalanya dengan tak tega."Aku ngerti kamu sayang sama dia, Ey... tapi kita nggak bisa terus begini. Kalau kamu nggak tega, Sheryn nggak akan pernah lepas. dia jadi anak yang nggak mandiri dan kamu anntinya juga akan repot karena dia menyusu makin keras, sementara air yang dihasilkan air susumu makin sedikit."Keya membetulkan selimut di tubuh anaknya. "Tapi mau gimana, Kak, aku cuma mau dia tenang."Liam menghela napas panjang, lalu meraih rambut Keya yang jatuh ke wajahnya. "Besok pagi kita ke pasar. Aku tahu tempat orang bi

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   BAb 203. Punya anak lagi

    "Kak..." suara Keya terdengar lirih, namun matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda. "Jangan pernah meragukan didikan kita, Kak.""Bagaimanapun juga, kekhawatiran itu ada, Ey. Aku sangat menyayanginya dan aku tak mungkin memiliki yang lain selain dia.""Kalau kamu ragu, kita bisa bikin anak lagi, Kak. Mau?" Keya mengerling, lalu kembali mencium Liam. Sekeras apapaun dia membantah ucapan lelaki itu, hanya makin memperumit kekhawatiran Liam hinggah Keya berusaha mengalihkannya ke hal lain.Ciuman Keya yang dalam, membuat Liam merasakan lain. "Kalau kamu siap," ujarnya pelan, "kita bikin sekarang."Keya membelalakkan mata. "Sekarang? Di sini?"Sudut bibir Liam terangkat. "Kenapa tidak?"Keya melirik sekeliling. Ruang kerja itu cukup luas, namun meja penuh tumpukan kertas, rak buku panjang menempel rapat ke dinding. Lampu meja memberi cahaya hangat yang memantulkan bayangan di wajah mereka. Liam melirik ke sofa panjang yang kalau dia kelelahan kadang suka tidur di sana sebe;um dia menika

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 202. Apakah dia tetap menyayangiku?

    "Kak..." suara Keya terdengar dari arah belakang Liam, memanggil suaminya yang sedang menyisir rambut ikalnya.Liam menoleh sebentar. "Kenapa, Ey?"Belum sempat Keya menjawab, suara langkah kecil terdengar tergesa dari dalam kamar. Sheryn muncul dengan pipi merona, masih mengenakan baju tidur bergambar kelinci. "Yah... idul..."Liam terkekeh melihat anaknya berlari sambil mengangkat kedua tangan. "Mau ngajak tidur Ayah?"Gadis kecil itu mengangguk, matanya berbinar. "Yah... emein...""Sheryn, bunda kan sudah berusaha menidurkan kamu," sahut Keya, mencoba tetap sabar. "Ayo, nak, tidur sama Bunda dulu. Ayah mau sholat. Lagian Ayah juga banyak pekerjaan di akhir tahun ajaran."Tapi Sheryn langsung memeluk kaki Liam erat-erat, wajahnya menunduk sambil merengek. "Aku au...ma,.. Yah..."Liam jongkok, menatap mata anaknya yang mulai berkaca-kaca. "Nak, Ayah mau sholat dulu. Tidur sama Bunda dulu, ya? Nanti kalau Ayah sudah selesai, kita main sebentar sebelum tidur."Sheryn menggeleng cepat,

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 201. Peluang

    "Seatbelt dulu," ucap Arfan sambil melirik sekilas. Tangannya tetap di kemudi, tapi bibirnya sedikit terangkat.Najla menarik tali pengaman, menguncinya di sisi kursi. "Sudah."Mesin mobil menyala, deru halus terdengar. Jalan desa sepi, hanya sesekali motor lewat dengan suara knalpot yang memecah tenang siang itu.Hening beberapa menit, hanya suara radio pelan mengisi udara. Najla membuka sedikit kaca jendela, membiarkan angin sore masuk."Sidang tadi lumayan tegang, ya?" tanya Arfan akhirnya.Najla menoleh sekilas. "Lumayan. Aku juga baru pertama kali lihat langsung prosesnya. Ternyata lebih banyak formalitas daripada yang aku bayangkan."Arfan terkekeh. "Kalau sidang perceraian, apalagi yang melibatkan angka besar, biasanya memang begitu. Ada tarik-ulur sebelum masuk ke pokok perkara."Najla mengangguk, matanya kembali mengamati jalan. Sesekali ia melihat anak-anak bermain sepeda di pinggir jalan, sorakan mereka mengalun, kontras dengan obrolan serius beberapa menit lalu.Ponsel Naj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status