Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti

Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti

last updateHuling Na-update : 2025-06-19
By:  Namaku MalajaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
7Mga Kabanata
11views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Di malam pernikahannya, Aryana ditinggal sendirian di kamar pengantin oleh Albert yang memilih tinggal bersama kekasihnya. Hati Aryana semakin hancur saat Albert memperkenalkan kekasihnya kepada Aryana seminggu setelah mereka menikah. Bahkan, Albert tidak malu menunjukkan kemesraannya di hadapan Aryana. Tanpa Aryana tahu, Albert telah melakukan banyak tipu muslihat kepada Aryana demi warisan Handaryana. Hati Aryana semakin hancur berkeping-keping saat Albert menceraikannya dan mengusirnya dengan anak mereka yang masih berusia dua bulan. Di saat putus asanya, Argandara membantu Aryana membalas dendam kepada Albert dan mengambil semua hak yang seharusnya menjadi milik Aryana dan putranya. Hingga akhirnya, sebuah rahasia kelam yang selama ini dipendam dalam-dalam oleh Alvonso Handaryana—kakek Albert—terkuak. Rahasia yang membuat Albert terguncang dan menyesal.

view more

Kabanata 1

BAB 1

Aryana mengikuti langkah Albert menuju kamar pengantin mereka yang ada di hotel tempat mereka mengadakan pernikahan. Aryana berjalan sedikit kesusahan karena gaunnya yang berat dan roknya yang besar. Sementara Albert terus berjalan tanpa sedikit pun memedulikan Aryana yang berjalan sambil menyingsing gaun pengantinnya.

“Akhirnya!” Albert merebahkan tubuh di tempat tidur yang penuh dengan kelopak bunga mawar yang dibentuk love dengan mata terpejam. Kedua tangannya direntangkan. Sementara kedua kakinya menjuntai di pinggir ranjang.

Aryana menghela napas lega setelah memasuki kamar. Dia menurunkan gaunnya dan berjalan dengan pelan ke meja rias. Aryana menatap Albert dari kaca meja rias, sorot matanya sayu. Dia ingin Albert membantunya melepaskan hiasan di kepalanya, tapi tampaknya pria itu kelelahan, karena itu Aryana melepasnya sendiri dengan perlahan satu per satu.

Dering ponsel Albert menggema di kamar hotel yang sepi. Albert bangkit dari baringnya dan meraih ponselnya di saku jas pengantin.

“Halo, Sayang,” sapa Albert setelah menggeser tanda panggilan masuk di layar ponselnya.

Gerakan Aryana yang melepas aksesoris di rambutnya seketika terhenti. Dia menatap Albert dari kaca meja rias. Ekspresi pria itu tampak bahagia. Senyum lebar menghiasi wajahnya.

‘Sayang? Siapa yang menelepon Mas Albert? Kenapa raut wajahnya begitu kelihatan bahagia?’ pikir Aryana, dadanya seketika sakit mendengar suaminya memanggil sayang dengan lawan bicaranya di telepon.

Akan tetapi, Aryana segera mengenyahkan pikiran buruknya. Dia menatap Albert yang kini sudah selesai menelepon. Pria itu berdiri sambil memasukkan ponsel ke saku jasnya.

“Mas, kamu mau ke mana?” tanya Aryana buru-buru saat Albert melangkah meninggalkan tempat tidur menuju pintu.

“Bukan urusanmu!” Albert berkata tanpa menghentikan langkah dan berbalik. Namun, saat berdiri di ambang pintu, Albert menghentikan langkah, masih tanpa menoleh, dia melanjutkan, “Jangan bilang hal ini pada kakekku. Kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya.”

Setelah mengatakan itu, Albert meninggalkan kamar.

Aryana menatap pintu yang tertutup kembali dengan tatapan sayu. Dia tidak mengerti kenapa malam pernikahan yang menyenangkan untuk mereka harus berakhir seperti ini.

Aryana menghela napas berat. Dia kembali melanjutkan kegiatannya melepas semua hiasan rambut dan gaunnya. Lalu berganti dengan baju tidur yang sudah dibawakan oleh saudara-saudaranya.

Aryana menatap tempat tidur dengan tatapan nanar. Seharusnya malam ini mereka menikmati malam indah yang selalu dinanti oleh pasangan yang baru menikah, tapi Albert justru meninggalkannya seorang diri di malam pengantin. Entah ke mana perginya suaminya itu. Aryana hendak menelepon, tapi sadar ternyata Aryana tidak memiliki nomor ponsel Albert.

Aryana menghela napas pelan. “Kenapa aku bisa lupa meminta nomor Mas Albert? Bagaimana aku bisa menghubunginya untuk menanyakan di mana Mas Albert sekarang?”

Aryana menatap jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Albert masih belum kembali. Aryana yang merasa lapar karena belum makan malam, memutuskan untuk keluar kamar hotel. Dengan mengenakan jaket, dia mencari rumah makan yang buka 24 jam yang dekat dengan hotel.

“Aryana?” suara seorang pria terdengar ragu-ragu memanggil Aryana yang sedang menunggu pesanannya datang.

Aryana menoleh ke belakang, dia terkejut melihat Argandara berdiri di belakangnya.

“Arga!” seru Aryana pelan.

“Kupikir tadi aku salah melihat, tapi ternyata memang benar kamu. Kamu sedang apa di sini sendirian?” tanya Argandara yang masih berdiri, keningnya berkerut dalam saat tidak melihat sosok Albert bersama Aryana.

“Aku lupa belum makan malam, jadi aku ke sini untuk makan malam. Kamu sendiri? Mau makan malam juga?”

“Iya. Ngomong-ngomong, di mana Kak Albert?”

“Dia sudah tidur. Sepertinya dia sangat kelelahan. Makanya aku pergi cari makan sendiri.”

Aryana terpaksa berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Argandara. Selain takut dengan ancaman Albert, ini juga termasuk aib bagi Aryana. Dia tidak ingin orang-orang tahu kalau dia telah ditinggalkan suaminya di malam pernikahan mereka.

Argandara mengangguk kecil. “Ya sudah, kalau begitu selamat menikmati makan malamnya.”

Setelah mengatakan itu, Argandara berlalu, tapi Aryana segera membuka mulut menawarkan Argandara untuk makan bersamanya. Aryana pikir tidak masalah kalau dia makan bersama Argandara, lagi pula Argandara adalah adik angkat Albert. Jadi, Aryana yakin tidak akan ada rumor buruk tentang mereka.

Argandara tidak menolak ajakan Aryana. Lagi pula sekarang mereka adalah saudara.

Mereka makan malam yang sudah terlambat itu dengan bercengkerama ringan. Setelah makan, mereka langsung kembali ke kamar masing-masing.

Sepanjang malam Aryana menunggu Albert, tapi Albert tidak kunjung pulang. Entah jam berapa Aryana tertidur, saat dia membuka mata, waktu menunjukkan pukul lima pagi.

“Mas Albert masih belum pulang juga?” gumam Aryana saat mengedarkan pandangan ke seluruh kamar, tapi tidak menemukan sosok Albert. Nada bicaranya pun terdengar lesu.

Karena tertidur di sofa sepanjang malam, seluruh tubuh Aryana pun pegal-pegal. Dia melakukan perenggangan sebentar sebelum pergi ke kamar mandi. Sebelum Aryana memasuki kamar mandi, pintu kamar terbuka. Sosok Albert masuk dengan langkah cepat.

“Mas, akhirnya kamu pulang juga,” ucap Aryana, nadanya terdengar senang karena Albert akhirnya pulang.

Albert menatap tajam Aryana, yang seketika membuat Aryana tertegun.

‘Kenapa Mas Albert terlihat marah?’ pikir Aryana tidak mengerti dengan reaksi Albert saat melihat dirinya.

“Kenapa kamu keluar kamar dan pergi bersama Arga? Apa kamu ingin membuat masalah dan mempermalukan aku karena aku meninggalkanmu? Iya?!” bentak Albert yang membuat Aryana terkejut.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
7 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status