Share

4. Menanti Suami

Author: Muninggar88
last update Last Updated: 2023-07-12 20:34:24

Hari ini adalah hari yang sangat aku nanti. Hari dimana suamiku akan pulang dari tempatnya bekerja. Suamiku kebetulan bekerja di luar kota. Di kabupaten yang berbeda. Sedangkan aku dan putri kami tinggal bersama satu atap dengan ibu mertua dan adik bungsu suamiku. Awalnya aku sempat menolak tinggal di sini. Bukan tanpa alasan. Karena ada adik suamiku yang kebetulan juga seorang laki-laki yang bukan mahram bagiku adalah salah satu alasan ku. Dan alasan lain adalah di mana biasanya menantu tidak akan pernah bisa akur ketika tinggal bersama dengan orang tua terutama ibu dari suaminya.

Karena paksaan dari suamiku lah akhirnya aku menerima permintaannya tersebut.

Tepat pukul 10.00 pagi tadi suami ku tiba di rumah ini.

Aku dan juga Alina tentu saja menyambutnya dengan antusias. Alih-alih beberapa hari ini kami terpisah jarak dan waktu. Tentu saja rasa rindu yang akan merajai hati ini.

"Mas, lebaran nanti kita beli baju couple sama Alina juga, ya," rengek ku pada mas Farhan suamiku.

Kepada siapa lagi aku mengutarakan keinginan ku jika bukan pada suamiku sendiri. Keinginan akan sepotong baju baru untuk ku dan juga putri semata wayang kami. Tak perlu mahal ataupun bermerk asalkan baju itu adalah hasil dari rezekinya, dari hasil keringatnya bekerja mencari nafkah. Bukan baju bekas milik dari kakak perempuannya yang sudah tidak terpakai.

Aku kembali mencoba mengutarakan niatku ini meski sebelumnya pun kegagalan yang aku dapatkan darinya. Permintaan ku ini adalah kali ketiganya selama menjadi pasangannya. Jika sebelumnya aku bisa membeli sendiri semua kebutuhan ku dari hasil kerjaku sebagai buruh di sebuah pabrik yang letaknya berada satu kabupaten dengan tempat tinggal orang tuaku.

Dua kali permintaan ku yang sebelumnya tidak pernah di wujudkan oleh suamiku. Semoga kali ini dan di lebaran tahun ini aku dan putriku bisa merasakan mengenakan baju baru layaknya keluarga kakak perempuannya dan juga para keponakannya.

"Puasa saja belum, ini kamu malah susah siap-siap minta baju baru. Pakai acara couple-an atau apa itu seragaman? Sudah mirip anak panti saja," sungut mas Farhan. Tak kusangka jawaban menyakitkan yang kembali aku terima. Mungkin nasibku menjadi istri dan juga bagian dari keluarganya.

Aku hanya wanita biasa yang memiliki sebuah keinginan. Aku mengutarakan niatku tersebut karena aku pun yakin suamiku bisa memenuhinya dengan gaji yang ia peroleh dari tempatnya bekerja di luar kota. Meskipun aku tidak pernah tahu berapa besar gaji yang selama ini diperoleh oleh mas Farhan. Lucu memang sebagi seorang istri tetapi tidak pernah tahu berapa besaran gaji yang dimilikinya. Bahkan untuk menikmati gajiku saja aku tidak pernah rasakan. Apalagi mengetahui jumlah besaran yang di perolehnya tiap bulan.

Bukannya tidak ingin tahu atau tidak pernah bertanya kepadanya.

Aku sudah beberapa kali bertanya namun apa yang akhirnya aku dapat hanya gertakan yang menyakitkan hati yang akan aku dapat. Cukup dua ratus ribu tiap bulan yang aku terima dari gajinya untuk membeli susu Alina putri kami. Selebihnya hanya dirinya, Ibunya, dan juga saudaranya saja yang tahu. Aku hanya istri yang bagi mereka tidak lebih orang lain yang dipersatukan oleh ikatan pernikahan.

Aku terima semua perlakuan mereka. Aku serahkan semua balasan atas sikap mereka pada yang di Atas.

Lebih baik aku diam. Aku bungkam dari pada rasa sakit ku semakin bertambah. Bukan hanya sakit hati tapi juga sakit telinga karena mendengar gerutuhannya.

Aku mendiamkan suamiku namun aku masih tetap menjalankan semua kewajiban ku. Seperti pagi ini. Di saat semua orang di rumah ini masih terlelap dalam buaian mimpi mereka. Aku sudah terlebih dulu bangun dan berjibaku dengan pekerjaan rumah terutama dapur. Berlomba dengan ayam jago sudah biasa bagiku semenjak menginjakkan kaki di rumah ini. Jangan berharap bisa bersantai hidup di rumah ini. Dalam angan pun mustahil itu akan terjadi. Ada saja alasan agar diri ini tidak terlihat menganggur.

Tiap kali suamiku pulang. Setiap kali itu juga drama dimulai.

Aku yang hari-hari hanya masak cukup untuk dua orang tidak lebih. Setiap hari Sabtu dan Minggu selaku memasak tiga kali lipatnya. Bukan tanpa alasan. Pengiritan yang menjadi pedoman hidup untuk bisa bertahan di ini. Jika ibu mertua dan adik bungsunya makan masakan baru yang aku buat. Maka aku yang kebagian jatah untuk menghabiskan makanan sisa kemarin yang sudah dihangatkan. Bisa makan enak jika suami ada di rumah. Ingin merasakan masakan warung saja itu hanya ada dalam mimpiku. Tak akan pernah mereka biarkan orang lain yang dinikahi putra keluarga ini ikut menikmati rezeki dari hasil kerja kerasnya mencari nafkah.

Aku sudah seperti hidup dalam panggung sandiwara yang diciptakan oleh keluarga laki-laki yang menjadikan aku sebagai makmumnya.

Berdoa dan bersabar itu yang selalu aku tanamkan dalam hatiku. Semoga kesabaran ku ini berbuah manis di kemudian hari. Doaku di setiap sujud ku semoga di dengar oleh Rabb-ku dan di jadikannya nyata suatu hari nanti. Semoga suamiku mendapatkan pencerahan untuk hari dan pikirannya. Dan semoga hati dan pikirannya tersebut segera di sadarkan akan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Aku tidak ingin menyerah karena sebenarnya suami adalah tipe pria yang baik dan juga penyayang. Buktinya tak pernah sekalipun ia ringan tangan kepada istri ataupun anaknya. Hanya saja pengaruh buruk itu di tanamkan oleh keluarganya sendiri. Dan tugasku sebagai seorang istri adalah membawa kembali suamiku menuju jalan yang lurus. Jalan yang seharusnya ia lalui bukan begitu saja ia lewati.

"Wah, jangan lupa ayam kecapnya kamu bungkus semua. Biar nanti Wildan kasih sama kakaknya. Itu kesenangan cucu-ku." Ibu mertua tiba-tiba ada di belakang ku dan berujar agar aku segera mengemas masakan yang sudah aku olah atas perintahnya sebelumnya.

Iya, aku masih ingat pembicaraan ibu mertua via telpon dengan kakak perempuan suamiku. Tepatnya dua hari sebelum suamiku pulang. Saudara iparku yang menurut ku adalah tipe perempuan pemalas itu meminta pada ibunya agar menyuruhku untuk memasak masakan kesukaan keluarganya. Mbak Nur tahu jika masakan adik iparnya ini memang tidak bisa diragukan lagi. Oleh sebab itu dia memanfaatkan aku melalui ibu mertua. Bukan hanya sekali atau dua kali. Bahkan setiap suamiku balik ke rumah ini ada saja yang ia perintahkan untuk aku kerjakan.

Ingin protes pun percuma toh semua yang ada di sini seolah mendukung.

Ibu mertua sendiri tidak pernah jahat. Tetapi beliau juga tidak pernah baik. Selalu bersikap acuh dan hanya menunjukan sikap baiknya jika ada suami di rumah ini. Selebihnya aku hanya orang lain yang kebetulan keberadaannya bisa di manfaatkan untuk meringankan pekerjaan mereka.

Cucu pun Alina selaku di bedakan dari tiga cucunya yang lain. Hanya ketiga anak Mbak Nur selalu di limpahi kasih sayang olehnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    110. Kembali hidup damai (end)

    Atas saran dari ibunya, akhirnya Johan membawa keluar Kiran istri sirinya itu dari rumah keluarganya. Johan sengaja membawa Kiran pergi jauh dari tempat tinggal mereka dengan tujuan agar tidak ada orang yang mengenalinya.Johan membawa pergi Kiran dengan alasan untuk mengobati sakitnya. Johan sengaja membawa istri sirinya itu ke pelosok dan mengobatkannya di sana.Usai membawa istrinya itu ke rumah sakit. Johan buru-buru pergi meninggalkan Kiran di rumah sakit dan tidak ada keinginan untuk menjenguk bahkan untuk kembali membawa perempuan itu masuk lagi ke dalam rumahnya.."Ka, ada kabar baik buat kamu." Ibra bersama dengan pengacaranya menemui Azka yang berada di balik jeruji."Kabar baik apa, Mas?" tanya Azka antusias."Bukti rekaman CCTV dari rumah tetangga kamu itu mulai menemukan titik terang. Pihak polisi juga masih melakukan pendalaman tentang kasus mu ini. Semoga setelah ini titik terang itu segera terungkap dan kamu bisa segera bebas dari tempat ini.""Aamiin, semoga saja,

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    109. Mencari bukti

    "Dari mana kamu, Mas?" Johan terlonjak karena istrinya yang tiba-tiba saja mengagetkannya."Kamu ngagetin suami saja. Aku habis dari rumah sakit ngantar Kiran." Johan melepas baju yang baru ia kenakan dan kemudian menggantinya baju bersih yang sudah di siapkan oleh Sintia.Tidak banyak bertanya. Sembari menunggu suaminya membersihkan diri, Sintia segera turun kelantai bawa untuk membantu menyiapkan makan malam untuk keluarganya."Sudah pulang Jo?" sapa Bu Sukma ketika melihat putranya yang berjalan ke arah meja makan."Iya, Ma.""Sudah beres?""Sudah," jawab singkat Johan atas pertanyaan dari ibunya itu.Sementara Sintia mengerutkan keningnya. Perempuan itu tidak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh suami dan ibu mertuanya.Sintia memilih diam tidak turut serta dalam perbincangan kedua orang yang ada di hadapannya itu.."Mas kamu kelihatan senang sekali seperti habis menang undian," celetuk Lita yang keheranan karena melihat suaminya tersebut tersenyum sendiri."Ini lebih dari m

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    108. Pengerebekan di rumah Azka

    Terdengar deru mesin mobil di depan rumahnya. Lita segera keluar. Setelah pintu rumah ia buka, nampak suaminya itu baru saja turun dari motor miliknya."Mas, itu ada mobil dealer kenapa berhenti di depan rumah kita?" tanya Lita yang masih penasaran. "Itu motor kamu, Vin?" sela Nurmala yang baru saja muncul dari balik pintu."Iya, Ma, ini motor baru Kevin."Lita berjalan mendekat ke arah motor yang baru saja di turunkan dari atas mobil dealer. "Mas, beneran ini mobil kamu?""Iya lah, masa iya cuma bohongan. Kamu juga lihat sendiri pegawai dealernya saja masih belum pulang," sewot Kevin pada istrinya karena sang istri yang tidak percaya dengan pencapaiannya itu."Aku seneng banget kalau ini beneran motor kamu, Mas.""Makanya jangan curigaan Mulu sama suami kamu."Usai serah terima telah selesai. Dua orang pria yang bertugas untuk mengantar motor baru milik Kevin, segera undur diri."Motor baru mbak Lita?" sapa salah satu tetangga yang baru saja lewat di depan rumah mereka."Iya, Bu. Su

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    107. Kevin kerja

    "Yang, kamu lagi ngapain?" Azka baru saja masuk ke dalam kamarnya. Pria tersebut mendapati sang istri seperti orang yang sedang kebingungan. Sedang mencari sesuatu sepertinya."Mas, Mas lihat cincin aku, gak? Cincin kado dari Mas pas ulang tahunku yang kemarin."Azka berjalan semakin mendekat. "Memang kamu terakhir taruh di mana?""Terakhir aku taruh di laci meja rias, Mas." Marta masih berusaha mengingatnya lagi.Azka membantu istrinya untuk mencari cincin yang dimaksud.."Mas, kamu habis dapat rezeki nomplok?" Mata Lita nampak berbinar ketika Kevin menunjukkan apa yang ia bawa sepulang dari mengantarkan ibunya itu berobat."Mobil siapa itu, Mas?" tanya Lita melihat di depan rumah kontrakan mereka yang sempit bahkan teras pun lebarnya tidak lebih dari satu meter itu."Mobil punya, Mama. Aku kan pernah cerita kalau Mama dulu pernah punya harta yang dibawa kabur sama mantan suaminya. Tadi di jalan Mama ketemu sama dia setelah sekian lama. Aku beri pelajaran saja sama dia biar tahu ras

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    106. Bertemu mantan

    "Vin, tunggu, Vin. Lihat! Itu Papa kamu, Vin. Cepat kejar dia!" seru Nurmala yang yang tanpa terduga disengaja ia dipertemukan kembali pada mantan suaminya setelah bertahun-tahun. Arif---mantan suami Nurmala sengaja meninggalkannya gara-gara tergoda seorang janda yang merupakan tetangga mereka di rumah yang baru mereka beli dulu.Pagi setengah siang itu Nurmala meminta tolong pada putranya agar mengantarkannya untuk berobat ke puskesmas yang terdekat dengan tempat mereka.Mereka baru saja selesai dan berniat akan segera pulang ke rumah setelah terlebih dahulu membeli makan siang untuk mereka bawa pulang. Kebetulan warung makan yang mereka singgahi berada di depan pasar. Ketika itu juga mata Nurmala melihat suami dan istri barunya itu baru saja keluar dari toko perhiasan yang berseberangan dengan tempat mereka membeli makanan.Melihat mantan suaminya yang ternyata masih bisa hidup tenang bahkan kehidupan suaminya itu nampak jauh lebih baik dari pada kehidupannya, membuat Nurmala merada

  • Baju Baru Untuk Istri Dan Anakku    105. Tempat baru

    "Ka, coba kamu periksa dulu kamar mereka," titah Marwah pada keponakannya.Marwah memiliki pikiran negatif terhadap keluarga dari suaminya itu. Ia memiliki pengalaman buruk sebelumnya atas ulah dari kakak iparnya itu."Jangan lancang kamu, Wah. Siapa kamu mau main bongkar-bongkar barang milik orang!" sungut Nurmala karena tidak terima Marwah memprovokasi keponakannya sendiri."Tapi Bude Marwah ada benarnya. Yang, kita cek dulu kamar mereka!" Azka kemudian mengajak sang istri serta istri dari pak RT untuk membantu mereka membereskan barang-barang milik keluarga Nurmala."Apa Mbak Nur lupa atau perlu aku ingatkan lagi? Mbak lupa dulu pernah bawa kabur uang orang yang harusnya menjadi haknya Reihan? Mbak diam-diam menjual rumah ibu yang sudah diberikan sama Reihan dan Mbak kabur begitu saja. Kalau keadaan Mbak menyedihkan seperti ini, bukan salah orang lain. Tapi iku karena balasan atas perbuatan Mbak di waktu lampau." Marwah mengungkit akan perbuatan kakak iparnya itu di depan umum.."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status