Setelah sampai di depan rumahku Lingga hanya diam saja, tidak seperti biasanya dia seperti itu. Tidak ada kiss bye atau kata manis lainnya.
"Kamu kenapa?" tanyaku polos.
"Sebel!" jawabnya ketus.
"Sebel kenapa?" tanyaku lagi.
"Huhhh.. dasar gak peka, sini sini tangannya aku strerilkan dulu!" katanya lalu menarik tanganku kemudian menggenggamnya erat dan meniupnya.
"Udah!" ucapnya lagi sambil melepas tanganku kembali. Aku masih heran dengan tingkah Lingga sekarang.
"Apa sihhh?" tanyaku lagi.
"Lain kali jangan pegang - pegang orang lain lagi!" jawabnya. Aku sedikit berpikir kemudian sadar dengan apa yang dia maksud.
"Owhhh.. ahahahaha.. okey okey!" jawabku.
Cup!
Aku mencium pipinya. "Itu adalah permohonan permintaan maafku," kataku kepada Lingga.
"Cihh.. murah sekali!" jawabnya.
"Kiss itu penuh dengan cinta yang berkualitas jadi mahal," jawabku lagi membuat Lingga tersenyu
Lingga turun dari mobil, aku pun juga begitu. Aku berdiri di samping Lingga. Para wartawan begitu antusias bertanya dan memotret momen ini."Pak Lingga, bagaimana tanggapan anda tentang pesta perayaan ulang tahun KARTANAGARA GROUP tahun ini?" tanya seorang wartawan."Perayaan tahun ini lebih seru karena lomba olah raga yang kita adakan sangat menghibur semua orang dan juga membuat para karyawan menjadi lebih dekat, namun tetap tidak mengurangi kualitas perayaan ulang tahun perusahaan seperti biasanya, dimana setiap menjelang ulang tahun, KARTANAGARA GROUP akan membagi - bagikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Hal itu sudah di atur semua oleh COO kami Raden Pramoedya. Dan salah satu bantuan yang kita salurkan adalah di panti asuhan minggu kemarin," jawab Lingga begitu tegas dan santai."Pak Lingga, di tahun - tahun sebelumnya, Pak Lingga selalu datang sendirian, bahkan Pak Lingga tidak pernah terlihat bersama dengan wanita sampai muncul rumor bahwa Pak Li
"Saya hanya ingin membantumu Pak," ucap Gracia lagi, kali ini ia mengelus dada bidang Lingga."Ahhh.., " Lingga mencengkeram tangan Gracia dengan kuat. Terus menarik nafas yang dalam karena semakin kepanasan."Enggak! Hentikan!" tolak Lingga kemudian berjalan meninggalkan Gracia memasuki lift dan menekan tombol tujuh puluh sembilan. Gracia juga ikut masuk ke dalam lift dan terus bergelayut menempel pada Lingga."Lepas! Lepaskan tanganmu!" pinta Lingga berusaha melepas sentuhan Gracia. Namun saat melihat tubuh Gracia yang terbuka Lingga juga semakin kepanasan.Sementara itu di lantai tujuh puluh sembilan, Azalea sedang mencari Lingga. Azalea ingin membuka ruangan Lingga namun ruangan itu ternyata masih terkunci. Azalea melihat Lingga berada di dalam pantry lalu ia pun masuk ke dalam sana."Pak Lingga, kenapa kamu memanggilku kesini?" tanya Azalea kepada Lingga yang sedang mengambil minum menghadap ke depan. Azalea hanya melihat tubuh Lingga da
Aku membiarkan Lingga terus mencium dan menggerayangiku. Aku memeluk tubuhnya erat sehingga Lingga mengikuti kemana pun aku melangkah. Saat Lingga terus menciumi leherku, aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi,menyalakan air dingin dalam bathup dan menjatuhkan tubuhku bersama dengan Lingga disana. Terus berendam bersama dan berusaha menahan Lingga untuk tidak melakukan lebih dari ini hingga tubuh Lingga menjadi dingin dan reaksi obatnya sudah hilang.Setelah cukup lama berendam disana. Akhirnya Lingga sudah terlepas dari pengaruh obatnya. Kulitku juga sudah mengeriput karena terlalu lama berendam. Lingga diam terus melihatku yang juga basah kuyup sepertinya."Kamu jahat?" ucap Lingga terus melihatku tanpa expresi. Aku bingung harus menjawab apa."Padahal tadi aku sudah seperti itu," ucapnya lagi."Ayo ganti baju dulu,nanti kamu sakit!" jawabku."Apa bedanya?Seperti tadi juga sakit, biar disini saja terus," ucapnya lagi.
Air mataku menetes, aku terus menangis hingga ssesenggukan. Rupanya hatiku sudah tidak bisa menahannya lagi."Azalea, kenapa kamu menangis? Aku kan tidak melakukan itu padamu," ucap Lingga."Bukan itu," jawabku lirih."Lalu kamu kenapa menangis?" tanya Lingga yang sekarang sedang memegang tanganku. Pak Pram tidak merasa terkejut sama sekali dengan sikap Lingga yang begitu lembut kepadaku."Tadi malam Bisma_" ucapku lalu berhenti. Aku butuh menata hatiku sejenak agar bisa menceritakan hal ini dengan jelas.Pak Pram menoleh terkejut setelah aku menyebut Bisma. Lingga juga seperti itu."Kenapa Bisma?" tanya Lingga yang sekarang memegang wajahku dengan kedua tangannya."Tadi malam Bisma mau memperkosaku" jawabku.Air mataku menetes. Tangisku kembali pecah setelah mengatakan itu. Lingga melepaskan kedua tangannya dari wajahku setelah mendengar aku mengatakannya. Kulihat ia begitu terkejut hingga tidak mengatakan apapun untuk b
Beberapa waktu kemudian. Lingga dan Pak Pram sudah berada di kediaman keluarga Kartanagara. Terlihat Ibu Prameswari sedang menata bunga dalam vas kaca."Ibu, dimana Bisma? " tanya Lingga."Kamu sudah pulang Le? Tumben jam segini kamu ada di rumah?" tanya Ibu Prameswari."Iya Ibu, saya ingin menemui Bisma," jawab Lingga."Adikmu ada di kamarnya, dia lagi istirahat," sahut Ibu Prameswari.Kemudian Lingga bergegas menuju kamar Bisma, begitu juga dengan Pak Pram.Ceklek!Lingga langsung membuka pintu kamar Bisma tanpa mengetuk pintu. Bisma terkejut dengan kedatangan Lingga. Dilihatnya di kepala adiknya itu melingkar sebuah perban."Kakak, kamu tidak bisa ketuk pintu dulu? Ini bukan kamarmu!" cetus Bisma spontan."Kepalamu kenapa? Kamu terluka? " tanya Lingga kemudian masuk ke dalam kamar Bisma, begitu juga dengan Pak Pram." Ohhh.. ini, ya kecelakaan tadi malam saat pesta karena aku begitu ceroboh," jawab Bisma.
Di dalam perusahaan, Lingga segera naik ke lantai delapan puluh. Disana Azalea sedang berdiri di tepi jendela melihati langit dan jalanan. Lingga datang lalu memeluk Azalea dari belakang."Hay!" sapa Lingga sambil mengecup pipi Azalea."Kamu sudah datang?" jawab Azalea."Kamu tidak apa - apa? " tanya Lingga lagi."Ya, aku baik - baik saja," jawab Azalea dengan tersenyum. Tangannya juga memegang tangan Lingga yang melingkar di perutnya.Lingga memutar tubuh Azalea hingga menghadap ke arahnya. Menarik tangan Azalea lalu membuatnya duduk di atas tempat tidur sedangkan Lingga duduk di bawahnya sambil memegang kedua tangan Azalea dengan kedua tangannya. Lingga melihati terus Azalea yang tersenyum sendu."Kamu sungguh sudah tidak apa - apa?" tanya Lingga lagi."Ya, aku sungguh tidak apa - apa, hal buruk itu belum terjadi padaku, kenapa aku harus terus bersedih? Percayalah aku lebih kuat dari kelihatannya!" jawab Azalea."Aku pe
Hari sudah petang. Aku dan Lingga sudah membersihkan diri dan mandi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sudah saatnya untuk makan malam."Lingga ayo temui Pak Pram dan aja dia untuk makan malam!" ajak Azalea."Okey," jawab Lingga lalu menggandeng tangan Azalea.Di depan kamar Pak Pram. Tok.. tok.. tok.. Suara ketukan pintu kamar Pak Pram."Paman, Pamannn.. ayo makan malam!" teriak Lingga sambil mengetuk pintu.Lingga melihat Azalea mengecup sekilas lalu kembali mengetuk pintu Pak Pram. Hal yang tidak penting untuk dilakukan namun sangat romantis dirasakan. Azalea hanya tersenyum saja dengan tingkah Lingga. Tidak lama setelah itu Pak Pram sudah keluar."Mari kita ke restaurant!" jawab Pak Pram setelah keluar dari kamar.Laki - laki tua ini nampak kalem sekali berbalut sweater putih dan memakai blankon. Lalu kita bertiga berjalan menuju restaurant. Setelah sampai di restaurant kita memesan ikan
Pagi hari di kediaman keluarga Kartanagara. Raden Wisnu sedang duduk di beranda sambil membaca koran di temani secangkir teh dan beberapa biskuit di piring. Bisma juga berada disana membaca koran juga. Bisma melihat artikel yang meliput tentang kebersamaan Lingga dan Azalea di pesta ulang tahun perusahaan kemarin malam. Raden Wisnu rupanya belum membaca artikel itu."Romo, gadis yang bersama Kakak di artikel ini sangat cantik ya?" ucap Bisma kepada Romonya. Ia sengaja berkata seperti itu agar Romonya tahu bahwa Kakaknya sedang dekat dengan seorang wanita.Raden Wisnu langsung berhenti membaca dan mencari artikel yang sedang dibicarakan oleh Bisma. Gadis berbaju pastel yang sungguh memang sangat cantik, tidak kalah oleh ketampanan Lingga. Raden Wisnu tentunya juga tahu bahwa putra pertamanya tidak bisa sembarangan dekat dengan wanita. Lingga berdiri begitu dekat sesekali dengan Azalea."Sekretarisnya?" cetus Raden Wisnu."Aku baru tahu Lingga memiliki Sekr