Share

Bab 79 Saling Menyerang

Auteur: Author Receh
last update Dernière mise à jour: 2025-11-09 20:47:14

Lily menatap Daffi dengan wajah memelas, darah mengalir di pelipisnya, napasnya tersengal. “Daffi... tolong aku...” suaranya parau, tapi Daffi hanya berdiri diam, tatapannya dingin dan kosong.

“Berhenti berpura-pura, Lily,” katanya datar. “Aku sudah tahu semuanya.”

Lily membeku, tangannya gemetar. “A... apa maksudmu?”

Daffi melangkah maju, suaranya pelan tapi tajam. “Kau yang menyebabkan kecelakaan itu. Kau yang membuat Giska mati. Kau pikir aku tidak akan tahu?”

Lily mencoba mendekat, tapi Daffi mundur. “Daffi, aku melakukan semua ini karena cinta!”

“Cinta?” Daffi mendengus. “Kau menghancurkan hidupku dan menyebut itu cinta?”

Lily mulai menangis keras, mencoba meraih tangannya, tapi Daffi menepis kasar. “Kau tidak pantas disentuhku. Mulai sekarang, aku tidak akan jadi pria yang bisa kau kendalikan.”

Lily terjatuh di lantai, terisak, sementara Daffi menatapnya sekali lagi—dingin, penuh jijik—lalu berbalik meninggalkannya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Lily menatap punggung Daf
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 80 Terluka Parah

    Pagi menjelang dengan langit kelabu, hujan semalam masih menyisakan genangan di sepanjang jalan menuju mansion keluarga Galen. Di ruang makan besar yang kini terasa lebih tenang, Daffi duduk menatap secangkir kopi yang mulai dingin, pikirannya masih bergulat dengan laporan dari Detektif Ardi. Giska datang membawa roti panggang, menyentuh pundaknya lembut sambil berbisik, “Kau belum tidur lagi, ya?” Daffi menghela napas pelan, “Sulit tenang, Giska. Lily belum berhenti, aku tahu. Dia pasti sedang menyiapkan sesuatu.” Giska duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat, “Apa pun yang dia rencanakan, kita hadapi bersama. Aku nggak mau kamu tanggung semua sendiri.”Daffi menatap wajah istrinya, sorot matanya melembut, “Kamu selalu jadi alasanku untuk tetap kuat.” Mereka berdua saling diam beberapa saat sampai langkah kaki Sera terdengar mendekat. “Kalian harus tetap hati-hati,” katanya sambil duduk di seberang meja. “Tadi pagi aku dapat kabar dari Ardi, mereka menemukan bukti baru—transa

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 79 Saling Menyerang

    Lily menatap Daffi dengan wajah memelas, darah mengalir di pelipisnya, napasnya tersengal. “Daffi... tolong aku...” suaranya parau, tapi Daffi hanya berdiri diam, tatapannya dingin dan kosong.“Berhenti berpura-pura, Lily,” katanya datar. “Aku sudah tahu semuanya.”Lily membeku, tangannya gemetar. “A... apa maksudmu?”Daffi melangkah maju, suaranya pelan tapi tajam. “Kau yang menyebabkan kecelakaan itu. Kau yang membuat Giska mati. Kau pikir aku tidak akan tahu?”Lily mencoba mendekat, tapi Daffi mundur. “Daffi, aku melakukan semua ini karena cinta!”“Cinta?” Daffi mendengus. “Kau menghancurkan hidupku dan menyebut itu cinta?”Lily mulai menangis keras, mencoba meraih tangannya, tapi Daffi menepis kasar. “Kau tidak pantas disentuhku. Mulai sekarang, aku tidak akan jadi pria yang bisa kau kendalikan.”Lily terjatuh di lantai, terisak, sementara Daffi menatapnya sekali lagi—dingin, penuh jijik—lalu berbalik meninggalkannya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.Lily menatap punggung Daf

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 78

    Daffi menutup telepon tanpa berkata sepatah kata pun lagi. Suara napasnya terdengar berat, matanya menatap kosong ke kejauhan. Ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan yang belum terurai. Giska mendekatinya, menaruh tangan lembut di pundaknya. “Kau baik-baik saja?” Daffi mengangguk pelan, meski ekspresinya menunjukkan konflik batin. “Aku tak bisa menolongnya, Giska. Dia telah menghancurkan hidup kita. Semua yang terjadi... luka yang ia tinggalkan... terlalu dalam.” Galen, yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, akhirnya bersuara. “Kau sudah membuat keputusan yang benar, Nak. Ada hal-hal yang tak bisa diperbaiki begitu saja.” Sera mengangguk, mendukung pernyataan suaminya. “Dia hanya akan mempermainkanmu lagi. Ini bukan tentang dendam, Daffi, ini tentang melindungi dirimu dan keluargamu.” Daffi menarik napas dalam, seolah ingin mengusir beban berat dari dadanya. “Aku tahu. Tapi... ada rasa bersalah di sini,” ujarnya sambil menepuk dadanya. “Aku ingin percaya bahwa s

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 77

    Daffi menatap layar ponsel dengan tatapan yang semakin goyah. Matanya bergerak cepat, mengikuti gambar-gambar kenangan yang terpampang jelas di sana. Suara Giska terdengar dari rekaman itu, tawa lembut yang selama ini terasa begitu akrab namun asing di benaknya. Daffi mulai mengingat, kilatan memori muncul seperti kilat di tengah badai. “Giska?” bisiknya nyaris tak terdengar, namun semua orang di ruangan itu mendengarnya. Lily, yang berdiri di sampingnya, merasakan ancaman itu semakin nyata. Dengan cepat, dia menarik lengan Daffi, memaksa senyumnya yang paling manis meskipun dalam hatinya gemuruh ketakutan mulai melanda. “Daffi, sayang, jangan biarkan mereka membingungkanmu lagi. Kau tahu aku satu-satunya yang selalu ada untukmu,” kata Lily, nada suaranya mencoba mengunci perhatian Daffi. Namun, detik itu juga, Daffi menepis tangannya. “Cukup, Lily,” ucap Daffi dengan nada yang tak lagi ragu. Dia menatap Giska, melihat matanya yang memerah dan wajahnya yang dipenuhi luka hati. “

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 76

    Giska menatap Daffi dengan mata yang berbinar penuh harapan, meski ada ketakutan yang bersembunyi di sudut hatinya. “Daffi, aku hanya ingin kau tahu satu hal—cinta kita bukan sekadar kenangan. Itu nyata, dan kau merasakannya sebelum semua ini terjadi.” Lily mengepalkan tangannya erat di samping tubuhnya, mencoba mempertahankan senyuman manis di wajahnya, meski hatinya bergejolak marah. “Daffi, kau tahu aku selalu di sini. Aku yang mendampingimu saat semua terasa gelap, bukan dia.” Daffi mengalihkan pandangannya ke arah ibunya, Sera, yang menatapnya penuh kasih sayang. “Nak, pilih dengan hatimu. Kebenaran selalu datang pada saatnya.” Daffi terdiam, tatapannya beralih antara Giska yang penuh harapan dan Lily yang berusaha memancarkan keyakinan. Ingatan-ingatan kabur mulai terbangkitkan, seperti bayangan-bayangan samar yang muncul dan tenggelam. Rasa sakit di kepalanya kembali menyeruak, membuatnya memegangi pelipisnya. “Aku... aku hanya butuh waktu untuk mengingat,” gumam Daffi,

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 75

    Daffi berdiri di tengah ruangan, pandangannya terarah ke lantai, tampak kebingungan. Giska berdiri di sudut lain, memegang selembar kertas yang penuh bukti, matanya berkaca-kaca. Lily di sisi lain, menggenggam erat tangannya, menyembunyikan ketegangan di balik senyum tipisnya. “Semuanya sudah jelas, Daffi,” ujar Giska dengan suara yang bergetar namun penuh keberanian. “Aku istrimu. Kau harus tahu kebenarannya, bahkan jika kau tidak mengingatnya sekarang.” Daffi memandang Giska dengan sorot mata yang kosong, seolah mencoba mencari serpihan ingatan di balik kabut yang membelenggu pikirannya. “Tapi… aku tak mengerti. Kenapa aku tak bisa mengingatnya?” Lily, yang sejak tadi diam, melangkah maju. Wajahnya seolah diliputi ketegasan palsu yang dibuat-buat. “Daffi, mereka hanya ingin membuatmu ragu. Kau tak harus memaksakan diri untuk mengingat sesuatu yang sudah hilang. Aku di sini untukmu, untuk masa depan kita,” katanya, suaranya mengalun lembut seperti mantra berbahaya. Sera, yang

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status