Share

Canggung

Penulis: Ayri Aster
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-20 22:45:09
Ayra menutup pintu dan kembali berjalan ke arah sofa. Dia duduk lalu menyerahkan dokumen tersebut kepada Abrar.

"Pak Abrar, ini dokumennya. Silahkan di koreksi lagi. Kalau masih ada yang tidak memuaskan, bapak bilang saja. Kami akan segera perbaiki."

"Oke." Abrar menerima dokumen tersebut dan membukanya. Dia membaca dengan cepat poin-poin yang tertulis. Meski sudah membicarakan semua detailnya dengan Diego sebelumnya, namun sebagai pebisnis membaca kembali tetap harus dilakukan.

Tidak sampai lima menit, Abrar mengangguk-angguk dan tersenyum puas. Dia mendongak menatap Ayra yang sedang menunggunya dengan was-was.

"Kenapa?" Abrar bertanya karena Ayra menunjukkan wajah khawatir.

"Apa semuanya sudah sesuai? Apa ada yang perlu diperbaiki atau diganti?" Ayra justru bertanya balik. Nadanya terdengar pelan.

"Nggak ada. Semuanya sudah oke." Abrar meletakkan map tersebut di atas meja.

Ayra menghela nafas lega. Senyum tipis terbit di wajahnya.

"Kenapa kamu khawatir gitu? Ap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Babak Belur Pernikahanku   Mustahil

    Beberapa hari kemudian, Ayra baru saja selesai pertemuan dengan klien di salah satu restoran VIP di Kota Lumia.Ketika baru saja melewati pintu keluar dan berjalan ke arah mobilnya, sebuah mobil lain berhenti tepat di sebelah mobil miliknya. Sedetik kemudian, kaca mobil penumpang terbuka perlahan dan terlihat Nenek Wanda sedang melihat ke arahnya. "Apa kamu sibuk? Bisa kita ngobrol sebentar?" Nenek Wanda berkata sedikit lebih keras. Ayra tersenyum kikuk dan mengangguk."Iya, Nek. Kebetulan aku udah nggak sibuk." Ayra melangkah maju mendekat ke arah mobil Nenek Wanda. "Kalau begitu naik sini." Nenek Wanda melambaikan tangan lalu menepuk kursi penumpang yang kosong di sebelahnya."Baik." Ayra segera masuk dan duduk tepat di sebelah wanita dengan rambut putih sepenuhnya itu."Jalan." Nenek Wanda memberi perintah pada sopir lalu menoleh kembali ke arah Ayra dengan senyum ramah."Nggak apa-apa kan kita ngobrol sambil keliling-keliling? Biar nggak jenuh dan agak santai." Ayra mengangguk

  • Babak Belur Pernikahanku   Mengobrol

    Abrar telah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Ayra juga baru saja selesai menemani Arzha dan Zetha tidur. Kini tinggal dirinya sendiri yang masih terjaga. Waktu menunjukkan masih pukul sepuluh. Karena belum merasakan kantuk sama sekali, Ayra bingung hendak melakukan apa. Hingga akhirnya dia berpikir untuk memakai lulur badan dan masker wajah saja. Dia mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi. Ayra melumuri dan memijat lembut seluruh badannya dengan lulur beraroma bunga sakura. Dia juga memasang masker pada wajahnya yang sudah dia bersihkan dengan air hangat sebelumnya. Ayra mengambil buku bacaan dan mulai fokus membaca sambil menunggu lulur dan maskernya meresap. Dia selalu menikmati momen quality time untuk dirinya sendiri seperti ini. Rutinitas harian yang melelahkan dan pekerjaan yang menyita pikiran, memang membutuhkan hal-hal yang bisa membuat rileks agar tidur menjadi lebih nyaman dan nyenyak. Tak terasa dua puluh menit berlalu. Ayra beranjak dan melepas maskernya

  • Babak Belur Pernikahanku   Gosip

    Ayra memberi Abrar tatapan yang sangat tajam dan penuh kecurigaan. Dia cukup familiar dengan suara gadis yang didengarnya barusan. Apalagi posisi gadis tersebut sedang berada di rumah Abrar bersama dengan Nenek Wanda. "Aku tau apa yang sedang kamu pikirin. Dan aku bisa pastiin ini semua nggak seperti yang ada di dalam pikiranmu." Abrar terlebih dahulu berkata dengan sangat hati-hati. "Emang apa yang aku pikirin?" mata Ayra semakin tajam. "A-aku beneran nggak tau ataupun sama sekali nggak janjian sama mereka. Beberapa hari ini mereka berkali-kali datang ke kantor tapi emang sengaja aku tolak. Aku sama sekali nggak pernah ketemu lagi sama cewek itu sejak aku pergi keluar negeri lima tahun lalu."Sorot mata Abrar terlihat jujur namun was-was. Nada suaranya juga pelan dan penuh kehati-hatian. "Terus?" Ayra sengaja terus menekan. Dalam hatinya banyak rasa berkecamuk. Ada curiga, percaya, cemburu, takut namun juga senang. Dia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. "Ya b

  • Babak Belur Pernikahanku   Rusak

    Hari ini akhirnya Zetha diperbolehkan pulang oleh dokter. Ayra sedang mengemas barang-barang mereka setelah mempersiapkan Zetha. Gadis cilik itu sudah terlihat segar setelah cuci muka dan berganti baju. Abrar yang selalu setia menemani Ayra menginap di rumah sakit, kini sedang mengurus administrasi. Tidak ada Willi yang bisa dia perintah untuk hal ini. Asistennya tersebut sedang menetap di kantor untuk mewakilinya. Ayra dan Abrar saat ini terlihat jauh lebih kompak dan serasi. Mereka selalu bekerja sama dan saling mengisi untuk merawat dan memenuhi kebutuhan Zetha selama di rumah sakit.Ayra juga merasa sangat terbantu dengan kehadiran Abrar. Bahkan Pak Surya dan Bu Yasmin juga menjadi lebih tenang jika harus meninggalkan Ayra di rumah sakit. Kedua orang tua itu sedang sibuk mengurus keperluan keberangkatan mereka untuk perjalanan umroh dan beberapa negara lainnya. "Sudah diberesin semua?" Abrar yang baru saja masuk langsung bertanya dengan lembut kepada Ayra. "Sudah." Ayra mengan

  • Babak Belur Pernikahanku   Keraguan

    "Mami sama papi lama banget sih. Adek mau minum, haus." Zetha langsung protes. "Iya sayang, maaf ya. Bentar mami ambilkan minumnya dulu." Ayra merasa bersalah. Dia mengambil air mineral dalam botol kemasan yang tersedia di atas nakas. Abrar juga bergerak membantu Zetha untuk duduk. Dia menarik bantal agar menjadi sandaran yang nyaman untuk bocah yang masih terlihat lemah itu. Setelah membuka tutup botolnya, Ayra segera membantu Zetha untuk minum secara perlahan. Abrar juga tetap pada posisinya menjaga tubuh Zetha di sisi yang lain. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Saling perhatian dan penuh kasih sayang. "Mau apa lagi sayang? Mau makan roti nggak?" Ayra menawarkan sesuatu untuk Zetha sambil merapikan anak rambut putrinya tersebut. "Mau, tapi dikit aja ya, Mi." Zetha mengangguk. "Oke. Mami suapin ya." Ayra tersenyum lalu meraih roti sobek di atas nakas. Dia mengambil secukupnya dan mulai menyuapi Zetha. Sesekali dia memberi minum agar roti tersebut denga

  • Babak Belur Pernikahanku   Kembali

    Abrar dan Ayra saling berpandangan untuk beberapa saat. Mereka sama-sama tertegun dengan perkataan masing-masing. Sama-sama masih mencerna apa yang baru saja didengar. "Aku tanya lagi, siapa yang udah menikah? Istri siapa yang kamu maksud tadi?" akhirnya Abrar yang pertama memecah keheningan diantara mereka. Mulut Ayra terbuka hendak menjawab namun langsung terhenti karena bingung dengan jawaban yang kini tidak dia yakini lagi kebenarannya. Ayra berpikir sejenak, lalu menjawab saat dia telah menemukan kata-kata yang tepat. "Bukannya kamu udah menikah? Bukannya dulu nenek yang jodohin kamu sama Leana? Bukannya itu berarti kalian udah menikah sekarang?" Ayra memberikan jawaban berupa pertanyaan. Dahi Abrar semakin berkerut mendengar prasangka Ayra. Pertanyaan itu seperti menyindir namun sepenuhnya salah. Dia harus segera meluruskannya. "Kamu dapat kabar dari mana?" Abrar bertanya dengan lembut kepada Ayra. Ayra semakin bingung. Pertanyaan Abrar kali ini seperti memberi membenarka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status