Home / Romansa / Baby Sitter Sang CEO / Kegiatan Malam

Share

Kegiatan Malam

Author: Reistya
last update Last Updated: 2022-08-20 20:12:11

Saga pagi ini masih menyempatkan diri ke kantor bersama Reres yang seperti biasa duduk di sofa memerhatikannya. Tak ada yang Reres lakukan selain menemani Saga, sesekali memainkan ponsel dan membaca buku.

Sejak SMA, Reres mengurus Saga di rumah bahkan sampai urusan makan siang. Saat kuliah, Reres sering datang untuk sekadar membawakan bekal atau membawakan benda-benda milik atasannya itu yang tertinggal di rumah. Hingga teman-teman kampus Saga memanggil gadis itu baby sitter-nya. Namun, seperti biasa Reres bukan orang yang terlalu mempedulikan apa kata orang. Ia cenderung cuek, hanya sesekali merasa tak percaya diri.

Pagi tadi keduanya telah mempersiapkan pakaian yang akan mereka bawa sebagai persiapan seminggu di Bali. Siang nanti keduanya akan berangkat untuk memenuhi keinginan Reres.

Saga masih sibuk dengan dokumen-dokumen yang masuk, menumpuk di meja kerjanya yang kini tengah ia tandatangani satu per satu. Ia terlihat berbeda ketika berada di perusahaan. Berwibawa, tegas dan dingin. Ia melirik Reres yang kini terlihat resah, kemudian kembali membaca dokumen di hadapannya.

"Mumpung kita belum berangkat, gue tanya lagi … lo yakin?"

Reres menatap Saga kemudian mengangguk. "Yakin."

Saga mengambil ponsel, lalu menghubungi Haris, orang kepercayaannya. Meminta pria itu datang ke ruangan untuk menitipkan kantor selama ia berada di Bali. Haris sudah bekerja sejak Saga menjabat sebagai CEO Candramawa, dan berlangsung hingga saat ini. Yang Saga ketahui Haris memang dipilih oleh sang ibu karena ayah dari pria itu sebelumnya adalah orang kepercayaan perusahaan.

Pintu diketuk, sang atasan mempersilakan masuk. Haris pun berjalan masuk. Jika diperhatikan Haris begitu menawan dengan garis mata tegas, memiliki lesung tipis di kedua pipi, alis tebal, rahang yang tegas dan bahu yang lebar. Pria itu berjalan mendekat pada meja kerja Saga seraya melirik sekilas pada Reres yang tersenyum padanya membuat ia tersenyum tipis.

"Ris, tolong saya untuk urus semua keperluan perusahaan seminggu kedepan. Hari kamis ada rapat dewan, tolong batalkan." Saga memberi perintah sambil membereskan dokumen yang telah selesai ia tandatangani.

"Loh, memang ada apa, Pak?" Haris bertanya heran. Tumben sekali Saga memintanya mengurus semua, padahal tak ada rencana sebelumnya. Ini terlalu mendadak, pikirnya.

"Saya mau ke Bali. Ada urusan penting, mendesak, serius dan harus disegerakan," jawab Saga sambil melirik cepat ke arah Reres yang memilih memalingkan wajah.

"Sama Reres?" tanya Haris lagi sambil menoleh ke arah Reres.

Pertanyaan itu mendapat anggukan kepala dari Saga. "Iya, tentu. Saya percayakan semua padamu." Saga kemudian berdiri, membawa dokumen-dokumen di tangannya, lalu menyerahkan pada sang tangan kanan.

"Saya bisa hubungi Bapak 'kan kalau ada sesuatu?"

Saga berjalan ke luar ruangan, diikuti Reres di samping Haris yang tampak benar-benar bingung. Sang CEO berkulit putih itu lalu menjawab pertanyaan orang kepercayaannya. "Enggak, saya enggak mau dihubungi seminggu ini."

"Loh, kalau direksi minta rapat tetap berjalan?" Haris bingung dengan kelakuan Saga yang kali ini benar-benar mendadak.

Langkah Saga terhenti, menatap Haris yang berjalan di belakangnya. "Saya akan hubungi mereka dalam perjalanan. Saya pastikan rapat hari kamis lusa batal."

"Tapi—"

Saga mendekat cepat, menutup bibir Haris dengan telunjuk kanannya. "Cukup, enough." Saga berucap dengan nada yang dibuat-buat dan itu membuat Reres terkekeh.

Saga melepaskan jarinya dari bibir Haris membuat pria itu mengusap bibirnya cepat. Reres berjalan mengikuti langkah Saga, kemudian menoleh dan melambaikan tangan sebagai perpisahan pada Haris yang tersenyum sambil ikut melambaikan tangan.

***

Reres dan Saga kini berada di hotel. Seperti biasa, Saga memesan president suite room. Reres ingin duduk di sofa sebelum Saga menarik dan mengajaknya ke dalam kamar.

"Gue di sini a—"

"Kita ke kamar," ajak Saga serius.

Reres menurut, melangkahkan kaki dengan sedikit berat, membayangkan kejadian apa yang mungkin akan ia alami bersama Saga. Reres sering mendengar desahan-desahan setiap kali Saga sibuk bergumul di ranjang bersama para gadisnya. Namun, kali ini ia yang akan melakukan itu bersama Saga. Belum dimulai jantungnya sudah berdetak cepat, saat Saga menggandeng tangannya membawa ke dalam kamar.

"Duduk," ucap Saga, mempersilakan gadis tambun itu duduk di tempat tidur saat melihat Reres yang berdiri mematung.

Pria itu bahkan memperlakukan Reres dengan baik, merapikan koper milik bawahannya itu. Lalu kembali dengan membawa dua air mineral dingin, dia pun duduk di samping Reres.

"Jadi, gimana rencananya?" Saga bertanya, mungkin saja Reres telah memikirkan sesuatu untuk mereka berdua.

Pertanyaan itu membuat Reres terdiam. Apa yang harus ia rencanakan? Bukannya ia bodoh dan tak mengetahui bagaimana cara membuat bayi. Hanya saja secara pengalaman, ia sama sekali tak mengetahui. Semua sumber ilmu dan informasi berdasarkan artikel dan buku yang ia baca. Bergumul di ranjang? Pacaran atau disentuh pria lain saja ia sama sekali tak pernah merasakan itu. Hanya saja yang pernah ia peluk dan genggam tangannya bukan dengan perasaan cinta, melainkan hanya sebatas tugasnya.

"OK, kalau lo diem berarti memang enggak ada rencana. Kita istirahat, anggap aja hari bulan madu kita." Saga menoleh, menatap Reres kemudian. "Lo udah pernah ciuman?"

Gadis itu menggeleng. "Lo mau pesan makanan?"

"Aish, lupain peran lo sebagai baby sitter gue. Lo harus bersikap kaya Vinny atau Lauren. Supaya kita ada chemistry-nya."

"Gue mana bisa, sih, Ga?"

Saga lalu mengambil ponsel, membuka web untuk mencari sesuatu. Ia mengetikkan tulisan 'cara membangun chemistry antara suami istri'.

"Kenapa suami istri?" tanya Reres bingung.

"Kan, kita mau punya baby. Anggap aja kita suami istri biar terasa tanpa beban. Nih, ketemu satu, katanya bepergian ke tempat asing. Ini kita udah lakuin. Terus yang kedua gandengan tangan." Saga terhenti, lalu mengulurkan tangannya. Reres refleks menggandeng tangan Saga.

"Tapi, lo kan udah pengalaman sama cewek, Ga?" Reres buka suara. Ia berpikir bukankah Saga sudah berpengalaman, lalu mengapa ia bersusah payah untuk mencari segala hal yang dibutuhkan di internet?

Saga menatap Reres. "Masalahnya gue kan sama lo, bukan sama yang lain. Lo enggak ada rasa ke gue, gue juga enggak ada rasa ke lo. Kalau yang lain kan gue sama-sama punya ketertarikan dan memang mau saling memuaskan. Lo aja gue tanya ada rencana, malah diem. Lo sahabat gue, udah gue bilang mau treatment lo dengan baik."

"Gue enggak menarik, ya?" tanya Reres lagi.

"Buat gue, yang penting sarang buat burung gue. Udah diem," ketus Saga, lalu kembali membaca artikel di tangannya. "Poin ketiga nih, berciuman. Lo udah pernah ciuman?" tanya Saga, yang dijawab gelengan kepala oleh Reres.

"Kok bisa?! Lo, kan, udah 24 tahun?!"

"Ya, gimana, emang belum pernah."

"Kalau gitu sini gue cium."

"Yaudah, ini." Reres malah memajukan bibirnya dan membuat Saga tertawa.

"Diem aja. Liat gue, biar gue yang mulai."

Saga menatap Reres, mata keduanya bertaut. Gadis itu tak tahu apa yang terjadi, saat ini jantungnya berdebar kencang, napasnya tertahan saat pria di hadapannya memegang pinggang membuat darahnya berdesir perlahan. Ini pertama kali tubuhnya dipegang seorang pria. Tatapannya semakin fokus pada Saga yang bahkan belum bergerak mendekatkan wajah mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Baby Sitter Sang CEO    pilihan Reres END

    "Mas Haris?" Reres kemudian berjalan mendekat. "Katanya mau ke sini kemarin?""Masih ada beberapa yang harus diurus. Kamu tahu kan kalau semua itu nggak segampang itu." Haris berujar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Reres.Kemudian reres mengajak Haris untuk berjalan-jalan di depan rumah. Lokasi yang dipilih Reres memang cukup asri. Keluar dari rumah itu langsung dihadapkan dengan sawah dan juga bangunan-bangunan rumah yang masih terkesan begitu tradisional. Nuansa etik begitu kental, namun di bagian belakang rumah yang menjadi toko brownies, memiliki penampilan yang lebih modern. Itulah alasan mengapa Reres memilih tinggal di lokasi itu.Keduanya berjalan keluar bersama si kembar. Haris mendorong stroller yang digunakan oleh Uca dan Una. Kebetulan juga keduanya begitu senang ketika diajak berjalan keluar rumah. Sejak tadi keduanya juga terlihat senang berinteraksi dengan Haris. Mereka sampai di sebuah taman, biasanya Reres memang suka duduk di sana bersama Brian menikmati sor

  • Baby Sitter Sang CEO    Kencan dan perpisahan

    Reres dan juga Saga kini berada di dalam bioskop. Sengaja Reres memesan film horor karena tau Saga pasti akan merasa ketakutan. Saga sejak tadi sudah hela napasnya berkali-kali, padahal lampu dalam ruangan saja belum dimatikan. Reres melirik dan tersenyum jahil."Takut pasti kamu kan?" tanya Reres."Jangan aneh-aneh kamu, mana ada aku takut nonton ginian doang." Saga protes karena tak mau merasa diremehkan. "Kamu tuh enggak ada apa-apanya sama Mas Ha--" Ucapan reres terputus, belum sempat ia selesai mengatakan nama Haris, Saga udah membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya. Saga menatap dengan serius, lalu menghapus bibir Reres yang basah karena ulahnya."Setiap kamu sebut nama Haris aku cium kamu." Saga mengancam. Lalu dengan cepat Reres menutup bibirnya dengan tangan sambil terus menyebutkan nama Haris. "Saga kalah sama Mas Haris, Saga cemen," ledek Reres sambil terus menutup mulutnya. Saga jadi kesal karena dia jelas tak bisa melwan dalam situasi seperti ini. Saga masih menat

  • Baby Sitter Sang CEO    Ketemu Tante Lauren

    Reres mendadak jadi pusing sekali karena kelakuan nenen Ayu dan Aira tadi. Bahkan Aira mengatakan akan membiarkan Reres kembali setelah memberikan salah satu buah hatinya dan jelas Reres tak akan melakukan itu. Baginya si kembar adalah hal yang paling ia sayangi melebihi dari dirinya sendiri. Dan tentu saja Reres tak akan memberikannya. Ia merebahkan diri dan merencanakan sesuatu. Harus bisa keluar dari rumah ini apapun caranya. Saat itu ponselnya berdering. Reres segera menerimanya. "Halo, Mbak Lauren?""Hai, Res, nomor kamu akhirnya aktif ya? Long time no see. Ketemuan yuk, mau lihat anaknya Saga aku. Saga bilang anaknya cantik-cantik. Mumpung lagi di Indo aku.""Loh memang Mbak Lauren di mana sekarang?""Sekarang di Indo, aku harus balik ke Singapore. Ikut kerja suami. BTW, apa kabar?""Sehat Mbak, Kamu gimana mbak?""Sehat juga, makanya mau ketemu sama kamu. Siapa tau ketularan terus aku punya baby juga. Gimana? Aku jemput deh.""Boleh Mbak,tapi aku ngajak temen ya, karena engg

  • Baby Sitter Sang CEO    Aira dan nenek Ayu

    Reres tengah menyuapi si kembar saat pagi ini Saga melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar gadis itu. Reres menatap tanpa senyum, sementara Saga berusaha tersenyum dan melupakan kekesalannya kemarin. Ia berjalam mendkeat lalu duduk di samping Rere. Yang ia lakukan adalah segera menyapa kedua putri kecilnya. Dan mencoba menyuapi Una sementara Uca dibiarkan makan sendiri karena lebih siap untuk metode itu. "Uca memang makan sendiri ya Love?" tanya Saga.Reres anggukan kepala, "Udah lebih siap dan lebih lahap kalau makan sendiri." Reres menjawab seraya memerhatikan Saga yang menyuapi Una. Keduanya benar-benar mirip dan memang acap kali menatap Una reres selalu teringat Saga. Bahkan sama-sama sulit tersenyum. Saga menoleh menatap Reres yang tak mengalihkan tatapannya. Saga mengusap wajah Reres, "Capek ya kamu?"Reres gelengkan kepala, lalu kembali menatap pada Uca. Saga tau Reres masih marah dan ia akan terima itu karena memang ia sudah memutuskan akan membatasi ruang temu Reres dan H

  • Baby Sitter Sang CEO    Ayo kita cerai

    Reres berada di kamar bersama Brian, setelah tadi adu diam bersama Saga. Saga ada di kamar, tapi ia hanay sibuk dengan si kembar. Bermain bersama kedua buah hatinya itu. Saga memilih untuk mengacuhkan Reres. Karena merasa kesal, Reres memilih untuk keluar bersama dengan Haris. Keduanya sama -sama keras kepala, batu dan bat yang saking diadu kemudian akan hancur. Dan Reres sadar sekali hal itu, mereka terlalu keras kepala dengan keinginan masing-masing dan pada akhirnya akan menyakiti satu sama lain. Brian mengerti itu, melihat Reres selama ini sudah keras kepala sekali, kemudian ia bertemu dengan Saga yang ternyata sama saja. Meskipun ia menyayangi Reres dan bahkan sudah bersama Reres sejak lama sekali. Saga tetap tak bisa menekan rasa egoisnya. Intinya keduanya sama saja. Sama-sama keras dan buat orang -orang yang ada di sekitar mereka jadi pusing sendiri. "Gue capek di sini, sama semua tekanan yang Saga kasih Bri," ucap Reres.'Terus lo mau gimana?""Kita pindah, gue ada rencana s

  • Baby Sitter Sang CEO    Kemarahan Saga

    Saga baru saja kembali dari rumah sakit. Yang menjadi tujuan utamanya adalah Reres dan si kembar. Dokter mengatakan kalau kondisinya sudah lebih baik. Dan dikatakan juga kalau ia sudah bisa melakukan rutinitas seperti biasanya. Hanya saja, masih belum bisa mengangkat benda-benda berat. Kehadiran wanita yang ia cintai dan juga kedua buah hatinya agaknya menjadi salah satu penyembuh bagi Saga.Si pucat melanggarkan kakinya masuk ke dalam rumah bersama Aira. Sementara akhirnya memilih berjalan menuju kamar karena ingin beristirahat pria itu memilih untuk segera menghampiri Reres dan juga kedua putrinya. Saga kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Reres. Ia cukup terkejut, hanya menemukan Brian yang kini tengah merebahkan tubuhnya sambil membaca artikel dari ponsel. Saga kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Brian. "Reres sama si kembar?" Pria itu bertanya pada Brian."Tadi pergi sama Haris, mau ke rumahnya Haris ketemu sama ibunya." Brian menjawab dengan cuek. Ia tak terla

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status