Share

Bagian 2

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2023-03-03 09:02:17

Duar!

Tepat lima langkah sebelum panah api mengenai tubuhnya, Lady Neenash membuat perisai es. Ledakan besar pun tak terelakkan. Beruntung, kawasan Istana Rubi dilapisi pelindung tak kasat mata yang kedap suara.

Pemuda tampan yang tadi melemparkan panah api mendekat. Tawa menyebalkannya membuat Lady Neenash mendelik tajam.

"Sudah lama kita tidak bercanda dan bermain bersama, Neenash," celetuk si pemuda.

"Candaan yang tidak lucu, Sallac."

Lady Neenash menyeringai, lalu membungkuk.

"Saya memberi salam kepada Pangeran Sallac," ucapnya dengan suara dibuat-buat hormat.

Pangeran Sallac mendecakkan lidah. Dia duduk dengan kasar di bangku kayu. Lady Neenash terkekeh, lalu duduk di sebelah sahabat masa kecilnya yang dikucilkan karena dianggap terkutuk itu.

"Kau suka mencandaiku, tetapi tidak suka jika kucandai," gerutu Lady Neenash.

"Aku tak suka kauperlakukan seperti orang asing. Bukankah aku yang paling dekat denganmu?" sahut Pangeran Sallac.

"Ya, ya, ya, tentu saja. "

Lady Neenash menatap Pangeran Sallac dalam. Namun, dia cepat mengalihkan pandangan karena jantung yang berdebar.

"Iya, Sallac. Hanya di hadapanmu, aku bisa bebas dari sosok lady penuh etika yang anggun," gumamnya lirih.

Pangeran Sallac menepuk punggung Lady Neenash cukup kuat. Gadis itu hampir tersedak. Dia seketika melotot.

"Tidak bisakah kau menjadi pria yang lebih lembut sedikit saja?" gerutu Lady Neenash.

Pangeran Sallac terkekeh. "Kukira kau suka aku apa adanya." Dia tiba-tiba tampak sendu. "Ah, seleramu memang lelaki penuh kasih sayang seperti si bodoh itu."

Hening sejenak. Lady Neenash mengumpat dalam hati. Dia benci ketidakpekaan Pangeran Sallac. Pemuda itu masih tak menyadari rasa yang telah lama dipendam Lady Neenash untuknya.

"Si bodoh itu dulu berkata akan menjadikanmu satu-satunya, tapi ternyata dengan mudah terjerat kecantikan wanita lain," geram Pangeran Sallac.

Tatapannya berubah tajam, membuat mata merah itu semakin menyeramkan. Dia mengepalkan tangan, lalu melepaskan belasan panah api yang membakar beberapa tangkai lavender.

"Jangan jadikan lavender malang itu pelampiasan amarahmu. Aku tidak masalah jika Seandock memiliki selir. Aku tidak mencintainya, Sallac. Tak perlu cinta dalam pernikahan politik."

Pangeran Sallac tertawa pahit.

"Seandainya, mata merah ini tidak dianggap terkutuk, aku pasti menjadi putra mahkota dan bisa menjadikanmu istriku."

Lady Neenash diam-diam meremas gaunnya. Kenyataan pahit yang diucapkan Pangeran Sallac terasa menggores hati. Cinta mereka harus terhalang rumor kutukan sialan itu.

Pangeran Sallac tiba-tiba meraih helaian rambut Lady Neenash. Dia memejamkan mata dan mencium rambut perak beraroma lemon itu dengan sepenuh hati. Lady Neenash seketika merona dan berdebar.

"Hachim! Hachim!"

Wajah Lady Neenash benar-benar memerah. Oleh karena terlalu gugup, dia malah bersin-bersin. Pangeran Sallac terkekeh.

"Ah, di luar sini memang dingin. Tidakkah kau ingin masuk dan berkunjung ke istanaku?" tawar Pangeran Sallac.

Dia berdiri dari bangku, lalu mengulurkan tangan. Lady Neenash menyambut uluran tangan.

"Tawaran yang menarik. Aku juga sudah lama tak bermain dengan Molly," tutur Lady Neenash, lalu berdiri sambil menenteng sepatunya.

Mereka pun segera memasuki Istana Rubi. Seekor binatang mirip kucing, tetapi memiliki tanduk kecil melompat ke pelukan Lady Neenash. Molly, hewan magis peliharaan Pangeran Sallac itu rupanya juga sangat merindukan Lady Neenash.

"Indah sekali senyumanmu saat bersama Molly, seperti dulu saat kita masih kecil. Apa Nenek sihir itu yang membuat senyum indahmu menghilang? Sayang sekali," goda Pangeran Sallac.

Nenek sihir yang dimaksudnya adalah Ratu Olive. Ibunda putra mahkota tersebut memang sudah lama bermusuhan dengan Pangeran Sallac. Ya, sejak sang ibu tiri menghasut raja untuk mengasingkannya dengan isu kutukan mata merah.

Lady Neenash mengusap bulu Molly yang lembut. "Kudengar pemilik menara sihir sangat dingin dan misterius. Tak disangka bisa secerewet ini," sindirnya.

Identitas sebagai pemilik menara sihir juga merupakan rahasia Pangeran Sallac. Dia menggunakan ramuan untuk mengubah warna rambut dan mata, lalu membangun menara sihir yang sangat diandalkan kerajaan.

"Apakah pemilik menara sihir ini tidak boleh mencemaskan temannya?" balas Pangeran Sallac dengan wajah memelas.

"Wajah lembek begitu tidak cocok untukmu."

Lady Neenash melempar wajah Pangeran Sallac dengan bantal bulu tempat tidur Molly. Lemparan tepat sasaran. Pangeran Sallac malah tergelak.

Selanjutnya, mereka hanya mengobrol ringan. Kebanyakan topik pembicaraan berkisar kenangan masa kecil dan kegiatan sehari-hari. Lady Neenash pamit pulang ketika dirasanya pesta sudah hampir menjelang akhir.

Pangeran Sallac melepas kepergian gadis pujaan hatinya dengan tatapan sendu. "Apakah aku bisa benar-benar rela menyerahkanmu kepada si bodoh Sean," gumamnya lirih.

***

Cicit burung mengusik pendengaran, membangunkan Lady Neenash dari tidurnya. Dia membuka mata perlahan, lalu duduk dengan hati-hati. Tangan berjari lentik direnggangkan.

Lady Neenash tersenyum manis. Tidurnya benar-benar nyenyak karena suasana hati membaik. Meskipun tingkah putra mahkota melukai harga diri, kebersamaan dengan Pangeran Sallac menghapus segala kekecewaan.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Lady Neenash.

"Ya?"

"Ini saya Pheriana, Nona."

"Masuklah, Pheri!"

Pintu dibuka perlahan. Pheriana, pelayan kesayangan Lady Neenash masuk, menutup pintu, dan memberi hormat. Seperti biasa, dia akan membantu sang nona mandi. Namun, baru saja gadis itu hendak menyiapkan wewangian, pintu kamar diketuk dengan tempo cepat.

"Lady, gawat! Gawat! Tuan Marquess!" Seruan di luar terdengar panik.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Lady Neenash   Epilog

    Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 144

    Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 143

    "Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 142

    Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 141

    Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 140

    Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status