Share

Hinaan dari mertua

Hujan gerimis dan keheningan menemani perjalanan kami. Aku sibuk memikirkan biaya kuretase, entahlah dengan Mas Hasan. Aku turun di depan gerbang rumah Bu Iroh, sedang Mas Hasan masuk lebih dulu.

Saat ke rumah Bu Iroh, Khalid masih terlelap. Kata Bu Iroh, tadi memang sempat bangun, tapi tidur lagi setelah diberi minum.

“Jadi gimana Neng? Baik-baik saja kan?“ tanyanya. Aku menghela napas panjang.

“Harus dikuret, Bu,“ jawabku sambil menggendong Khalid dengan hati-hati.

“Ya Allah ... mana kuretase itu lumayan, Neng, kalau nggak punya bpjs. Di beberapa rumah sakit malah biayanya setara secar,“ kata Bu Iroh. Dia menatapku iba.

“Itu dia, Bu. Mana saya nggak ada bpjs.“ Aku menimpalinya seraya tertawa miris. Bu Iroh menatapku sejenak.

“Kalau Neng butuh, ibu ada perhiasan. Neng bisa pake dulu,“ katanya sungguh-sungguh. Ada rasa haru saat mendengarnya.

“Makasih banyak sebelumnya, Bu. Tapi enggak dulu deh, Bu. Saya ada sedikit tabungan. Semoga saja cukup,“ sahuku.

“Aamiin.“

“Kalau gitu saya pami
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status