Home / Rumah Tangga / Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku / 5. Aktivitas di Belakang Suami

Share

5. Aktivitas di Belakang Suami

Author: Muninggar88
last update Last Updated: 2023-07-13 09:30:41

Bulan ramadhan tahun ini begitu cepat datangnya. Tak terasa hari esok akan memasuki awal bulan puasa.

Sudah biasa bagiku menjalankan ibadah puasa jauh dari keluarga, anak dan istri. Alat komunikasi jarak jauh antara aku dan Marwah pun tidak ada. Hanya ponsel yang aku punya dan untuk aku pergunakan secara pribadi dan satu ponsel lain di pegang oleh ibuku untuk kami berkomunikasi. Marwah tidak aku perkenankan untuk memegang ponsel. Aku tidak mau jika Marwah sampai melalaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Itu lah pesan dari kakak ku yang di sampaikan melalui ibuku. Ponsel akan membuat siapapun malas mengerjakan kewajibannya. Toh Marwah sudah enak menumpang hidup pada keluarga kami. Dan sebagai gantinya ia harus dengan sadar diri mengikuti semua perintah kami. Keluarga ku tidak memperlakukannya sebagai pembantu seperti apa kata orang. Dia istriku dan sudah menjadi kewajiban baginya untuk patuh pada ibu dan juga keluarga ku. Jika keluarga ku menganggapnya sebagai pembantu pastilah tiap bulan kami akan mengeluarkan biaya lebih untuk menggajinya. Jelas itu lah perbedaannya.

Pernah istriku itu memiliki ponsel sendiri hasil dari gajinya saat bekerja jauh sebelum kami menikah. Hingga pada suatu hari aku mendapati sebuah pesan yang masuk pada inbox akun sosmed istriku dari beberapa akun milik laki-laki. Mulai dari mengajak kenalan, hingga ada yang serius mengajaknya menikah. Aku akui paras istriku memang tidak buruk. Kulitnya pun terawat karena ada uang gaji yang sengaja ia sisihkan untuk membeli perlengkapan sebagai penunjang penampilannya.

Aku sengaja membuka ponsel tanpa kunci tersebut tanpa sepengetahuan istriku dan itu adalah telat satu bulan kami menikah.

Aku yang terbakar api cemburu tanpa meminta penjelasan dari istriku. Ponsel yang ada di tangan aku lempar dengan keras hingga membentur lantai dan hancur menjadi beberapa bagian. Meskipun pesan tersebut jauh sebelum kami menikah dan tak ada respon yang berarti dari istri ku. Nyatanya aku tidak terima itu dan jelas melukai hati ini. Sejak itulah Marwah tidak pernah lagi memegang ponsel.

"Han jangan lupa, jatah baju baru untuk Mbak dan untuk ponakanmu. Oh iya, Alina sama Marwah gak usah kamu belikan baju baru. Punya Kania dan Kiran masih pada bagus. Itu kamu kasih saja sama anakmu. Sayang kalau gak kepakai. Bilang juga sama Marwah, aku mau kasih dia baju."

Usai bersantap makan sahur. Aku tidak langsung pergi begitu saja apalagi lanjut tidur lagi seperti yang biasa dilakukan oleh suami kakakku.

Gak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Buktinya masalah Marwah yang masih bersikap dingin kepadaku akan segera tercairkan. Aku akan memberikannya kejutan. Jadi dia tidak perlu mempermasalahkan lagi soal baju lebaran nanti. Pun dengan Alina. Keduanya akan keturutan memakai baju baru lebaran bulan depan.

"Iya, Mbak. Makasih juga atas perhatiannya sama istri dan anakku."

Aku segera memberikan ucapan terimakasih pada kakak perempuan ku. Jika dan di luar sana banyak saudara kandung yang tidak akur dengan iparnya. Maka berbeda dengan saudaraku. Buktinya kakakku masih perhatian juga dengan istri dan anakku.

Semoga bulan-bulan ini pesanan untuk pabrik tempatku bekerja semakin ramai. Jika itu terjadi. Itu tandanya akan ada penambahan jam kerja yang otomatis akan menambah pula gaji yang akan aku terima. Belum termasuk dengan uang THR yang biasa di bagikan pertengahan bulan puasa atau satu Minggu sebelum hari raya.

Aku harus mulai mengira-ngira pengeluaran yang akan aku keluarkan untuk bulan ini dan juga lebaran nanti. Mulai jatah untuk ibu, baju baru untuk ibu, adik, kakak, dan juga tidak keponakan ku. Di tambah lagi. Reihan yang meminta jatah tambahan untuk calon istrinya. Lebih tepatnya kekasihnya karena diantara keduanya belum ada ikatan resmi. Untuk Marwah dan juga Alina itu tidak terlalu aku pikirkan. Sudah ada jatah dari Mbak Nur juga. Orang tua Marwah dan juga keponakan dan adiknya, aku tidak mau ambil pusing bukan tanggung jawabku sebab aku hanya menantu. Yang penting ada niat tulusku untuk bertandang dan bersilahturahmi ke rumah mereka.

Sabtu besok rencananya aku akan pulang bareng dengan keluarga Mbak Nur. Rombongan naik roda empat milik kakak perempuan ku dan juga suaminya. Semoga suatu saat aku juga bisa memiliki kendaraan roda empat sendiri, yang tentunya lebih bagus dari mobil milik kakakku ini. Aamiin. Semoga kerja keras yang ku sertai dengan doa ini segera diijabah oleh Allah.

.

Waktu kian berlalu. Hari ini aku dan keluarga kakakku bersiap untuk pulang ke kampung halaman kami. Waktu dua hari libur kami pergunakan untuk mengunjungi orang tua dan juga akan membahas acara lamaran adik bungsu kami dengan kekasihnya yang bernama Riana.

Perjalanan yang menekan waktu kurang lebih tiga jam lebih lama karena jalanan yang macet ketika hari Sabtu malam Minggu seperti ini.

Tepat pukul 15.00 sore mobil yang kami tumpangi telah sampai di rumah masa kecilku. Rumah yang dua bulan lalu selesai kami renovasi. Ibu khusus memintaku untuk membenahi rumah ini agar terlihat lebih baik untuk menyambut kedatangan keluarga dari calon menantu barunya.

Hampir seluruh tabungan yang aku kumpulkan selama beberapa tahun bekerja telah terkuras habis. Padahal rencana ku sebelumnya ingin mempergunakan uang tersebut untuk membangun rumahku sendiri. Rumah yang akan aku bangun di atas tanah peninggalan dari bapakku yang terletak di samping kiri rumah ini. Namun rencana ku ini harus aku tunda dan pendam terlebih dahulu. Aku harus lebih giat bekerja lagi untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi terwujudnya impianku memiliki rumah sendiri.

Kedatangan kami di sambut dengan hangat oleh ibuku. Tentu saja pasti rasa rindu pada anak cucunya bisa terobati dengan kedatangan kami hari ini. Hanya ibu dan Reihan juga calonnya--- Reina yang menyambut kami. Hanya Marwah dan juga Alina yang tidak nampak menyambut kedatangan suami dan keluarga saudaranya ini.

"Bu, Marwah dan Alina mana?" tanyaku setelah aku menjabat dan mencium tangan yang mulai mengeriput itu.

Air muka ibu langsung berubah.

"Ada di kamarnya," balas ibu dan dilanjutkan menciumi satu-persatu cucunya dari anak tertuanya.

Marwah juga. Tahu suaminya pulang bukan menyambut justru malah enak-enakan berada di dalam kamar. Mau jadi ratu di rumah ini dia.

Aku segera beranjak masuk kedalam rumah. Aku menuju kamar yang biasa aku tempati bersama dengan istri dan juga putriku.

Dengan kasar kutarik handle pada daun pintu hingga membuat terlonjak orang yang berada di dalam bilik ini.

Marwah ternyata sedang menunaikan salat ashar dan diikuti dari belakang oleh putrinya.

Hampir saja aku berburuk sangka di buatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indah Sari
aneh bngt masa iya istri sendri disruh pake baju bekas
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    110. Kembali hidup damai (end)

    Atas saran dari ibunya, akhirnya Johan membawa keluar Kiran istri sirinya itu dari rumah keluarganya. Johan sengaja membawa Kiran pergi jauh dari tempat tinggal mereka dengan tujuan agar tidak ada orang yang mengenalinya.Johan membawa pergi Kiran dengan alasan untuk mengobati sakitnya. Johan sengaja membawa istri sirinya itu ke pelosok dan mengobatkannya di sana.Usai membawa istrinya itu ke rumah sakit. Johan buru-buru pergi meninggalkan Kiran di rumah sakit dan tidak ada keinginan untuk menjenguk bahkan untuk kembali membawa perempuan itu masuk lagi ke dalam rumahnya.."Ka, ada kabar baik buat kamu." Ibra bersama dengan pengacaranya menemui Azka yang berada di balik jeruji."Kabar baik apa, Mas?" tanya Azka antusias."Bukti rekaman CCTV dari rumah tetangga kamu itu mulai menemukan titik terang. Pihak polisi juga masih melakukan pendalaman tentang kasus mu ini. Semoga setelah ini titik terang itu segera terungkap dan kamu bisa segera bebas dari tempat ini.""Aamiin, semoga saja,

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    109. Mencari bukti

    "Dari mana kamu, Mas?" Johan terlonjak karena istrinya yang tiba-tiba saja mengagetkannya."Kamu ngagetin suami saja. Aku habis dari rumah sakit ngantar Kiran." Johan melepas baju yang baru ia kenakan dan kemudian menggantinya baju bersih yang sudah di siapkan oleh Sintia.Tidak banyak bertanya. Sembari menunggu suaminya membersihkan diri, Sintia segera turun kelantai bawa untuk membantu menyiapkan makan malam untuk keluarganya."Sudah pulang Jo?" sapa Bu Sukma ketika melihat putranya yang berjalan ke arah meja makan."Iya, Ma.""Sudah beres?""Sudah," jawab singkat Johan atas pertanyaan dari ibunya itu.Sementara Sintia mengerutkan keningnya. Perempuan itu tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh suami dan ibu mertuanya.Sintia memilih diam tidak turut serta dalam perbincangan kedua orang yang ada di hadapannya itu.."Mas kamu kelihatan senang sekali seperti habis menang undian," celetuk Lita yang keheranan karena melihat suaminya tersebut tersenyum sendiri."Ini lebih dari m

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    108. Pengerebekan di rumah Azka

    Terdengar deru mesin mobil di depan rumahnya. Lita segera keluar. Setelah pintu rumah ia buka, nampak suaminya itu baru saja turun dari motor miliknya."Mas, itu ada mobil dealer kenapa berhenti di depan rumah kita?" tanya Lita yang masih penasaran. "Itu motor kamu, Vin?" sela Nurmala yang baru saja muncul dari balik pintu."Iya, Ma, ini motor baru Kevin."Lita berjalan mendekat ke arah motor yang baru saja di turunkan dari atas mobil dealer. "Mas, beneran ini mobil kamu?""Iya lah, masa iya cuma bohongan. Kamu juga lihat sendiri pegawai dealernya saja masih belum pulang," sewot Kevin pada istrinya karena sang istri yang tidak percaya dengan pencapaiannya itu."Aku seneng banget kalau ini beneran motor kamu, Mas.""Makanya jangan curigaan Mulu sama suami kamu."Usai serah terima telah selesai. Dua orang pria yang bertugas untuk mengantar motor baru milik Kevin, segera undur diri."Motor baru mbak Lita?" sapa salah satu tetangga yang baru saja lewat di depan rumah mereka."Iya, Bu. Su

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    107. Kevin kerja

    "Yang, kamu lagi ngapain?" Azka baru saja masuk ke dalam kamarnya. Pria tersebut mendapati sang istri seperti orang yang sedang kebingungan. Sedang mencari sesuatu sepertinya."Mas, Mas lihat cincin aku, gak? Cincin kado dari Mas pas ulang tahunku yang kemarin."Azka berjalan semakin mendekat. "Memang kamu terakhir taruh di mana?""Terakhir aku taruh di laci meja rias, Mas." Marta masih berusaha mengingatnya lagi.Azka membantu istrinya untuk mencari cincin yang dimaksud.."Mas, kamu habis dapat rezeki nomplok?" Mata Lita nampak berbinar ketika Kevin menunjukkan apa yang ia bawa sepulang dari mengantarkan ibunya itu berobat."Mobil siapa itu, Mas?" tanya Lita melihat di depan rumah kontrakan mereka yang sempit bahkan teras pun lebarnya tidak lebih dari satu meter itu."Mobil punya, Mama. Aku kan pernah cerita kalau Mama dulu pernah punya harta yang dibawa kabur sama mantan suaminya. Tadi di jalan Mama ketemu sama dia setelah sekian lama. Aku beri pelajaran saja sama dia biar tahu ras

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    106. Bertemu mantan

    "Vin, tunggu, Vin. Lihat! Itu Papa kamu, Vin. Cepat kejar dia!" seru Nurmala yang yang tanpa terduga disengaja ia dipertemukan kembali pada mantan suaminya setelah bertahun-tahun. Arif---mantan suami Nurmala sengaja meninggalkannya gara-gara tergoda seorang janda yang merupakan tetangga mereka di rumah yang baru mereka beli dulu.Pagi setengah siang itu Nurmala meminta tolong pada putranya agar mengantarkannya untuk berobat ke puskesmas yang terdekat dengan tempat mereka.Mereka baru saja selesai dan berniat akan segera pulang ke rumah setelah terlebih dahulu membeli makan siang untuk mereka bawa pulang. Kebetulan warung makan yang mereka singgahi berada di depan pasar. Ketika itu juga mata Nurmala melihat suami dan istri barunya itu baru saja keluar dari toko perhiasan yang berseberangan dengan tempat mereka membeli makanan.Melihat mantan suaminya yang ternyata masih bisa hidup tenang bahkan kehidupan suaminya itu nampak jauh lebih baik dari pada kehidupannya, membuat Nurmala merada

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    105. Tempat baru

    "Ka, coba kamu periksa dulu kamar mereka," titah Marwah pada keponakannya.Marwah memiliki pikiran negatif terhadap keluarga dari suaminya itu. Ia memiliki pengalaman buruk sebelumnya atas ulah dari kakak iparnya itu."Jangan lancang kamu, Wah. Siapa kamu mau main bongkar-bongkar barang milik orang!" sungut Nurmala karena tidak terima Marwah memprovokasi keponakannya sendiri."Tapi Bude Marwah ada benarnya. Yang, kita cek dulu kamar mereka!" Azka kemudian mengajak sang istri serta istri dari pak RT untuk membantu mereka membereskan barang-barang milik keluarga Nurmala."Apa Mbak Nur lupa atau perlu aku ingatkan lagi? Mbak lupa dulu pernah bawa kabur uang orang yang harusnya menjadi haknya Reihan? Mbak diam-diam menjual rumah ibu yang sudah diberikan sama Reihan dan Mbak kabur begitu saja. Kalau keadaan Mbak menyedihkan seperti ini, bukan salah orang lain. Tapi iku karena balasan atas perbuatan Mbak di waktu lampau." Marwah mengungkit akan perbuatan kakak iparnya itu di depan umum.."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status