Tidak terasa sudah delapan bulan aku bekerja disini. Dengan caraku yang sudah terbiasa melakukan hal yang Lingga inginkan, dia tidak lagi bersikap kejam padaku, hingga rasanya kontrak itu tidak pernah ada walaupun kenyataannya butuh waktu seumur hidup untuk menyelesaikannya.
Besok adalah tanggal 2 Agustus, hari dimana umurku akan genap berusia dua puluh empat tahun. Harapku tidaklah banyak, semoga untuk ke depan hidupku akan semakin baik.
Walaupun aku terikat kontrak dengan Lingga, kupikir hidupku tidak terlalu buruk juga. Entah karena selama ini aku selalu menuruti keinginannya jadi dia tidak bersikap kejam padaku atau karena aku dekat dengannya hidupku sedikit membaik.
Jika kupikirkan lagi, sejak kenal dengan Lingga aku tidak pernah lagi merasa sendirian. Yang biasanya aku malas untuk bersama dengan orang lain, bersama Lingga dan Pak Pram aku merasa nyaman. Mungkin itu karena Pak Pram adalah orang tua bijak yang selalu tersenyum dan menyapaku, sedangkan Lingga
Lingga mendekat satu langkah di depan Azalea. Menghampiri leher Azalea yang tampak indah dan menciumnya disana, melumatnya dengan lembut tanpa meninggalkan bekas merah. Kali ini Lingga tidak ingin membuat leher yang indah itu bernoda. Azalea memejamkan matanya, ia menarik nafas panjang merasakan lumatan yang Lingga lakukan."Hahh.. Hahh..," nafas Lingga dan Azalea beradu. Walaupun hanya sentuhan kecil itu cukup membuat keduanya sesaat hilang dalam kendali kenikmatan."Ayo kita pergi makan, karena hari ini hari ulang tahunmu maka hari ini aku akan membuatmu bahagia!" ucap Lingga setelah melepaskan lumatannya. Aku masih belum lepas dari pengaruh sentuhan itu di tubuhku."Iyaa!" kujawab ucapan Lingga dengan pelan karena aku masih mengatur nafas dan detakan jantung di dadaku.Kemudian Lingga menarik tanganku lalu melangkah menuju mobilnya, membukakan pintu untukku dan mendudukkanku disana. Setelah itu ia juga masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil yan
"Ayamku ini harus di tali biar gak lepas!" ucap Lingga berjongkok sambil memakaikan gelang kaki itu pada kakiku."Nah karena sekarang sudah ditali jadi ayamku ini tidak boleh lari, mengerti?" perintahnya dengan tersenyum lembut padaku.Aku begitu terpesona mendapat perlakuan Lingga kali ini. Tali ini begitu indah. Tatapanku tak bisa lepas darinya. Sungguh kali ini aku tidak bisa mengendalikan hatiku lagi."Iya, saya mengerti dan tidak akan pernah lari!" jawabku begitu mudahnya mengikuti perintah Lingga seperti terhipnotis oleh segala keromantisan yang dia ciptakan.Setelah memberiku gelang kaki Lingga mengajakku jalan - jalan berkeliling di mall. Memainkan beberapa permainan di play zone, menonton bioskop film romantis walaupun Lingga tampak bosan saat melihat film itu tapi dia tetap menontonnya bersamaku, tertawa bersama, sejenak meninggalkan segala pekerjaan dan melupakan hubungan kontrak.Jika aku boleh bertanya, apakah seperti ini hubungan anta
Di kediaman keluarga Kartanagara. Seorang wanita paruh baya berwajah cantik dan anggun memakai jarik dan kebaya sederhana, rambutnya di sanggul membuat wajah tua yang ayu itu nampak jelas sisi kebangsawanannya. Sedang membatik sebuah kain di samping jendela. Sinar matahari yang menyorot masuk melalui kaca jendela membentuk panorama layaknya lukisan dengan figur perempuan bangsawan yang tengah membatik kain.Tangannya yang lembut begitu lentur menorehkan tinta - tinta pada setiap lengkung garis rumit yang tertoreh pada kain. Bisma melangkah mendekati perempuan paruh baya yang anggun itu."Sugeng siang Ibu!" sapa Bisma memberi salam kepada Ibunya yang tengah khusyuk dalam melakukan aktifitasnya. Perempuan itu kemudian menoleh menghentikan aktifitasnya, senyumnya merekah kala melihat sosok laki - laki yang berdiri di hadapannya."Anakku, sugeng rawuh!" jawabnya sambil berdiri dan berjalan menuju Bisma yang berdiri dengan penuh senyum yang merona di wajahnya.
Lingga berjalan menuju kamar Bisma. Di dalam kamar, Lingga melihat Bisma yang sedang fokus membaca buku. "Apa yang sedang kamu baca?" tanya Lingga mengagetkan Bisma yang tengah fokus dalam membaca bukunya. Bisma menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. "Ohh.. Kakak, kamu sudah pulang? " jawab Bisma menghentikan aktivitasnya membaca buku kuno tersebut. "Buku apa yang sedang kamu baca?" tanya Lingga kembali melihati buku kuno yang sebelumnya belum pernah ia lihat. "Ini buku Romo, aku meminjamnya saat tadi siang aku melihat Romo sedang membacanya buku ini, isinya tentang silsilah keluarga Kartanagara," jawab Bisma. "Bagaimana pekerjaanmu di kantor Kak? Apa semuanya lancar? " tanya Bisma. "Ya, tentu saja lancar seperti biasanya," jawab Lingga. "Ya, sudah pasti begitu, semua yang kamu kerjakan pasti akan lancar karena itu aku tidak dibutuhkan disini," sahut Bisma. "Apa yang kamu maksudkan berbicara seperti itu?
Have a nice dream. Kata - kata yang melayang di benak Lingga dan Azalea malam itu. Dua sejoli yang saling jatuh cinta tapi tidak menyadari tentang perasaannya. Lingga tenggelam dalam lamunan tentang Azalea, begitu pun dengan Azalea. Keduanya terlelap dengan hati yang menanti - nanti agar esok pagi datang lebih cepat."Apa yang membuatmu menangis Utari?" tanya seorang laki - laki."Pemimpin dapur memarahiku karena tidak bisa memasak dengan benar, dia bilang masakanku tidak enak," jawab Utari sesenggukan sambil memetik Bunga Azalea berwarna merah muda di sampingnya, mematah - matahkan kelopak Bunga itu hingga menjadi kecil - kecil."Hidup itu seperti tanaman, kadang berbunga cantik lalu kemudian gugur setelah itu muncul lagi kuncup bunga baru, dia harus berusaha agar mekar dengan indah, seperti itu hidup terus berjalan!" ucap seorang laki - laki kepada Utari yang sedang menangis di halaman belakang kerajaan. Laki - laki itu adalah Raden Arya Kartanagara. Putra per
"Hey, jangan berebut, semua pasti akan dapat balonnya!" ucap Azalea sembari memberikan balon yang ada di tangannya hingga habis tidak bersisa."Anak - anak, lihat Kakak juga punya banyak permen untuk kalian!" sahut Lingga kemudian mengambil sekotak permen yang dibawa oleh salah satu karyawannya lalu menunjukkannya pada anak - anak."Aku mau, Kakak!" sahut riuh suara anak panti yang berkata ingin permen itu."Oke oke, semua pasti dapat permennya tapi sebelum itu bilang dulu, Kak Lingga ganteng!" pinta Lingga membuat Azalea heran mengetahui bahwa Lingga juga orang yang narsis."Kak Lingga ganteng!" ucap anak - anak bersamaan."Lagi, Kak Lingga keren!" pinta Lingga lagi."Kak Lingga keren!" sahut anak - anak segera."Kak Lingga baik!" pinta Lingga lagi."Kak Lingga baik!" langsung saja anak - anak itu mengikuti perkataan Lingga. Setelah itu Lingga membagikan permen - permen itu kepada anak - anak."Terima kasih
"Apa semua anak - anak disini juga rajin?" tanya Lingga."Rajinn Kakkk!" jawab semua anak kompak."Sebelum tidur kita merapikan mainan dan buku - buku yang sudah dibaca," jawab seorang anak."Setelah bangun tidur kita merapikan tempat tidur kita sendiri," jawab yang lainnya."Kalau hari minggu kita membantu Bunda mencabut rumput di halaman," jawab yang lainnya."Waahh benarkah Bunda? " tanya Lingga."Benar, mereka semua anak - anak yang baik, intar dan rajin," jawab salah satu Bunda di panti tersebut."Baiklah karena semua sudah lulus tes, jadi semua dapat bingkisan dari Kakak," ucap Lingga disambut riuh oleh semua anak - anak yang ada disana."Siapa yang mau bermain di wahana?" tanya Lingga."Saya Kakkk," jawab semua anak kompak."Siapa yang mau berenang? " tanya Lingga lagi."Saya Kakkk," jawab anak - anak."Siapa yang mau menginap di vila yang bagus sambil menikmati pemandangan?? " tanya Lin
Di dalam mobil Azalea terlihat kedinginan. Ia terus mencengkeram erat jas Lingga yang menutupi tubuhnya. Lingga bisa melihat dengan samar bentuk tubuh itu dari sela - sela jas yang terbuka. Setelah sampai di rumah Azalea, Lingga membopong tubuh Azalea hingga ke dalam kamarnya."Sekarang kamu ganti baju biar gak sakit!" kata Lingga sambil melepas jasnya.Kini terlihat jelas pakaian dalam Azalea yang menerawang, bercampur dengan bentuk tubuh Azalea yang begitu menonjol di beberapa bagian. Lingga melihat tubuh Azalea tanpa berkedip dan menelan salivanya."Saya ganti baju dulu," ucap Azalea kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu Lingga duduk di atas kasur Azalea, ia masih terbayang akan bentuk tubuh Azalea yang begitu indah.Sedangkan di dalam kamar mandi, Azalea melepas semua pakaiannya untuk diganti dengan pakaian yang baru. Namun ia lupa bahwa ia belum mengambil pakaiannya yang baru."Aduhh.. bajunya lupa," celetuk Azalea kemudian