Share

Sungguhkah Sudah Tak Waras

"Cindy! Jemput aku di lokasi yang tadi kukirimkan. Wanita gila itu mulai berbahaya dan menyerangku!"

Mata Rosemaya membelalak tak percaya. Leo itu menelepon wanita lain untuk menjemput setelah berkonflik dengannya. Berani betul Leo melakukan hal itu? 

 

Apakah dia sudah tidak ingin bersama Rosemaya lagi? Sungguhkah sejijik itu Leo padanya? Salah apa Rosemaya pada lelaki itu?

 

Ketika dahulu seorang Leonardo Suniarta melamarnya hanya dengan modal uang seratus ribu, wanita itu menurut saja. Ketika lelaki itu berkata bahwa dia terpaksa di usir keluarganya yang non muslim karena menikahainya. Rosemaya dan keluargannya menerima pria itu dengan tangan terbuka. Bahkan ayah dan ibu Rosemaya mau menampung pasangan muda itu dalam rumah mereka yang sederhana di Surabaya.

 

Harusnya Leo sama seperti Rosemaya. Turut merasakan kehilangan yang sangat besar saat berpulangnya Bu Widiwati. Ibu Rosemaya itu telah banyak berkorban untuk rumah tangga mereka.

 

Memangnya Leo lupa? Bagaimana mereka berdua sampai berlutut di kaki kedua orang tua Rosemaya untuk mendapat sertifikat rumah? Kala mereka akan mengajukan pinjaman untuk modal usaha. 

 

Hanya Bu Widiwatilah yang akhirnya mampu meyakinkan ayah Rosemaya untuk merelakan harta berharga satu-satunya yang mereka miliki itu, untuk dijadikan jaminan. 

 

Gemelatuk gigi Rosemaya menahan geram. Ia kecewa atas tingkah Leo beberapa waktu terakhir ini. Lelaki itu sungguh berubah menjadi pria kejam berhati dingin dalam waktu singkat. Mengapa? Apakah wanita bernama Cindy itu ikut andil dalam hal ini?

 

Siapakah Cindy sesungguhnya? Nama itu sungguh asing di telinga Rosemaya. Dari tiga klinik kecantikan yang mereka miliki, ia tidak merasa punya karyawan bernama Cindy. Rosemaya ingat betul sejumlah dua puluh lima karyawan yang dipekerjakannya. Semuanya Rosemaya sendiri yang turun langsung mewawancarai mereka. 

 

Pada setiap klinik ada tujuh orang karyawan. Masing-masing memegang jabatan sebagai manajer, dokter kecantikan dan lima orang terapis untuk melayani pelanggan. Lalu empat orang lainnya memegang penjualan produk paket perawatan kecantikan secara online dan mengurus reseller.

 

Tidak! Tak ada satupun karyawan yang bernama Cindy! Lalu siapa Cindy dan apa statusnya sehingg Leo dengan begitu tak tahu malu menghubungi wanita itu di hadapan Rosemaya?

 

"Rose! Kita sudah sampai. Makan dulu ya," ujar Bu Gina. 

 

Mobil SUV warna hitam itu telah tiba di depan istana kecil yang dibangun Rosemaya dan Leo dari nol. Berawal hanya dari sebuah klinik kecantikan berpegawai lima orang, hingga kini berkembang menjadi dua puluh lima orang. Dari yang awalnya mereka jual produk paket kecantikan, hingga bisa melayani segala perawatan. 

 

Mertua Rosemaya dengan sabar menuntunnya turun dari kendaraan, lalu membawanya masuk ke dalam rumah. 

 

"Bu, Rose ingin salat dulu. Rose ingin menenangkan diri," pinta Rosemaya. Ia lalu berpisah dengan Bu Gina di lorong. 

 

Bu Gina segera pergi ke dapur untuk meminta asisten rumah tangga menyiapkan makan siang. Sedangkan Rosemaya naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya, laly menguncinya. Ia mengambil wudu lalu salat sunah dua rakaat sebelum melaksanakan salat zuhur. 

 

Setelah menjalani prosesi tersebut. Rosemaya kembali terpekur dalam sujudnya. Menangis tergugu mengingat Welly dan Bu Widiwati ibunya yang berpulang dengan cara yang sangat tragis.

 

***

 

"Mama! Mama! Tolong Welly, Ma! Tolong Welly agar tidak tenggelam, Ma!" 

 

"Welly! Tidak! Welly! Jangan ... jangan pergi, Nak!" teriak Rosemaya. 

 

Lagi-lagi wanita itu terbangun dengan bersimbah peluh dan air mata. Sejak kepergian putranya. Rosemaya kerap dilanda mimpi buruk setiap malam. 

 

Bayangan demi bayangan mengerikan selalu muncul dalam tidurnya. Membuat Rosemaya enggan kembali memejamkan mata. Pada akhirnya wanita itu akan berakhir dengan menangisi kepergian putra semata wayangnya itu. 

 

"Welly! Welly! Ya Allah, Welly. Mengapa mama masih begitu berat melepasmu, Nak?" isak Rosemaya dalam sisa-sisa malamnya. 

 

Namun malam ini berbeda, ada sebuah kenyataan yang baru disadari Rosemaya. Suaminya entah sudah berapa lama tak pernah lagi pulang untuk menghangatkan ranjangnya. 

 

"Sebenci itukah dia padaku? Mengapa tak kunjung pulang hingga tengah malam," gumam Rosemaya. 

 

Wanita itu lalu menatap nanar ke luar jendela kamarnya di lantai dua. Jendela besar bergaya lengkung itu memang langsung mengarah ke pintu gerbang istananya. Dari tempat itu Rosemaya bisa melihat siapa saja orang yang datang dan pergi. 

 

Ditengah lamunannya, terdengar suara ketukan dari luar jendela. Rosemaya menoleh ke arah suara. Matanya memicing silau melihat seberkas sinar menyilaukan yang entah datang dari mana.

 

Sinar itu entah mengapa begitu menarik perhatiannya. Diraihnya seberkas perak yang segera mengelilinginya. Tubuh Rosemaya seolah ditelan dan terbungkus dalam sinar itu. 

 

Hangat, nyaman dan menyenangkan. Rosemaya tersenyum saat sinar itu bergerak cepat membungkus tubuhnya. Membuat Rosemaya merasa setengah melayang. Ringan, seolah tanpa beban. 

 

"Ahahaha ... menyenangkan sekali," tawanya mulai riang. 

 

Wanita itu merentangkan tangannya dan membiarkan sinar itu membungkus lalu membawanya terbang. 

 

"Apakah aku akan dibawa terbang hingga ke tempat anak dan ibuku? Ahhh aku mau! Lebih baik aku pergi bersama mereka dari pada aku harus hidup berkalang duka dan air mata.

 

Rosemaya terus menari dan melayang dalam balutan sinar itu. Bebannya sirnah berganti sebuah euforia kebahagiaan. Rasanya menggelitik perutnya hingga membuat Rosemaya tertawa tiada henti. 

 

Rosemaya memejamkan mata. Dalam imajinasinya ia sedang berada di tengah bukit luas dengan padang bunga yang indah. Rosemaya bebas berlari dan berteriak sambil menangkap kupu-kupu. 

 

"Hei, mengapa aku berubah menjadi anak kecil?" batinnya terkejut. 

 

Wanita itu memandangi tubuhnya yang seolah mengkerut. Aneh! Tapi tak mengapa, dengan kembali menjadi anak-anak, Rosemaya merasa seperti sebagian besar beban hidupnya menghilang.

 

Di tengah asyiknya Rosemaya menikmati kebahagiian. Ruang imajinernya itu tiba-tiba hancur dan menghilang. Semua luruh berganti isak tangis dan teriakan histeris ibu mertua dan beberapa asistem rumah tangganya.

 

"Rose! Rose! Sing eling, Rose! Jangan lakukan itu, Nak! Jangan lakukan hal yang dibenci oleh Allah!" tegas bu Gina. Wanita iterlihat sedang menarik-narik tubuh Rosemaya.

 

"Nyonya! Ya Allah, Nyonya! Sadar, sadar!" teriak dua orang asisten rumah tangganya. 

 

Raut wajah mereka terlihat panik dan khawatir. Membuat Rosemaya menjadi bingung. 

 

"Ada apa? Apakah kalian tidak melihat cahaya? Seberkas cahaya putih yang menyilaukan," ujar Rosemaya aneh. 

 

Ia melepaskan diri dari bu Gina dan kedua asisten rumah tangganya. Terus berlari mengejar cahaya putih itu dan menerjangnya. 

 

Namun saat tangannya tengah menggapai cahaya. Rosemaya justru merasa ia terbang semakin kencang, lalu terjun bebas menghantam rumput basah di halaman istana megahnya itu. 

 

"Nyonya! Arghhhhh!" Teriakan bersahut-sahutan mereka yang disana terdengar nyaring dan penuh ketakutan.

 

Gedebum suara tubuh yang menghantam tanah berumput dengan sangat kencang sontak membuat Rosemaya tersadar. Ia telah jatuh dari lantai dua kamarnya.

 

"Hei, apa ini? Benarkah aku gila?"

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status