Share

Meminta maaf

Penulis: Aprilia Choi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-28 14:13:01

Thalita memutar bola matanya dengan malas saat melirik ke arah bosnya itu, ia memilih berpura-pura tidak melihat sambil memainkan game di ponselnya. “Duh ... ngapain mesti ketemu lagi sih,” gerutunya dalam hati.

Diko berjalan menghampiri Thalita yang tengah sibuk bermain game di ponselnya. “Kamu belum pulang juga, mau saya antar?” tawarnya.

“Eh ... Pak Diko. Tidak perlu Pak, terima kasih. Taksi saya sebentar lagi datang,” tolak Thalita sesopan mungkin.

“Oke, kalau begitu biar saya temani sampai taksi kamu datang,” ujar Diko seraya mengambil tempat untuk berdiri di samping Thalita.

“Eh Pak, tidak perlu seperti ini. Saya bisa sendiri, biasanya juga sendiri tidak apa-apa,” tolak Thalita lagi. “Sebaiknya Bapak segera pulang, nanti sakit lagi loh.”

Diko menggeleng. “Saya sudah merasa jauh lebih baik, itu semua berkat kamu. Terima kasih ya, dan ... saya juga ingin meminta maaf jika perkataan saya tadi menyakiti hati kamu,” lirihnya.

Thalita merasa ada yang tidak beres dengan bosnya itu. “Apa semenjak demam tadi ada sesuatu yang membuat kepalanya jadi seperti ini ya? Apa aku tidak salah dengar? Barusan dia bilang terima kasih dan meminta maaf?” batin Thalita. “Bapak bilang apa barusan?” tanyanya mencoba meyakinkan dirinya bahwa barusan ia tidak salah dengar.

“Apa yang saya ucapkan tidak bisa diulang lagi, kamu kira saya kaset yang bisa diputar berulang-ulang,” sahut Diko kembali ketus.

“Baru aja aku kira dia manusia normal yang bisa meminta maaf, eh balik lagi galaknya,” lirih Thalita yang masih bisa didengar oleh Diko.

“Orang bilang telinga saya cukup sensitif dengan perkataan yang menyangkut tentang saya, jika kamu merasa kesal langsung saja beri tahu saya,” kata Diko.

“Eh, dia dengar ternyata. Tidak Pak, tidak ada apa-apa. Sepertinya itu taksi saya, saya permisi ya Pak,” pamit Thalita seraya berlari kecil memasuki taksinya agar bisa segera kabur dari Diko.

Diko merasa geli dengan tingkah laku sekretarisnya itu, ia pun juga merasa konyol dengan dirinya sendiri. Tidak pernah ia bersikap demikian dengan wanita lain selain mantannya dahulu, kehadiran Thalita dalam hidupnya seakan membawa warna tersendiri. Niat balas dendam yang ingin ia lakukan perlahan sedikit memudar seiring dengan kebersamaan yang ia lalui bersama Thalita.

Namun tetap saja ia masih tidak terima dengan pengkhianatan Dara. Ia bertekad menemui wanita itu agar hatinya bisa terbebas dari belenggu masa lalunya.

**

Di rumah keluarga Thalita...

Seorang pria tengah melihat istrinya yang sedang sibuk memasak di dapur. Kemudian ia menghampiri istrinya seraya memeluk dari belakang.

“Harum sekali masakannya, pasti kamu masak rendang favorit aku ya,” ujar Vino seraya mengecup pundak istrinya.

“Hehe iya mas, semoga enak ya,” sahut Dara sambil menaburkan garam pada masakannya. “Kamu cobain dulu,” katanya seraya menyuapi Vino.

“Hmm, enak sekali sayang, seperti masakan bunda aku dulu,” puji Vino jujur.

“Benar mas? Alhamdulillah, itu artinya aku berhasil buat sesuai buku resep dari bunda ini,” ujar Dara dengan menunjukkan buku resep dari bunda Vino.

“Makasih ya, kamu telah mengobati rasa rindu aku sama bunda lewat masakan kamu,” kata Vino sambil mengelus rambut istrinya.

Flashback On...

Bunda Thalita dan Vino telah meninggal sejak Vino berusia 5 tahun dan Thalita baru saja dilahirkan ke dunia. Kepergian bunda mereka membuat pak Tio, ayah mereka harus bisa berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuk anak-anaknya yang masih kecil dan sangat membutuhkan sosok seorang ibu.

Pak Tio berusaha sebisa mungkin membagi waktunya sepulang kerja untuk tetap bisa menemani anak-anaknya belajar dan membacakan buku cerita sebelum mereka tidur, ia tidak ingin anak-anaknya merasa sendiri karena kepergian bunda mereka dan ia harus pergi bekerja.

Meski tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, Thalita dan Vino bisa menjadi anak yang mandiri dan membanggakan untuk pak Tio ayahnya. Namun kini pak Tio terpaksa hanya bisa berdiam di rumah karena dua tahun yang lalu dokter memvonis dirinya mengidap penyakit jantung.

Untuk itu, ia harus berhenti bekerja dan anak-anaknya yang kini telah dewasa meneruskan mencari uang untuk kebutuhan keluarga mereka serta pengobatan dirinya. Sebenarnya ia tidak ingin menyusahkan anak-anaknya, ia tetap memaksa ingin bekerja. Namun kondisinya yang lemah tidak memungkinkan karena jika sampai kelelahan maka sakitnya akan kambuh.

Vino memiliki usaha restoran yang ia namakan “Vino’s Restaurant”, pria itu memiliki keahlian memasak yang ia dapat dari hasil mempelajari buku-buku masakan dan buku resep dari bundanya dahulu. Untuk menambah pengetahuannya, ia juga menempuh pendidikan di jurusan Manajemen Kuliner. Ia memilih jurusan tersebut agar bisa mengelola usaha kulinernya dengan baik, hasilnya restoran yang ia dirikan sekarang telah menjadi salah satu restoran terfavorit di kotanya.

Dengan menambah satu cabang lagi, Vino telah membuktikan bahwa ia bisa menjadi orang yang sukses untuk bisa membahagiakan ayah dan adiknya. Sampai ia bertemu dengan Dara yang sekarang telah menjadi istrinya.

Vino dan Dara bertemu saat peresmian cabang restoran baru Vino, saat itu Dara masih menjadi kekasih dari Diko. Namun pertemuannya dengan Vino menimbulkan suatu hal berbeda yang belum pernah ia rasakan saat sedang bersama Diko. Terlebih lagi di usia mereka yang sudah siap untuk menikah, Dara belum juga mendapat kepastian dari Diko yang mau membawa ke mana arah hubungan mereka.

Diko selalu beralasan jika ia belum siap kalau harus menikahi Dara saat itu karena usia mereka terpaut 3 tahun, Diko lebih muda dari Dara. Ia selalu menunda-nunda untuk memperkenalkan Dara pada orang tuanya. Hal itu membuat Dara merasa bukan menjadi pMarcelritas Diko, terlebih Diko sedang sibuk-sibuknya bekerja karena ia baru menempati posisi CEO menggantikan ayahnya yang telah pensiun.

Di sisi lain, hubungan Dara dan Vino menjadi semakin dekat karena Dara yang bekerja sebagai salah satu pelayan di restoran Vino membuat keduanya harus bertemu setiap hari. Terlebih Vino adalah sosok pria yang baik dan sangat perhatian pada Dara dan keluarganya. Hingga Vino memberanikan dirinya untuk melamar Dara dengan membawa ayah dan adiknya Thalita, ia langsung mendatangi rumah orang tua Dara untuk melamar putri mereka.

Dara bimbang, kebersamaan dengan Vino membuat cintanya pada Diko perlahan memudar. Ia harus mengambil keputusan, akhirnya ia memantapkan hatinya dengan menerima lamaran Vino dan memutuskan hubungannya dengan Diko.

Flashback off...

Vino dan Dara kini sudah menikah selama satu tahun, dan mereka telah dikaruniai seorang anak lelaki berusia lima bulan yang diberi nama Daniel.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Epilog (END)

    Setelah mendudukkan Thalita di samping Diko, pak Tio segera mengambil tempat di depan calon menantunya itu. Beliau yang akan menjadi wali nikah langsung untuk putri tersayangnya. Bapak penghulu mempersilakan Diko menjabat tangan pak Tio untuk bersiap mengucap ijab kabul.“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Diko Argawinata bin Arya Argawinata dengan putri saya Thalita Aurelia binti Tio Leandro dengan mas kawin berupa emas sebesar 1794 gram dibayar tunai,” ucap pak Tio dengan tegas.“Saya terima nikah dan kawinnya Thalita Aurelia binti Tio Leandro dengan mas kawin berupa emas sebesar 1794 gram dibayar tunai,” jawab Diko mantap dengan satu tarikan napas.“Bagaimana para saksi?” tanya pak penghulu.“SAH!!” jawab Adrian dan para saksi lainnya dengan kompak.“Alhamdulillah,” ucap syukur semua orang yang hadir di ruangan itu.Thalita dan Diko turut mengucap syukur dalam hati atas kelancaran ijab kabul mereka. Diko merasakan kelegaan yang luar biasa setelah berhasil mengucapkan ijab

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Persiapan pernikahan

    Diko mendekap Thalita dalam pelukan hangatnya, melepas segala rasa rindu yang telah keduanya pendam karena keegoisan mereka selama ini.“Aku masih merasa seperti mimpi, bisa memeluk kamu kembali setelah semua yang kita lewati selama ini. Terima kasih ya kamu mau menerimaku lagi,” ucap Diko seraya mengeratkan pelukannya pada wanita yang sangat ia rindukan.Thalita menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. “Aku pun masih merasa seperti mimpi, kalau pun ini memang mimpi aku rela terjebak selamanya asal bersama kamu di dalamnya,” ucapnya membuat pria di hadapannya tersenyum bahagia.Diko mengurai pelukan mereka. “Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal?” godanya membuat pipi Thalita bersemu merah.“Siapa yang menggombal? Aku hanya membalas perkataan kamu saja,” elak Thalita seraya memunggungi Diko lalu mengulum senyumnya.Diko memeluk gadis itu dari belakang, yang merupakan pelukan favoritnya. “Kamu tahu tidak, aku paling suka memeluk kamu sep

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kurelakan dia untukmu

    “Maksud Mas apa? Mas Adrian tidak mencintaiku?” tukas Thalita.Adrian tersenyum getir. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu ke kamu. Kamu tidak pernah mencintaiku kan? Aku tahu di hati kamu hanya ada namanya, bahkan meski kamu membencinya kamu masih menyimpan syal pemberiannya. Kamu tidak pernah sedikit pun bisa menghapus dia dari hati kamu, sekeras apa pun aku mencoba membuat kamu mencintaiku. Aku tetap tidak bisa,” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.Air mata menetes begitu saja membasahi pipi Thalita. “Mas, tolong dengarkan aku dulu, aku sudah berusaha Mas. Aku akan belajar mencintai kamu, tapi tolong beri aku waktu,” pintanya.“Belajar mencintaku? Sampai kapan? Satu tahun lebih aku berusaha sabar menunggu waktu itu tiba, bahkan sampai dia kembali kamu tetap tidak bisa mencintai aku kan?” cecar Adrian.Thalita menutup wajah dengan kedua tangannya, menumpahkan tangisnya di sana. “Maafkan aku, Mas,” lirihnya.Adrian berjalan menghampiri Thalita, mengusap kepala gadis itu dan m

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kejujuran hati

    Meski hatinya merasa nyaman, Thalita berusaha keras agar tidak kembali pada perasaan yang telah membuatnya hancur. Ia telah melangkah maju dan tidak ingin mengingat masa lalu yang hanya akan menghambat masa depannya. Namun apa daya, ia tak bisa mengendalikan perasaannya. Meski cinta Adrian begitu besar padanya, namun tetap tak mampu merobohkan dinding cintanya untuk Diko. Hingga saat ini cinta itu masih sama, berapa kali pun gadis itu menyangkal perasaannya.Adrian pun menyadari itu, tatapan yang tak pernah ia dapatkan dari Thalita saat gadis itu menatap pada Diko. Seperti saat ini, mereka telah selesai menghadiri rapat bulanan yang diadakan oleh kantor Xander Corporation. ARGA Advertising yang merupakan rekan bisnis pun turut hadir untuk mempresentasikan hasil kerja sama antara mereka.“Sayang,” panggil Adrian lembut, membuat Thalita menoleh padanya.Saat ini Thalita, Adrian, dan Diko tengah duduk bersama di ruangan kerja Adrian untuk membahas hasil kerja perusahaan mereka seusa

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kakak beradik

    “Adrian?”“Iya Diko ini aku Adrian, kakakmu,” sahut Adrian dengan tersenyum ramah. “Jadi selama ini—“ Diko tidak sanggup meneruskan ucapannya.“Maaf aku tidak bisa memberi tahu kamu di awal pertemuan kita, karena waktu itu aku belum bisa menerima papa Arya tapi sejak papa Arsene meninggal aku menjadi sebatang kara. Kemudian papa Arya dan mama Aulia datang dengan sabar mereka selalu menemaniku dan berusaha menjadi orang tua yang baik untukku. Sejak itu aku baru bisa menerima mereka sebagai ganti orang tuaku,” kata Adrian menjelaskan. “Lalu untuk apa kamu mengambil perusahaanku?” tukas Diko masih tak terima.“Aku bukan mengambilnya, aku hanya membantumu mengembangkannya. Dan sekarang kamu bisa menikmati hasilnya bukan?” Diko beranjak dari duduknya. “Lalu kekasihku? Apa bisa kamu kembalikan juga?” tanyanya kemudian.Adrian menggeleng cepat. “Thalita sudah bukan kekasihmu lagi, dia tunanganku. Dia juga bukan barang yang bisa kamu minta kembali, salahmu sendiri telah menyia-nyiak

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Sebuah kenyataan

    Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore saat mereka keluar dari area pemakaman.“Lapar tidak sayang? Kita makan yuk,” ajak Adrian saat mereka sudah berada dalam mobil.“Lumayan sih, Mas.”“Oke kita makan ya, aku ingin mengajak kamu ke tempat makan favoritku,” kata Adrian antusias seraya melajukan mobilnya.Thalita hanya mengangguk dan tersenyum.Tak butuh waktu lama, 15 menit kemudian Adrian memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu mengajak Thalita untuk turun dan berjalan ke sebuah tempat makan yang merupakan langganannya.“Bang, biasa ya kali ini 2 porsi tapi,” kata Adrian sambil melirik lalu tersenyum ke arah Thalita.“Siap Mas, silakan duduk dulu ya,”Lalu Thalita dan Adrian pun memilih tempat duduk tanpa meja tepat di sebelah rombong yang bertuliskan ‘Nasi Goreng Jawa Mantap’. Seperti namanya, makanan yang disajikan memang sangat mantap dan menggoyang lidah siapa pun yang memakannya. Meski hanya kios di pinggiran jalan, namun rasanya tak kalah dibanding restoran mahal

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Arti sebuah maaf

    Diko telah selesai bernyanyi, ia meletakkan gitarnya dan berjalan dengan langkah gontai menuruni panggung.“Ada yang ingin aku bicarakan, kamu ikut aku sekarang,” kata Vino dengan tatapan tajamnya, begitu Diko baru saja turun.Dara dan pak Tio yang melihat kejadian itu lalu mengikuti mereka dari belakang.“Ada apa Kak Vino?” tanya Diko dengan wajah tanpa berdosa.“Ada apa kamu bilang? Sadar tidak, kamu itu sudah sangat menyakiti keluargaku, terutama adikku! Sadar tidak huh!” bentak Vino dengan menunjuk wajah Diko membuat pria itu tertunduk dalam diam.Dara yang baru saja datang bersama pak Tio langsung menghampiri Vino agar suaminya itu tidak terlalu melampiaskan emosinya, karena di luar acara pertunangan masih berlangsung.“Maaf ....”Hanya kata itu yang dapat Diko katakan, lidahnya terasa kelu. Terlebih ia baru saja patah hati membuat dirinya semakin terpuruk.“Untuk apa kamu datang ke sini, ingin merusak acara adikku iya?” tukas Vino dengan penuh amarah sambil mengepalkan k

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Pertunangan

    Hari pertunangan Thalita dan Adrian tiba, restoran Vino telah dihias sedemikian rupa hingga tampak sangat indah. Dengan hiasan bunga mawar putih yang mendominasi, membuat suasana malam semakin romantis.Satu persatu tamu undangan mulai berdatangan, Dara dan Vino mewakili keluarga Thalita untuk menyambut para tamu lalu mempersilakan mereka menempati tempat duduk masing-masing menanti kedua calon untuk memasuki ruangan acara dan saling bertukar cincin tunangan.“Apa kamu sudah benar-benar yakin Sayang mengambil keputusan ini untuk bertunangan dengan Adrian?” tanya pak Tio memastikan lagi perasaan Thalita, ia tak ingin putrinya sampai kecewa untuk kedua kalinya.“Iya Yah, meski Diko sudah kembali aku tidak mau terjebak lagi dengan cinta palsunya,” ujar Thalita dengan tatapan sendu.“Apa pun keputusan kamu ayah pasti mendukung, ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Ayah berharap kamu akan selalu bahagia ya Sayang,” kata pak Tio dengan mata berkaca-kaca, tak menyangka putri kecilny

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Cinta yang lain

    Rapat dengan klien di kantor, baru saja usai. Kini Thalita tengah sibuk mengerjakan tugas dari Diko sedangkan Adrian melanjutkan rapatnya di luar bersama klien tadi tanpa ditemani Thalita, karena mereka akan meninjau lokasi yang akan digunakan untuk event perusahaan klien tersebut.[Sayang, sepertinya aku akan pulang terlambat. Kamu pulang naik taksi online dulu tidak papa ya?] ~ Adrian[Iya, Mas.] ~ ThalitaSetelah membalas pesan Adrian, Thalita kembali melanjutkan pekerjaannya agar bisa selesai sebelum jam kantor berakhir. Meski Diko memberinya waktu hingga besok, namun Thalita tak mau menunda pekerjaannya untuk itu ia memilih segera menyelesaikannya hari ini. Selesai dengan tugasnya, Thalita segera mengantar dokumennya kembali ke ruangan Diko untuk diperiksa. Thalita mengetuk pintu beberapa kali namun tak ada jawaban dari sang pemilik, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk dan meletakkan dokumen tersebut di meja Diko.Thalita mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, n

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status