Home / Urban / Badai Sang Pemberani / 009. Jalan yang Menjadi Pilihan

Share

009. Jalan yang Menjadi Pilihan

Author: Iq Nst
last update Last Updated: 2025-08-18 08:32:36

Sejak kematian sang kekasih dan malam berdarah di club malam, hidup Calvin berubah total. Statusnya bukan lagi sebagai petarung bebas tak terkalahkan, melainkan buronan paling di cari di jajaran kepolisian. Setiap sudut jalan, setiap demaga, persimpangan, bahkan sampai kedalam lorong-lorong gelap kota, seolah melihat dan terus mengawasi setiap gerak-geriknya.

'NASI TELAH MENJADI BUBUR', adalah istilah pribahasa yang paling pantas menggambarkan kondisi kehidupan Calvin waktu itu - jejak darah yang tak bisa terhapus terus memburu seperti peluru kendali.

Berbulan-bulan ia terus berlari, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tidur di manapun selagi bisa, makan dari sisa-sisa yang tersisa. Hatinya menjadi dingin. Emosi dalam dada telah membentuknya menjadi sosok yang tak lagi peduli dengan hukum dan masa depan. Semua telah hanyut seperti buih di tengah lautan, pudar sejak di tinggal oleh sang kekasih untuk selamanya.

Hingga akhirnya, Calvin menyadari sepenuhnya bahwa tak mungkin ia bersembunyi selamanya dari kejaran yang mengancam setiap denyut nafasnya.

Menjelang tengah malam, saat udara dingin dan hujan turun membasahi bumi, Calvin menyelinap di dermaga kecil, menyuap nakhoda kapal kargo untuk membawanya menyeberang ke kota Singapura.

Sampai di sana, Calvin lenyap di antara gemerlap kota yang tak mengenalnya.

Singapura memberinya kesempatan baru - sebuah kesempatan dari kegelapan yang tak pernah terpikir dalam benaknya.

Tempatnya adalah sebuah dunia bawah tanah yang membuka pintu sang pria petarung dan pemberani menjadi awal kehidupan baru.

Dari satu pekerjaan kotor kepekerjaan yang semakin kotor dan beresiko tinggi ia jalani tanpa berfikir takut sedikitpun.

Calvin resmi menjelma menjadi pembunuh bayaran. Setiap target yang jatuh ke tangannya menambah reputasinya, namun juga menenggelamkannya lebih dalam ke jurang kegelapan yang tertutup rapat dan tak memungkinkan untuk kembali.

*****

Waktu terus berjalan, tiga tahun tanpa terasa sejak Calvin menjadi seorang pembunuh bayaran.. Sosok Calvin telah berubah total. Namanya kini menjulang di dunia kegelapan wilayah Asia, di setiap tempat perjudian ilegal, ia selalu menjadi topik penting dalam pembicaraan yang terjadi di meja-meja rapat kalangan sindikat professional.

Kehebatan sosok Calvin dalam mengeksekusi setiap target, menjadi legenda di kalangan para kriminal. Dari Singapura hingga Bangkok, dari Hongkong hingga Kuala lumpur, reputasi kepiawaiannya menggetarkan mereka yang memburunya, hal itu membuat sosok Calvin menjadi rebutan bagi bos-bos besar yang ingin meminjam tangan mautnya.

Di antara semua para cliennya, satu sosok nama yang paling menonjol--CHEN YUAN--salah satu bos sindikat asal Macau yang terkenal royal, kejam, namun juga licik.

Chen Yuan adalah bos mafia yang menguasai kasino bawah tanah, perdagangan gelap, dan jaringan pencucian uang lintas negara. Pria ini tahu bahwa mengandalkan Calvin berarti memastikan pekerjaannya selesai tanpa kebocoran informasi, tanpa saksi yang bisa hidup.

Pertemuan awal mereka berlangsung di sebuah kapal pesiar mewah yang berlayar di perairan Hong Kong. Calvin duduk di ruangan VIP yang sunyi, hanya cahaya lampu kuning temaram memantulkan kilau permukaan meja kaca di depannya. Chen Yuan, dengan setelan rapi dan tatapan penuh perhitungan, menawarkan kontrak yang nilainya setara dengan beberapa tahun gaji seorang pejabat tinggi. Targetnya? Seseorang yang telah membocorkan rahasia keuangan sindikat kepada Interpol.

Calvin hanya mengangguk singkat. Tak banyak pertanyaan, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Baginya, pekerjaan adalah professionalisme, dan uang adalah kebutuhan. Semua harus sejalan dan selesai sesuai kesepakatan walau resiko nyawa menjadi jaminan.

Di balik ketenangan wajahnya, tersimpan naluri pemburu yang selalu siap menuntaskan setiap misi.

Dalam waktu kurang dari 24 jam dari waktu yang ditentukan, Calvin berhasil menuntaskan misinya tanpa ada masalah yang berarti, semua berjalan sesuai kesepakatan.

Sejak saat itu hubungan bisnis Chen Yuan dan Calvin mengalir seperti air sampai dua tahun berjalan.

Tapi yang namanya bisnis, khususnya dunia gelap, hubungan harmonis bisa menjadi bencana yang merenggut segalanya.

DAN SAAT ITU SEGERA DATANG.

Langit Macau pagi itu masih diselimuti kabut tipis, seolah enggan melepaskan malam. Dari ketinggian sebuah gedung pencakar langit, Calvin berbaring di balik tripod senapan sniper-nya, jarinya siap menekan pelatuk dengan tenang. Di telinganya, suara Chen Yuan terdengar melalui ear-piece.

CHEN YUAN: "Target dua orang pria yang keluar dari lobi hotel. Jangan beri kesempatan."

Calvin hanya menjawab singkat dan cepat, "Mengerti."

Jam arloji digitalnya menunjukkan pukul 07. 01, waktu setempat. Dari teropong bidik, Calvin melihat pintu kaca hotel mewah terbuka. Seorang pria memakai setelan abu-abu, berusia sekitar 40 tahun, melangkah keluar dengan sikap percaya diri. Calvin mengatur napas sesaat. Dalam hitungan detik, suara lesatan senyap senapan melejit--CHEEEPP!! Peluru menembus dalam jarak ratusan meter, dan si pria roboh seketika, darah mengalir di trotoar.

TARGET PERTAMA SELESAI.

Kemudian Calvin memutar sedikit laras senapannya. Peluru siap melesat untuk target yang kedua.. Seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun, rambut hitam tersisir rapi, mengenakan pakaian hodie hitam, masih menggenggam tangan ibunya yang berteriak histeris setelah melihat tubuh suaminya yang jatuh berdarah dan tak bergerak.

Calvin terpaku sejenak di balik sorot snipernya. Bidikannya sudah menempel di kepala bocah itu, namun jarinya tak mampu bergerak. Nafasnya menjadi berat, bukan karena jarak tembak, tapi karena hati nurani yang muncul datang menyergap. Dalam bayangan matanya, ia melihat sekilas sosok Nadya - kekasih yang pernah mengisi harinya--dan saat itu dia menyadari bahwa membunuh anak yang tak berdosa adalah perbuatan pengecut. Hati nuraninya melawan. Semua ini bukan profesionalisme yang harus ia jalankan, tapi kejahatan yang mengubur sisa kemanusiaan.

dari kejauhan suara Chen Yuan terdengar jelas melalui ear piece ditelinganya.

CHEN YUAN: "Kenapa diam? Ayo, Calvin! selesaikan cepat!" keduanya harus mati hari ini."

Calvin hanya diam tak menjawab. Ia hanya terus menatap bocah itu yang memeluk ibunya erat-erat, wajahnya sedih penuh rasa takut, namun matanya masih memancarkan kehidupan.

Chen Yuan kembali berbicara keras melalui ear piece.

CHEN YUAN: "Calvin! apa yang terjadi padamu, aku telah membayarmu untuk dua nyawa!"

Calvin memejamkan matanya sejenak. lalu membuka kembali dan mengangkat kepalanya dari teropong. Dengan tenang melepaskan peluru dari Chamber dan menjawab pelan pada Chen Yuan.

CALVIN: "Maaf, Chen Yuan, misi selesai, target ke dua selamat, aku tak bisa melakukannya. Dan kau tak pernah mengatakan bahwa ia seorang bocah."

Chen Yuan menjadi sangat geram , "Kau berani melawan perintahku?"

Calvin tersenyum pelan, "Aku tidak pernah melawan perintah, dan yang perlu kau tahu, aku tak pernah menerima perintah siapa pun, termasuk kau."

Tanpa menunggu jawaban, Calvin melepas ear piece di telinganya dan membongkar senjatanya dengan cepat, memasukkannya ke dalam tas. Dia melangkah dengan tenang dan pasti.

Ketika pintu tangga darurat menutup di belakangnya, ia menatap langit sebentar yang tampak mulai cerah.

Calvin berbisik dalam hatinya. "Aku seorang pembunuh, tapi bukan pengecut."

Calvin mempercepat langkah, menyadari bahwa Chen Yuan akan menjadi berbahaya, tapi semua itu hanya angin lalu bagi sosok Calvin Law.

Di jalanan, suara sirene mulai meraung, tapi Calvin tetap tenang, berlalu seperti badai senyap di telan matahari pagi yang bersinar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Sang Pemberani   030. Sang Juara Baru

    Wasit memberi aba-aba, dan Lisbet langsung meluncur bagai macan lapar. Pukulan beruntun, tendangan cepat, semua di arahkan ke tubuh Valeri tanpa henti. Penonton bersorak histeris melihat intensitas serangan sang juara bertahan. Namun berbeda dengan babak sebelumnya, kali ini Valeri tidak gegabah. Ia bergerak gesit dan lincah, mundur selangkah, memiringkan badan, menangkis seperlunya. Sesekali ia hanya mengangkat lengan untuk menutup serangan, lalu melangkah ke samping menghindar. Lisbet semakin garang, keringat membasahi wajahnya, nafas mulai memburu. Pukulan kerasnya beberapa kali hanya mengenai udara kosong. Valeri seolah tahu persis kapan harus mundur dan kapan harus menghindar. Tribun penonton semakin gaduh. "Kenapa Lisbet tidak berhasil mendaratkan serangan?!" teriak salah seorang komentator." "Valeri sepertinya sengaja mempermainkan tempo pertandingan! ada strategi dalam jurusnya - memancing emosi lawan." Lisbet mulai frustasi. Ia menghentak matras dengan kakinya, la

  • Badai Sang Pemberani   029. Duel dan Kenangan

    Di tribun VIP, Mellisa dan Alvaro duduk tenang memperhatikan. Mellisa melipat tangannya di depan dada, matanya tajam mengamati sang putri. Alvaro, dengan ekspresi santai, hanya sesekali tersenyum tipis, seolah menikmati drama di balik sorakan ribuan orang itu. Sementara Hilda terus berteriak, mengabaikan semua suara lain: "Fokus Valeri! kamu pasti juara!" Dan sorak sorai penonton makin menggila ketika announcer dengan suara lantang mulai memanggil nama finalis ke arena. Pertarungan final kejuaraan karate itu digelar dengan sistem dojo selama tiga ronde, setiap ronde berdurasi tiga menit. Suasana di dalam GOR Nasional begitu riuh. ribuan pasang mata menanti duel antara Lisbet Manuhutu, sang Juara bertahan tiga tahun berturut-turut, melawan Valerie Marcel, sang debutan cantik jelita yang baru pertama kali menembus final. Di sisi kanan arena, Lisbet tampak berdiri tegap. Wajahnya penuh percaya diri, sorot matanya tajam menantang. Ia berpengalaman, mengerti cara menguasai pang

  • Badai Sang Pemberani   028. Menjelang Pertarungan

    Suasana GOR Nasional sore itu begitu riuh. Sorakan para suporter yang sudah berdatangan menggema, bendera-bendera kecil berkibar, dan dentuman musik penyemangat membuat udara semakin panas. Semua tertuju pada dua nama yang akan bertarung nanti malam. Hari itu bukan sembarang hari. Tapi sebuah momen final perebutan medali emas kejuaraan nasional karate mahasiswa. Dan yang lebih istimewa, pertandingan kali ini mempertemukan dua sosok dengan reputasi yang kontras: * LISBET MANUHUTU, sang juara bertahan tiga tahun berturut-turut. Wanita asal Ambon itu dikenal garang, berpengalaman, dan memiliki teknik mematikan. Namanya sudah menjadi legenda di arena karate nasional. * VALERIE MARCEL, sang debutan cantik jelita. Untuk pertama kalinya ia berhasil menembus final. Banyak yang awalnya meremehkan, menganggap kecantikannya lebih cocok menghiasi panggung modeling, bukan atlit karate. Namun langkah demi langkah, ia membuktikan kualitasnya dengan menyingkirkan lawan-lawan tangguh, hingga kin

  • Badai Sang Pemberani   027. Kisah Wanita Konglomerat

    Mellisa Christina adalah nama yang menggetarkan dunia bisnis tekstil di kawasan Asia. - seorang wanita karir keturunan Jawa-Tiongoa. Pada usianya yang sudah melampaui ke-45 tahun, ia telah menjelma menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di benua itu. Perusahaannya, Christina Textile Group, bukan sekedar pabrik kain biasa. Dalam dua dekade terakhir, perusahaan tersebut merajai pasar serat, kain premium, hingga ekspor ke Eropa dan Amerika. Namun di balik gemerlap kekayaannya, kehidupan pribadi Mellisa tak selalu mudah. Ia telah menjanda selama 15 tahun setelah kematian suaminya yang pertama, seorang pengusaha ternama asal Francis bernama Marcel, sejak saat itu Mellisa membangun bisnisnya sendiri hingga menjadi perusahaan raksasa di kawasan Asia, dan dari pernikahan-nya dengan suami asal Francis--Marcel, mereka di karuniai seorang anak perempuan yang cantik bernama: Valerie Marcel. Namun setelah Marcel tewas di sebabkan kecelakaan yang terjadi di Francis, Mellisa memilih menutup

  • Badai Sang Pemberani   026. Mengembalikan Badai

    Setelah selesai istirahat siang, rapat kembali di lanjutkan. Aroma kopi hitam masih terasa di udara, sementara raut wajah para perwira tetap penuh ketegangan. Slide baru ditampilkan di layar, berisi bagan jaringan sindikat dan titik-titik merah jalur peredaran barang ilegal yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Komjen Handoyo kemudian menekan remote control, menampilkan foto beberapa tokoh mafia internasional di layar. Salah satunya: Calvin Law, sang bos besar yang kini namanya bergema di kawasan Asia. "Dia adalah Calvin," ucap Handoyo tegas. "Sosok bayangan yang kita tahu beroperasi di balik banyak bisnis ilegal. Sayangnya, sampai hari ini... dia tak pernah bisa disentuh hukum. Semua upaya kita seakan kandas sebelum sampai kepadanya. Pertanyaannya, siapa yang melindunginya di negeri ini?" Suasana rapat berubah semakin berat. Beberapa perwira saling berbisik, tapi tak ada yang berani bersuara keras. Komjen Handoyo berdiri, menatap semua yang hadir. "Mulai hari ini, s

  • Badai Sang Pemberani   025. Berita Sedih

    Malam semakin pekat. Ombak kecil memecah dermaga, sementara angin laut membawa aroma rasa garam yang menusuk. Badai berdiri tegap, wajahnya masih menyimpan ketegangan yang belum luruh. Marta, Josep, dan Yopie menjaga posisi masing-masing, memastikan tidak ada celah bagi Patrik untuk melarikan diri lagi.Tak lama kemudian, suara deru mesin motor laut terdengar mendekat. Lampu sorot menembus gelapnya malam. Tim kepolisian setempat datang lengkap dengan pasukan bersenjata. Mereka turun dengan cepat, menyebar, dan mengamankan area sekitar."Inspektur Badai!" salah satu komandan tim menyapa sambil memberi hormat singkat. "Kami sudah terima semua laporan Anda. Lokasi langsung steril."Badai mengangguk singkat. "Target utama--sang bos sindikat - Patrik - sudah kami amankan. Hati-hati, dia licik dan cerdik, bahkan sempat membuka borgol coba melarikan diri. Sekarang kondisinya luka tembak di kedua kakinya. Butuh penanganan medis segera."Dua polisi medis segera menghampiri, memberi perban seme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status