Share

Bagian 3

Belum sempat Lady Neenash menyahut, terdengar suara menggelegar diiiringi pancaran cahaya kuat dari jendela. Dia menghela napas berat, lalu bangkit dari tempat tidur. Pheriana membantu sang nona mengenakan jubah untuk menutupi pakaian tidur.

Kemudian, Pheriana membukakan pintu. Seorang kesatria tampak berlutut di depan pintu kamar nonanya.

Namun, Lady Neenash malah membuka jendela, membuat Pheriana dan kesatria muda mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian Lady Neenash melompat dari jendela.

"Nonaaa!" seru Pheriana dan kesatria kompak.

Pheriana berlari cemas menuju jendela. Dia melongok ke bawah dan seketika menghela napas lega. Lady Neenash tak terluka sedikit pun, malah berdiri anggun di bongkahan es.

Selanjutnya, Lady Neenash turun dari bongkahan es, lalu mendekati Marquess Arbeil yang tengah menghancurkan taman dengan sambaran petir. Langkahnya tenang. Tak ada rasa gentar tampak di wajahnya.

Begitu cukup dekat, Lady Neenash merapalkan mantra. Sambaran petir yang tadi berhamburan seketika membeku. Marquess Arbeil tersentak dan berbalik.

"Ah, putriku! Putri cantikku." Dia menelan ludah melihat raut wajah kesal sang putri. "Ah, maaf Ayah tidak bermaksud menghancurkan taman lavender kesayanganmu."

Lady Neenash menghela napas berat.

"Taman ini bisa dibangun kembali. Tapi, bagaimana Ayah bisa ada di sini? Bukankah Ayah seharusnya sedang melakukan perundingan dengan Kerajaan Ferijola?" cecar Lady Neenash.

Marquess Arbeil memang tak ikut berhadir dalam pesta semalam karena menghadiri perundingan dengan negeri tetangga. Perundingan seharusnya paling tidak selesai dalam 3-4 hari. Jika ditambahkan dengan waktu perjalanan, lelaki itu baru akan kembali ke rumah seminggu lagi.

Marquess Arbeil menyengir lebar. "Ah, itu karena Ayah melihat perlakuan jahat putra mahkota padamu dari bola kristal kiriman orang tak dikenal. Jadi, Ayah langsung pulang. Perundingan pasti bisa diselesaikan oleh Grand Duke dengan baik."

Lady Neenash mengumpati Pangeran Sallac dalam hati. Dia menebak pemuda itulah yang telah mengirimkan bola kristal kepada Marquess Arbeil.

"Ya ampun, Ayah! Hanya karena masalah sepele, Ayah meninggalkan perundingan penting?" keluh Lady Neenash.

Marquess Arbeil mendelik tajam. Wajahnya menjadi merah padam. Dia menggeram dengan keras dan melepaskan petir, menghantam salah satu patung dan menghancurkannya.

"Sepele? Tidak! Itu bukan masalah sepele, Neenash! Putra Mahkota benar-benar keterlaluan!"

"Ayah, soal putra mahkota–"

"Kita akan membatalkan pertunanganmu dengannya, Neenash!" potong Marquess Arbeil dengan sorot mata berapi-api.

"Tenanglah dulu, Ayah. Pikirkan dengan kepala dingin," bujuk Lady Neenash.

"Bagaimana bisa aku tenang? Dia dulu datang memohon untuk memintamu, berkata akan menjadikanmu satu-satunya. Ayah tidak bisa membiarkanmu diduakan!"

Sebenarnya, bukan rahasia lagi para bangsawan memiliki beberapa simpanan. Namun, Marquess Arbeil terkenal dengan sebutan budak cinta istrinya. Bahkan, sudah 10 tahun sejak Marchioness Meddeline meninggal dunia, dia masih tak ada niatan untuk menikah lagi.

Tentu saja, tindakan putra mahkota memicu amarahnya. Meksipun harus menentang keinginan raja, dia tak rela putri kesayangan diduakan.

"Kita tak bisa gegabah, Ayah. Menolak permintaan pernikahan dari istana bisa dianggap pengkhianatan," bujuk Lady Neenash lagi.

"Ayah lebih suka mati di tiang gantungan daripada melihatmu disakiti oleh seorang pria," sergah Marquess Arbeil.

Marquess Arbeil menggeram. Dia hampir saja melepas satu petir lagi. Beruntung, Lady Neenash sempat mengenggam tangan sang ayah dan memohon dengan tatapan memelas.

"Tiang gantungan itu akan menjerat kita semua Ayah. Berpikirlah dengan jernih. Apa Ayah ingin kita semua mati bersama?"

Marquess Arbeil terdiam. Dia bahkan tak berani membayangkan kematian putri kesayangan. Ingatan saat istrinya meregang nyawa melintas. Marquess Arbeil pun menjadi lebih tenang.

"Baiklah, Ayah tidak akan membatalkan pertunangan seenaknya," gumamnya sendu. Namun, dia bertekad dalam hati akan mencari jalan keluar lain agar pertunangan tersebut batal tanpa menimbulkan amarah istana.

Sementara itu, Lady Neenash menghela napas lega. Dia pun permisi hendak kembali ke kamar. Namun, baru saja masuk ke rumah, kakaknya sudah menghadang dengan wajah merah padam. Lady Neenash lupa sang kakak pasti juga ikut menyaksikan rekaman bola kristal.

"Berani-beraninya si bodoh melakukan itu padamu, Neenash! Akan kupenggal kepalanya!" seru Sir Durio Esbuach, putra tertua Keluarga Esbuach berapi-api.

Lady Neenash seketika menghela napas berat. Ayah dan kakak yang begitu mencintainya ini memang kadang sangat merepotkan.

***

"Saya mau yang ini, yang ini juga. Ah, yang di sebelah sana terlihat enak, saya juga mau," cerocos Lady Neenash sembari menunjuk kue-kue di etalase kaca.

Usai menenangkan dua singa di keluarganya, Lady Neenash merasakan energi dan emosinya terkuras. Oleh karena itulah, dia mengunjungi toko kue langganan. Makanan manis akan menambah energi dan memperbaiki suasana hati.

Lady Neenash memilih lebih dari sepuluh jenis kue. Pelayan toko mengambil kue pesanan sang lady, lalu membungkusnya dengan cantik. Pheriana mengambil kue yang disodorkan pelayan toko sementara Lady Neenash melakukan pembayaran.

"Setelah ini, kita akan ke mana lagi, Nona?" celetuk Pheriana sembari menyimpan kue dalam keranjangnya.

Lady Neenash mengelus dagu. "Hmm... aku tak ingin pulang cepat. Ayo ke toko gau–"

Bruk!

Lady Neenash terhuyung. Seseorang baru saja menabraknya. Beruntung, Pheriana bertindak sigap menahan tubuh sang nona agar tak sampai jatuh.

"Ah, baju Nona jadi kotor!" pekik Pheriana dengan wajah kecewa.

Ya, sepotong kue cokelat memang menempel di gaun Lady Neenash. Rupanya, orang yang menabraknya tadi sedang memegang kue. Lady Neenash tak ingin ambil pusing.

"Tak apa, Pheri. Kalau begitu, kita langsung pulang saja agar aku bisa berganti pakaian," tuturnya lembut menenangkan Pheriana yang panik.

"Tapi, Nona–"

"Ayolah!"

Lady Neenash menarik tangan Pheriana menuju pintu toko. Namun, si penabrak malah memegangi tangannya. Lady Neenash menjadi agak kesal dan berbalik. Melihat wajah itu, dia seketika mendapat firasat buruk.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status