Share

BAB 9 - CEMBURU?

Author: Azled
last update Last Updated: 2022-02-05 10:32:31

Hari ini, Selasa 1 Februari 2022. Tepat satu minggu setelah terakhir kali mereka menemui dokter Vino. Lizia bersama Aziz dan juga Dayana kembali menemui Vino untuk menagih hasil pemeriksaan mengenai kesuburan mereka. 

Tidak ada basa-basi seperti pertama kali, Vino langsung memberi kertas berisi keterangan hasil pemeriksaan kepada mereka masing-masing. Setelah itu, dia duduk di kursi kebanggaannya dengan wibawa seorang dokter yang lebih terlihat daripada kemarin-kemarin. 

"Nona Dayana, rahim ada sangat baik dan sehat. Tidak ada kecacatan sedikitpun. Bahkan, rahim Anda sudah benar-benar siap untuk pemindahan embrio," kata Dokter Vino.

Dayana mengangguk paham. Dia senang dan sedikit gugup. 

Vino beralih pandangan pada Aziz, lalu mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan pada Dayana. Aziz sehat dan tidak ada kecacatan apa pun. 

"Saya mau bicara empat mata

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 12 - TINGGALKAN MAKAN MALAM?

    "Di mana aku bisa terhubung dengan jaringan?" tanya Lizia kepada salah satu pekerja."Di sana, Bu. Di pertigaan pertama dari sini."Mata Lizia mengikuti arah di mana jari telunjuk pekerja tua itu. Dia kemudian mengangguk dan berterima kasih sebelum pergi dari lokasi yang akan dibangun cabang perusahaan.Lizia berdecak sebal, ia berjalan menghampiri asistennya yang tengah makan siang di salah satu pondok kayu sederhana."Nayla," panggil Lizia seiring dengan tangannya yang mengambil kunci mobil dari tasnya."Ibu mau ke mana?" tanya Nayla, asistennya yang dua tahun lebih muda darinya."Cari jaringan. Mau telepon suamiku dulu. Kamu tunggu di sini sebentar," kata Lizia. Kemudian, ia menyalakan mesin mobil, melaju dan membelah jalanan yang tidak terlalu luas di salah satu kota terpencil di Aceh.Sesampainya di sana, Lizia lang

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 11 - HAMPIR TERLUPA

    Lizia berjalan ke kamar mandi, membersihkan tubuh dan menggosok gigi sebelum naik ke atas tempat tidur. Dia membuka ponselnya, mengetik nama Aziz di kontak pencarian.Namun, belum sempat mengetik tombol hijau di samping kanan layar ponsel, terdengar suara mobil memasuki bagasi.Lizia menyibakkan selimutnya. Dia menuruni tempat tidur dan langsung turun ke lantai satu.“Selamat malam,” kata Lizia setelah membuka pintu utama.“Selamat malam, istriku. Kenapa belum tidur?” tanya Aziz diiringi dengan tangannya yang merangkul pundak Lizia setelah menutup pintu.“Aku mana bisa tidur kalau kamu belum pulang. Kamu lupa kalau aku enggak bisa tidur sendirian?” kata Lizia.Lizia naik ke atas tempat tidur duluan, ia membaca beberapa halaman buku sembari menunggu Aziz yang tengah membersihkan diri di kamar mandi.Beberapa menit kemudian, Lizia dengan senyum lebarnya meletakkan bukunya

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 10 - 3 BULAN KEMUDIAN

    3 bulan kemudian.Lizia memasuki gedung rumah sakit Sanjaya Permata setelah ia memarkirkan mobilnya. Tubuh tinggi semampai dengan balutan gaun hitam berkerah sepanjang bawah lutut dengan lengan sambungan terlihat begitu elegan dan anggun.Seperti seorang model, pandangan orang-orang tak luput dari Lizia. Wanita cantik itu adalah istri dari dokter Pratama Aziz. Hampir seluruh orang-orang di kalangan dokter maupun perawat mengenalinya. Ya, siapa juga yang tidak mengenali Lizia Hermansyah. Wanita karier yang memimpin perusahaan terbesar kedua di Indonesia. Dia wanita hebat dan orang-orang menyebut Aziz sebagai pria dengan nasib beruntung karena memiliki Lizia sebagai istri.Tetapi dibalik latar kehidupannya yang menarik, orang-orang juga terkadang menjulukinya sebagai wanita yang tidak beruntung karena belum mempunyai anak.Lizia mengetok pintu berwarna putih krim itu beberapa kali dan tidak

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 9 - CEMBURU?

    Hari ini, Selasa 1 Februari 2022. Tepat satu minggu setelah terakhir kali mereka menemui dokter Vino. Lizia bersama Aziz dan juga Dayana kembali menemui Vino untuk menagih hasil pemeriksaan mengenai kesuburan mereka.Tidak ada basa-basi seperti pertama kali, Vino langsung memberi kertas berisi keterangan hasil pemeriksaan kepada mereka masing-masing. Setelah itu, dia duduk di kursi kebanggaannya dengan wibawa seorang dokter yang lebih terlihat daripada kemarin-kemarin."Nona Dayana, rahim ada sangat baik dan sehat. Tidak ada kecacatan sedikitpun. Bahkan, rahim Anda sudah benar-benar siap untuk pemindahan embrio," kata Dokter Vino.Dayana mengangguk paham. Dia senang dan sedikit gugup.Vino beralih pandangan pada Aziz, lalu mengatakan hal yang sama seperti yang dia katakan pada Dayana. Aziz sehat dan tidak ada kecacatan apa pun."Saya mau bicara empat mata

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 8 - SAPU TANGAN

    "Terima kasih banyak," kata Dayana, lalu tersenyum saat 4 orang yang membantu kepindahannya hendak menaiki mobil dan pergi.Dayana berjalan memasuki rumah sementaranya. Rumah bercat kuning itu punya luas 34 meter dan panjang 36 meter. Bagian dalamnya didesain dengan gaya moderen, dan memiliki banyak jendela di setiap sisinya. Semua perabotan seperti kursi, ranjang, kulkas, AC, dan lain sebagainya sudah disiapkan Aziz dan Lizia. Rasanya menyenangkan sekali berada di rumah yang menjadi impian Dayana. Tetapi sayangnya dia harus pindah setelah 13 bulan tinggal di sana.Dayana memasuki ruangan yang menjadi kamarnya, di sana masih berantakan dan dia sendiri yang akan merapikannya. Itu kemauannya sendiri."Halo? Benar, saya Dayana Safitri." Dayana meninggalkan barang-barangnya di atas lantai saat ponselnya berbunyi."Kami dari pihak rumah sakit Sanjaya Permata. Apa benar atas nama ibu Fitr

  • BUKAN RAHIM YANG SEMPURNA   BAB 7 - JANJI AZIZ

    Mata Lizia fokus pada Arum, tetapi sesungguhnya pikirannya hanya tertuju pada suaminya. Curhatan Arum barusan sukses membuat pikirannya kacau, hatinya bimbang, dan dia menjadi takut. Arum sama sepertinya menyewa ibu pengganti untuk mengandung anaknya. Tetapi dia tidak menyangka nasib dari pernikahan Arum akan berakhir tragis karena pilihan yang dibuat wanita itu. Lizia merinding. Mencoba berpikir kalau nasib setiap orang berbeda-beda dan dia mungkin tidak akan berakhir seperti Arum, sebab Aziz sangat mencintainya dan dia sangat percaya pada pria itu. Ya, Lizia menyadarkan semu harapannya pada cintanya dan Aziz. Lizia berpamitan kepada teman-temannya setelah melihat jam 15:43 di tangannya. Tetapi belum sempat meninggalkan gedung reuni, langkahnya terhenti saat suara seorang pria memanggil namanya. Lizia menoleh dan mendapati Rendy di meja bersama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status