Balas Dendam Lady Neenash

Balas Dendam Lady Neenash

Oleh:  Puziyuuri  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
146Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hidup Lady Neenash awalnya begitu sempurna, putri Marquess Esbuach yang dihormati sekaligus tunangan Putra Mahkota Seandock. Namun, dunianya seketika runtuh setelah kedatangan putri di luar nikah Count Searaby, Lady Cherrie. Putra Mahkota Seandock jatuh cinta kepada Lady Cherrie. Keduanya dimabuk asmara. Namun, ternyata Lady Cherrie tak sebaik kelihatannya. Dia terus menjebak Lady Neenash hingga terlihat seperti wanita jahat. Akhirnya, putra mahkota marah besar dan memutuskan pertunangan dengan Lady Neenash, lalu bertunangan dengan Lady Cherrie. Hari pertunangan, Lady Cherrie keracunan dan hampir mati. Lady Neenash pun menjadi tersangka utama. Seluruh Keluarga Marquess Esbuach dijatuhi hukuman mati. Hari eksekusi tiba. Lady Neenash harus menyaksikan satu per satu keluarganya dihabisi. Saat gilirannya tiba, ledakan besar terjadi. Lady Neenash jatuh pingsan. Begitu membuka mata, Lady Neenash menemukan wajah tak asing, pangeran pertama yang diasingkan karena dianggap terkutuk, Pangeran Sallac. Ketika sang pangeran menawarkan kerja sama untuk balas dendam, pilihan apa yang akan diambil Lady Neenash?

Lihat lebih banyak
Balas Dendam Lady Neenash Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
146 Bab
Prolog
"Hukum mati wanita jahat itu!""Hukum mati wanita iblis itu!""Demi Saintess, bunuh dia!"Teriakan penuh amarah memenuhi udara. Seorang gadis berpakaian lusuh dan tubuh penuh memar diseret paksa menaiki panggung di alun-alun kota. Telur busuk bahkan batu dilempar ke arahnya. Bruk! Tubuh ringkih mengempas lantai kayu. Darah mengalir dari kening si gadis, mengotori rambut peraknya. Pria bertubuh kekar yang menyeret gadis malang itu tak sedikit pun iba. Dia malah tersenyum mengejek, lalu meludahi wajah jelita yang kini penuh luka. "Hari ini, kau akan menerima hukumanmu, Wanita Iblis! Aku tak akan memaafkan siapa pun yang berani melukai Lady Cherrie," desis pria berwajah dingin itu tajam. Dia tiba-tiba menghunus pedang. Cahaya matahari menerpa senjata yang dibuat dari logam terbaik itu. Kilauannya membuat si gadis pesakitan memejamkan mata. Seruan untuk mempercepat eksekusi bercampur makian semakin membahana. "Matilah kau, Wanita Iblis!" seru pria berwajah dingin. Pedang dengan ukura
Baca selengkapnya
Bagian 1
Musik nan indah mengalun merdu. Aroma mawar yang menghiasi aula utama Kerajaan Varyans menyegarkan penciuman. Sementara itu, semua mata tertuju ke satu titik, dua sejoli yang berdansa di tengah-tengah aula. "Lady Esbuach cantik sekali, seperti peri!" "Selain cantik, sikapnya juga anggun dan penuh etika. Sepertinya, Dewi Asteriella menurunkan seluruh karunianya untuk Lady Esbuach." "Bukankah sudah seharusnya seperti itu? Tunangan putra mahkota harus sesempurna Lady Esbuach." Gadis berambut perak dengan mata emerald itu bernama Lady Neenash Esbuach. Tak ada gadis bangsawan yang tak mengenalnya. Dia adalah putri kesayangan Marquess Arbeil Esbuach sang pahlawan perang, ratu pergaulan kelas atas, juga tunangan putra mahkota. "Putra Mahkota Seandock juga sangat tampan. Lihatlah tatapan penuh cinta beliau kepada Lady Esbuach.""Mereka benar-benar serasi."Seperti yang digosipkan para gadis bangsawan, pemuda tampan yang tengah berdansa dengan Lady Neenash adalah putra mahkota. Mata keema
Baca selengkapnya
Bagian 2
Duar!Tepat lima langkah sebelum panah api mengenai tubuhnya, Lady Neenash membuat perisai es. Ledakan besar pun tak terelakkan. Beruntung, kawasan Istana Rubi dilapisi pelindung tak kasat mata yang kedap suara.Pemuda tampan yang tadi melemparkan panah api mendekat. Tawa menyebalkannya membuat Lady Neenash mendelik tajam."Sudah lama kita tidak bercanda dan bermain bersama, Neenash," celetuk si pemuda."Candaan yang tidak lucu, Sallac." Lady Neenash menyeringai, lalu membungkuk."Saya memberi salam kepada Pangeran Sallac," ucapnya dengan suara dibuat-buat hormat.Pangeran Sallac mendecakkan lidah. Dia duduk dengan kasar di bangku kayu. Lady Neenash terkekeh, lalu duduk di sebelah sahabat masa kecilnya yang dikucilkan karena dianggap terkutuk itu."Kau suka mencandaiku, tetapi tidak suka jika kucandai," gerutu Lady Neenash."Aku tak suka kauperlakukan seperti orang asing. Bukankah aku yang paling dekat denganmu?" sahut Pangeran Sallac."Ya, ya, ya, tentu saja. " Lady Neenash menatap
Baca selengkapnya
Bagian 3
Belum sempat Lady Neenash menyahut, terdengar suara menggelegar diiiringi pancaran cahaya kuat dari jendela. Dia menghela napas berat, lalu bangkit dari tempat tidur. Pheriana membantu sang nona mengenakan jubah untuk menutupi pakaian tidur. Kemudian, Pheriana membukakan pintu. Seorang kesatria tampak berlutut di depan pintu kamar nonanya. Namun, Lady Neenash malah membuka jendela, membuat Pheriana dan kesatria muda mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian Lady Neenash melompat dari jendela."Nonaaa!" seru Pheriana dan kesatria kompak. Pheriana berlari cemas menuju jendela. Dia melongok ke bawah dan seketika menghela napas lega. Lady Neenash tak terluka sedikit pun, malah berdiri anggun di bongkahan es. Selanjutnya, Lady Neenash turun dari bongkahan es, lalu mendekati Marquess Arbeil yang tengah menghancurkan taman dengan sambaran petir. Langkahnya tenang. Tak ada rasa gentar tampak di wajahnya. Begitu cukup dekat, Lady Neenash merapalkan mantra. Sambaran petir yang tadi berham
Baca selengkapnya
Bagian 4
Sosok yang menabrak Lady Neenash adalah Lady Cherrie. Gadis bermata biru itu tampak gemetaran. Raut wajahnya persis seperti terpidana hukuman mati, padahal Lady Neenash tidak menunjukkan ekspresi marah sama sekali."Ada apa Lady Searaby?" tanya Lady Neenash dengan nada datar. Lady Cherrie mendadak berlutut. Air mata berlomba menuruni pipinya. Dia mulai terisak dengan suara teramat menyayat. "Saya bersalah sudah mengotori gaun Anda! Mohon ampuni saya, Lady!" jeritnya histeris. "Tenanglah, Lady Searaby. Saya tidak marah," bisik Lady Neenash. "Kenapa Anda ketakutan dan berteriak? Kita akan jadi pusat perhatian–"Ucapan Lady Neenash terhenti. Dia menyadari tatapan sinis beberapa gadis bangsawan di toko kue. Bisikan-bisikan tak sedap mendengung samar. Namun, telinga sensitif Lady Neenash bisa mendengarnya dengan jelas. "Ya ampun, bukankah hanya kotor sedikit? Kenapa Lady Esbuach harus semarah itu?""Tidakkah Lady Esbuach terlalu angkuh?""Mungkinkah Lady Esbuach masih kesal karena putr
Baca selengkapnya
Bagian 5
"Anda tidak boleh berlaku kejam seperti ini, Yang Mulia!" seru Lady Cherrie tiba-tiba. Dia mengenggam tangan Pangeran Seandock. Sorot matanya tampak memelas. Sementara Lady Neenash yang ucapannya terpotong hanya menghela napas, sudah muak dengan sandiwara dramatis itu. "Yang Mulia ... Anda dan Lady Neenash sudah bersama sejak lama. Saya tak ingin menjadi penyebab hancurnya hubungan kalian," gumam Lady Cherrie dengan mata berkaca-kaca.Ucapanya itu mengundang banyak pujian dari para tamu. Lady yang berhati amat lembut begitulah pandangan para bangsawan. Sebaliknya, mereka menatap sinis dan mengecam Lady Neenash. Pangeran Seandock tiba-tiba menatap tajam Lady Neenash. "Bersama sejak lama pun tidak menjamin kita benar-benar mengenal seseorang," sindirnya. Lady Cherrie menggeleng dengan dramatis. "Jangan begitu, Yang Mulia. Anda akan melukai perasaan Lady Neenash–"Lady Neenash berdeham. Suara manja Lady Cherrie yang membuatnya mual juga terhenti. Tamu undangan semakin melirik penuh k
Baca selengkapnya
Bagian 6
Pangeran Seandock menggeram. Dia mengepalkan tangan dan menggemeletukkan gigi. Mata elangnya menyorot tajam, seperti akan menerkam Lady Neenash. "Penjaga, tangkap seluruh anggota Keluarga Esbuach dan jebloskan ke penjara bawah tanah! Duke Reinnerd, siapkan pengadilan!" titah Pangeran Seandock. Duke Thalennant membungkukkan badan. "Siap dilaksanakan, Yang Mulia."Aula kuil suci menjadi riuh. Para tamu saling berbisik mencemooh Keluarga Esbuach. Sementara itu, beberapa kesatria bergerak maju dengan pedang terhunus. Marquess Arbeil dan Sir Durio tentu tak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan. Pertarungan pun tak terelakkan. Bunyi besi beradu memekakkan telinga. Wanita dan anak-anak menjerit panik. Kemampuan berpedang sang pahlawan perang tentu tak sebanding dengan kesatrian biasa. Para kesatria semakin kewalahan dan babak belur. Namun, Pangeran Seandock tiba-tiba mengangkat tangan kanan dan berseru, "Atas janji setia kepada keluarga kerajaan, Keluarga Esbuach tunduklah!"Cincin
Baca selengkapnya
Bagian 7
Duar! Ledakan besar meninggalkan sisa-sisa jelaga, Panggung eksekusi kini tinggal puing-puing kehitaman berbau sangit. Para penonton berlarian tunggang langgang menyelamatkan diri dan berteriak panik.Adapun Duke Thalennant terlempar sejauh 100 langkah, menubruk dinding bangunan sebuah bar. Lengan kanannya menderita luka bakar yang cukup parah. Dia menggeram, bersusah payah menggenggam kembali gagang padang dengan tangan kiri."Sial*n! Siapa yang lancang menganggu jalannya eksekusi?" teriaknya lantang."Aku! Aku yang melakukannya!" balas suara lantang dari balik asap akibat ledakan.Duke Thalennant memicingkan mata. Asap hitam perlahan tersapu angin. Tak lama kemudian, tampaklah Pangeran Sallac. Dia tengah melayang di udara sembari menggendong Lady Neenash yang tak sadarkan diri.Rakyat yang tadi berlarian semakin panik. Reputasi buruk Pangeran Sallac tentu sudah menjadi rahasia umum. Orang-orang bahkan percaya rumor kutukan bahwa seseorang yang berani bertatapan dengan Pangeran Sall
Baca selengkapnya
Bagian 8
Lady Neenash menghela napas. Meskipun berat, dia telah mengambil keputusan. Bayangan kepala ayah dan kakaknya yang menggelinding di genangan darah menggoreskan luka dan mengobarkan api dendam."Ya, Sallac. Aku setuju," ucapnya penuh keyakinan.Persetan dengan harga diri. Terakhir kali, Lady Neenash menjunjung tinggi harga diri, dia malah menerima penghinaan yang semakin menjadi-jadi. Lagi pula, Pangeran Sallac adalah cinta pertama dan terakhirnya, seseorang yang selalu dimimpikannya menjadi suami."Berbaringlah lagi di ranjang dan pejamkan matamu. Ini tidak akan lama," perintah Pangeran Sallac.Lady Neenash mengangguk pelan. Dia mengatur napas sejenak, sebelum melangkah ke tempat tidur. Setelah membaringkan badan, Lady Neenash memejamkan mata dengan jantung berdetak kencang.Lady Neenash mengepalkan tangan saat mendengar langkah kaki Pangeran Sallac mendekat. Dia mencengkeram sprei ketika merasa lelaki itu telah naik ke tempat tidur. Detik-detik berlalu bagaikan belenggu yang menjerat
Baca selengkapnya
Bagian 9
"Aha! Itu dia!" seru Pangeran Sallac girang.Dia menatap tabung kaca di tangannya. Senyuman semringah tersungging di bibir seksi yang kemerahan. Lady Neenash memalingkan wajah karena tak kuat menahan pesona lelaki pujaan hati."Bisa-bisanya kau memikirkan cinta-cintaan setelah melewati berbagai hal buruk, Neenash! Ayah dan kakakmu bahkan mati dengan keji dan kau bertingkah tak tahu malu, sial*n!" umpat Lady Neenash dalam hati.Setelah perasaannya lebih terkontrol, dia kembali menatap Pangeran Sallac. "Kau menemukan celah untuk kabur?" tanyanya.Pangeran Sallac mengedipkan mata. "Tentu saja, Neenash. Ini akan seru!"Dia menjentikkan jari dengan wajah riang. Bibirnya komat-kamit merapal mantra. Tabung kaca berisi air mata berpendar kemerahan, lalu menjadi menyilaukan. Lady Neenash refleks memejamkan mata. "Buka matamu, Neenash! Lihatlah apa yang bisa dilakukan pemilik menara sihir yang jenius ini," celetuk Pangeran Sallac.Lady Neenash membuka mata dengan perasaan sedikit dongkol. Saat
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status