Share

3. THE SIN CITY

"You are amazing woman, sometime we play again huh?" ucap seorang lelaki bule dengan senyum penuh kepuasan. Dia mengecup bahu polos perempuan di sampingnya yang sedang menangis di balik selimut. Lelaki itu bangkit dari tempat tidur, memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai, memakainya santai sambil bersiul-siul kecil.

Lelaki bule itu sempat melempar beberapa lembar uang dollar ke atas tempat tidur sebelum pergi, hitung-hitung bonus karena dia merasa sangat puas.

Sepeninggal lelaki bule tadi, dua orang lelaki berpakaian serba hitam masuk. Mereka adalah bodyguard yang ditugaskan oleh seorang germo bernama Grace untuk mengawal salah satu harta berharga milik Mami Grace, yaitu Rheyna.

Seorang gadis Asia berparas cantik yang dibelinya dari salah satu mucikari bernama Kang Sun Woo.

"Cepat berpakaian, tamumu selanjutnya sudah menunggu," ucap salah satu bodyguard itu, melempar pakaian Rheyna ke wajah sang gadis.

Malu-malu Rheyna bangkit dengan selimut yang terlilit di tubuhnya, dia berlari ke kamar mandi untuk berpakaian.

Sementara ke dua lelaki bertubuh kekar itu terlihat senyum-senyum memandangi Rheyna.

*****

Dengan tubuh lelah bermandikan keringat, Rheyna masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamar yang disediakan Mami Grace untuknya.

Tugasnya malam ini sudah selesai, setelah dia melayani empat lelaki secara bergantian.

Rasa sakit dan perih di area apitan selangkangannya kian menjadi saat Rheyna hendak membasuhnya. Membersihkannya berkali-kali.

Rheyna mandi setelah menggosok keseluruhan anggota tubuhnya. Membasuhnya dengan air tanpa sedikit pun celah yang tersisa.

Dia melafalkan doa mandi junub berulang-ulang.

Air matanya meleleh dalam siraman air.

Selesai mandi, Rheyna mengambil wudhu untuk menunaikan shalat.

Meski tak tahu, apakah Allah berkenan menerima semua amal ibadahnya?

*

"Rheynakan juga putri Ummi? Iyakan?" ucap Rheyna pada seorang wanita berhijab hitam yang sedang menyiapkan makanan di meja, wanita yang dia panggil dengan sebutan Ummi.

Ummi mengelus kepala Rheyna. "Iya sayang. Rheyna juga putri Ummi. Semua perempuan-perempuan cantik di sini itu putrinya Ummi," jawab Ummi sumringah lalu wanita itu kembali ke dapur.

"Kalau begitu, Rheyna tidak mau diadopsi Ummi," dan kalimat Rheyna kali ini membuat suasana di dalam rumah yang sebelumnya ramai mendadak hening.

*

"Rheyna kenapa tidak mau mengaji?" tanya seorang lelaki berwajah tampan yang biasa Rheyna panggil dengan sebutan Ustadz Rakha. Dia anak lelaki Abi dan Ummi, pemilik panti asuhan tempat Rheyna dibesarkan.

"Rheyna ingin bertemu Mba Zulfa, Ustadz," sahut Rheyna sambil menangis.

"Zulfakan masih di rumah sakit. Besok sore insyaAllah Ustadz akan ke sana untuk menjemput Zulfa pulang," ucap lelaki itu dengan suara lembut dan senyumannya yang hangat.

Rheyna terpana sejenak.

Usianya yang saat itu beranjak remaja mulai menimbulkan perasaan-perasaan tak biasa di hatinya. Perasaan yang Rheyna pikir sebatas kekaguman semata.

Meski setelahnya Rheyna tahu kalau dia menyukai Ustadz itu.

Ustadz yang sering mengajarkan Rheyna mengaji di Yayasan.

*

"Abi, Rheyna tidak mau diadopsi, Rheyna takut Abi..." pinta Rheyna memohon ketika dirinya hendak dibawa pergi oleh ke dua orang tua yang mengadopsinya.

Air mata Rheyna membanjir di pipi.

Abi mengusap puncak kepala Rheyna dengan sayang. "Percaya sama Abi, semua akan baik-baik saja. Mereka orang baik, mereka akan merawatmu dan menjagamu hingga kamu besar. Katanya, ingin menjadi Ustadzah dan sekolah ke Malaysia seperti Mba-mu?" Abi menoleh ke arah Zulfa, kakak angkat Rheyna.

Tangis Rheyna semakin pecah. Terlebih saat Zulfa dan Ummi meraih tubuh Rheyna ke dalam pelukan mereka.

"Doa kami menyertaimu, Rheyna..."

*

Satu titik air mata Rheyna terjatuh mengena di atas mukena yang dia kenakan.

Rheyna masih larut dalam dzikirnya dan kenangan-kenangan indah masa kecilnya di kampung halamannya dahulu.

Bermain air di tepi pantai bersama Mba Aminah.

Main ayunan dengan Mba Zulfa.

Membuat istana pasir untuk Aisyah.

Bermain petak jongkok bersama Mba Latifah dan anak-anak yayasan lain.

Lomba memunguti kerang dan kelomang.

Mencicipi masakan Ummi yang super lezat tiada tandingannya.

Lalu belajar mengaji di sore hari bersama Ustadz Rakha yang menjadi idolanya.

Rheyna kangen kalian...

Bisik Rheyna dalam hati.

Mulutnya masih melantunkan kalimat-kalimat dzikir dalam posisi tubuhnya yang tertidur miring di atas kain yang dia jadikan sajadah.

Hingga setelahnya, Rheyna pun tertidur.

Dia lelah.

Sangat-sangat lelah.

*****

Malam ini Ricky mengatakan ingin mentraktir Sammy minum di sebuah Club malam ternama di kota penuh dosa dan maksiat yang menjadi tempat tinggal mereka selama beberapa bulan terakhir ini.

The sin city atau kota dosa.

Begitulah kiranya julukan untuk Las Vegas yang menjadi kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika Serikat.

Las Vegas adalah kota resor besar yang terkenal secara internasional untuk industri perjudian, perbelanjaan, dan hiburan malam.

Kota ini terkenal karena hiburan-hiburan malamnya yang penuh kegilaan dan kesenangan. Surga bagi para penikmat seks bebas yang menginginkan hiburan tak biasa.

Mulai dari panti pijat plus-plus, pelacuran, bar striptis, dan pertunjukan kabaret kaum transeksual, semuanya bisa ditemukan di kota ini.

Industri seks adalah hiburan nomor satu di Las Vegas. Prostitusi merupakan industri yang legal di sini.

Ada sebuah distrik yang terkenal sebagai gudangnya prostitusi di salah satu tempat di Las Vegas. Di sana para wisatawan bisa menjumpai penduduk setempat yang menjual obat-obatan terlarang. Ada pula klub yang mempertontonkan tarian telanjang dan tequila dengan harga terjangkau.

Glamournya malam di Las Vegas menjadi daya tarik tersendiri bagi para penduduk lokal maupun wisatawan asing.

Seperti halnya Ricky dan Sammy.

"Aku memiliki kenalan seorang gremo di sini, Sam. Namanya Mami Grace. Dia menyediakan wanita-wanita yang bisa dipesan dari berbagai penjuru dunia. Dari yang kulitnya seputih salju, kuning langsat, sawo matang sampai yang blacky, semuanya lengkap. Dari yang matanya besar seperti biji bekel sampai yang sipit juga ada. Atau kau mau yang dadanya sebesar durian montong atau telur mata sapi? Semuanya ada di sini. Lengkap!" Ungkap Ricky dengan penuh antusias. Dia memperagakan ukuran buah dada yang di maksud dengan ke dua tangannya.

Sammy hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Mereka sudah berjalan memasuki Club yang di maksud Ricky.

Sebuah Club yang menyambi sebagai rumah bordil milik Mami Grace.

Sammy duduk di salah satu meja Bar sambil menunggu Ricky yang katanya mau menemui Mamy Grace.

Malam tadi, Ricky si hacker sejati, baru saja mendapat tender besar hasil menipu di dunia siber yang dikuasainya. Uang dalam rekeningnya seketika menggembung. Itulah sebabnya Ricky mengajak Sammy jalan-jalan dan minum-minum malam ini.

Bahkan dengan baiknya Ricky mempersilahkan Sammy memilih perempuan malam yang disediakan Mami Grace sesuai selera secara cuma-cuma.

Intinya, malam ini semua Ricky yang bayar.

"Kau mau yang seperti apa, Sam?" tanya Ricky ketika lelaki itu sudah kembali dengan menggandeng dua pelacur sekaligus. "Yang seperti ini, atau yang ini?" Ricky menoleh ke kanan dan kiri sambil memperhatikan gerak-gerik perempuan-perempuan disampingnya. Kedua tangannya asik bergerilya di balik punggung wanita-wanita itu.

"Aku minum saja Rick," sahut Sammy yang mengangkat sloki winenya tinggi-tinggi.

"Ah, kau ini memang tidak seru! Jangan sampai aku benar-benar berpikir bahwa kau itu homo ya Sam?"

Sammy hanya tertawa.

"Ya sudahlah kalau tidak mau, aku tinggal dulu," kata Ricky sambil mengayunkan jemarinya dihadapan wajah sebelum dirinya pergi bersama kedua pelacur yang dia sewa, tentunya untuk bersenang-senang.

Sambil asik mendengarkan alunan music house, Sammy kembali menikmati winenya.

Tatapannya beralih menyisir seluruh ruangan di mana begitu banyak pria-pria hidung belang bertebaran. Pelayan-pelayan Club yang wara-wiri dengan tubuh yang nyaris telanjang.

Hingga pada saatnya, tatapan Sammy tertuju pada wajah seorang gadis yang tampaknya sedang kewalahan menghadapi serangan demi serangan beberapa pria yang mengerubunginya.

Pakaian gadis itu sudah tidak karuan. Tangan-tangan liar memenuhi hampir di setiap bagian sensitif dari tubuhnya.

Bukannya menikmati, Sammy merasakan adanya gurat keengganan dan ketidaknyamanan di wajah gadis itu dalam melakukan pekerjaannya. Seperti terpaksa.

Entah kenapa melihat pemandangan itu, pikiran Sammy mendadak teringat pada Anna.

Apa mungkin nasib Anna sekarang juga sama dengan nasib gadis itu?

Pikir Sammy membatin.

Lelaki itu menengggak wine sekali lagi lalu hendak beranjak untuk mendekati gadis itu, tapi sayang, belum sempat Sammy melangkah si gadis tadi sudah lebih dulu diajak pergi oleh seorang wanita bermake up tebal yang sepertinya sudah berumur. Bisa jadi dia adalah gremo di Club ini. Germo bernama Mami Grace yang tadi disebut-sebut oleh Ricky.

Tatapan Sammy tak beralih sedikit pun dari gadis itu.

Bahkan tanpa dia sadari Sammy malah mengekor kemana Gremo itu membawa sang gadis pergi. Seolah ada sebuah magnet yang menarik tubuh lelaki itu hingga membuatnya begitu penasaran terhadap si gadis berparas manis tadi.

Sebuah kamar di lantai tiga Club yang cukup mewah itu menjadi tujuan mereka saat ini.

Sammy masih terus mengikuti hingga akhirnya langkah dua perempuan itu sampai di depan sebuah ruangan yang sepertinya kamar.

Saat ke duanya menghilang di balik pintu kamar itu Sammy tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Sammy masih bersembunyi dibalik dinding untuk mengamati.

Suara teriakan terdengar dari dalam kamar itu, yang Sammy tebak itu adalah suara teriakan gadis tadi.

Lengkingan dan rintihannya menyayat hati Sammy. Entah apa yang terjadi yang pasti ada kemungkinan gadis itu sedang disiksa.

Hal itu berlangsung cukup lama dan Sammy masih di sana, mendengarkan jeritan-jeritan absurd itu dengan penuh rasa iba. Sayangnya, Sammy tak ingin gegabah.

Jika dia sampai masuk bukan hanya dirinya yang akan terkena masalah, tapi Ricky juga.

Seketika pintu itu kembali terbuka, Sammy melihat gremo tadi keluar dan tak lama kemudian seorang lelaki berkulit hitam keluar diikuti empat orang bodyguardnya.

Ke dua bola mata Sammy terbelalak ketika mendapati siapa lelaki tadi.

Dia adalah salah satu aktor terkenal di Las Vegas yang namanya baru-baru ini melejit akibat film bergenre horor yang dia lakoni.

Kalau tidak salah namanya Black Steven.

Seketika, ingatan Sammy tertuju pada pemberitaan mengenai Black Steven yang mencuat di media akhir-akhir ini, itupun dia ketahui dari Ricky.

Banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Blake Steven adalah seorang Homo alias Guy. Selentingan kabar lain ada yang mengatakan bahwa lelaki itu memiliki kelainan seks.

Mendadak, Sammy jadi khawatir dengan nasib gadis yang tadi di bawa oleh Gremo itu ke dalam sana.

Saat Sammy hendak melangkah untuk mendekati kamar itu, tiba-tiba datang empat orang lelaki yang kemungkinan adalah bodyguard di Club ini. Sammy tahu dari seragam yang mereka gunakan.

Dan betapa terkejutnya Sammy saat melihat orang-orang itu keluar sambil membawa si gadis tadi dengan memapahnya.

Kondisi gadis itu benar-benar kacau.

Wajahnya babak belur.

Si Gadis seperti kesulitan berjalan.

Bahkan Sammy bisa melihat lelehan darah mengalir di bawah kaki gadis itu.

Sepertinya dia nyaris pingsan.

Ya Tuhan...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status