Home / Urban / Balas Dendam sang Kultivator / Bab 58. Menyentuh Langit

Share

Bab 58. Menyentuh Langit

Author: Imgnmln
last update Huling Na-update: 2025-07-25 14:37:42

Tekanan di dalam ruangan terasa semakin berat. Pertanyaan Rayden yang dingin dan tajam menggantung di udara, menuntut sebuah jawaban.

"Sesuatu di dalam tubuh ibuku? Jangan bertele-tele, orang tua. Katakan apa yang dia inginkan."

Tetua Agung Altair tidak terintimidasi. Ia justru mengambil cangkir tehnya dengan gerakan yang lambat dan disengaja, menyesapnya perlahan sebelum meletakkannya kembali dengan suara denting porselen yang pelan. Gestur itu adalah sebuah pernyataan, ia yang mengendalikan alur percakapan ini.

"Kau tidak sabaran, anak muda. Sama seperti ayahmu," katanya, nadanya datar. "Dan rasa tidak sabaran itu bisa berbahaya." Ia menghela napas, seolah nama yang akan ia sebutkan memiliki beban sejarah yang berat. "Benda itu dikenal dalam teks-teks kuno paling rahasia sebagai Kristal Nadi Abadi. Lord Dragon telah memburunya sepanjang hidupnya karena propertinya yang secara fundamental menentang hukum alam."

Rayden hanya diam, menunggu.

"Biarkan aku memberimu sebuah gambaran," lan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 61. Warisan

    Ruangan itu terasa sunyi senyap, hanya diisi oleh detak jantung Rayden yang berpacu di dalam dadanya. Hadiah terbesar di seluruh alam semesta. Kata-kata itu menggema di benaknya, membangkitkan sebuah antisipasi yang hampir menyakitkan."Hadiah terbesar?" tanya Rayden, suaranya terdengar serak karena emosi yang tertahan. "Apa yang mungkin lebih berharga dari keabadian dan pemahaman surgawi yang baru saja kau jelaskan?"Tetua Agung Altair menatapnya lekat-lekat, matanya yang tua kini bersinar dengan cahaya yang aneh, sebuah campuran antara kekaguman, ketakutan, dan ambisi yang terpendam. Ia tidak langsung menjawab, seolah sedang menimbang bobot dari kata yang akan ia ucapkan."Warisan," akhirnya ia berucap, satu kata yang terasa begitu berat dan penuh makna. "Bukan warisan biasa, anak muda. Tapi warisan dari sang awal."Ia menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menceritakan legenda paling terlarang, sebuah kisah yang menjadi obsesi dari makhluk sekuat Lord Dragon."Dahulu k

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 60. Kunci yang Terlupakan

    Rayden mencondongkan tubuhnya ke depan, kini sepenuhnya terpancing masuk ke dalam narasi sang Tetua. Aura skeptisnya telah lenyap, digantikan oleh intensitas dan rasa penasaran yang murni. Gelas teh di hadapannya telah lama mendingin, tak tersentuh."Fungsi ketiga?" tanyanya, suaranya rendah namun mendesak. "Apa lagi yang bisa dilakukan benda terkutuk itu?"Tetua Agung Altair tersenyum tipis, sebuah senyum dari seseorang yang telah berhasil menangkap perhatian penuh dari lawannya. Ia melirik ke sekeliling ruangan batu yang sederhana itu, seolah memastikan dinding-dinding itu sendiri tidak memiliki telinga, sebelum mencondongkan tubuhnya lebih dekat. Suaranya turun menjadi bisikan yang penuh dengan gema sejarah."Fungsi yang hampir semua orang di dunia ini telah lupakan," katanya. "Sebuah fungsi yang informasinya tidak akan kau temukan di perpustakaan sekte mana pun. Catatannya hanya ada dalam fragmen-fragmen teks paling kuno, yang dijaga dengan nyawa oleh keluarga-keluarga setua kelua

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 59. Harga Sebuah Bakat

    "Menyentuh langit?" ulang Rayden, matanya yang berwarna amber menyipit skeptis. Ia tidak mudah terbuai oleh kata-kata indah. "Itu hanya kiasan puitis untuk kekuatan."Tetua Agung Altair menggeleng pelan, ekspresinya berubah menjadi sangat serius. "Tidak, anak muda. Aku berbicara secara harfiah," balasnya, nadanya tidak menyisakan ruang untuk keraguan. "Properti kedua dari Kristal Nadi Abadi adalah hal yang paling didambakan oleh setiap kultivator sejati. Ia secara drastis meningkatkan kepekaan spiritual pemiliknya ke tingkat yang tak terbayangkan.""Bagi praktisi biasa, hukum alam semesta—Dao—adalah sebuah buku tebal yang ditulis dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Mereka butuh waktu seumur hidup hanya untuk menerjemahkan satu halaman. Bagi seorang jenius, buku itu mungkin memiliki beberapa gambar untuk membantu. Tapi bagi pemilik kristal ini..."Sang Tetua berhenti, matanya berkilat. "Buku itu seolah berbisik langsung ke dalam jiwanya.""Seorang jenius biasa mungkin butuh waktu

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 58. Menyentuh Langit

    Tekanan di dalam ruangan terasa semakin berat. Pertanyaan Rayden yang dingin dan tajam menggantung di udara, menuntut sebuah jawaban."Sesuatu di dalam tubuh ibuku? Jangan bertele-tele, orang tua. Katakan apa yang dia inginkan."Tetua Agung Altair tidak terintimidasi. Ia justru mengambil cangkir tehnya dengan gerakan yang lambat dan disengaja, menyesapnya perlahan sebelum meletakkannya kembali dengan suara denting porselen yang pelan. Gestur itu adalah sebuah pernyataan, ia yang mengendalikan alur percakapan ini."Kau tidak sabaran, anak muda. Sama seperti ayahmu," katanya, nadanya datar. "Dan rasa tidak sabaran itu bisa berbahaya." Ia menghela napas, seolah nama yang akan ia sebutkan memiliki beban sejarah yang berat. "Benda itu dikenal dalam teks-teks kuno paling rahasia sebagai Kristal Nadi Abadi. Lord Dragon telah memburunya sepanjang hidupnya karena propertinya yang secara fundamental menentang hukum alam."Rayden hanya diam, menunggu."Biarkan aku memberimu sebuah gambaran," lan

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 57. Tangan di Balik Tirai

    Rayden tertawa pelan. Itu bukan suara tawa yang hangat atau geli, melainkan sebuah suara dingin tanpa humor yang membuat udara di sekelilingnya terasa membeku. Ia menatap lurus ke mata Tetua Agung Altair yang dalam, sama sekali tidak terpengaruh oleh pernyataan dramatis pria tua itu."Korban?" tanyanya, setiap suku kata diucapkan dengan penekanan yang tajam. "Kata yang menarik, datang dari mulut seekor ular yang baru saja mencoba menelanku hidup-hidup."Sang Tetua tidak gentar di hadapan sarkasme itu. Ia menyesap tehnya dengan gerakan yang tenang, seolah sedang mendiskusikan cuaca. "Seekor ular hanya akan menyerang jika merasa sarangnya terancam," balasnya dengan logika yang tak terbantahkan. "Dan kau, anak muda, adalah ancaman terbesar yang pernah dilihat Malora dalam lima puluh tahun terakhir. Tindakanku adalah reaksi, bukan agresi."Ia meletakkan cangkirnya. "Kau melihat permainan ini dengan cara yang salah. Kau pikir kau telah datang dan mengalahkan tiga raja kecil. Kau salah."Ra

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 56. Kunjungan Tak Terduga

    Keheningan yang damai di dalam markas bawah tanah itu terasa begitu nyata, sebuah hadiah langka yang Rayden nikmati dalam diam. Ia baru saja akan berbalik dari ambang pintu, membiarkan para wanita di dalam melanjutkan diskusi mereka, saat tiba-tiba hawa di sekelilingnya mendingin.Bukan dinginnya batu, melainkan dingin yang menusuk jiwa.Lyra, yang sedang bersandar di bayang-bayang, seketika menegakkan tubuhnya. Tangannya bergerak secepat kilat ke gagang pisaunya, matanya yang berwarna perak menyipit tajam ke arah pintu masuk utama yang gelap.Rayden tidak perlu bertanya. Ia juga merasakannya. Seseorang telah melewati semua lapis formasi pelindung mereka tanpa memicunya sama sekali.Di tengah keheningan yang mencekam itu, suara Lyra terdengar seperti bisikan maut tepat di samping Rayden."Dia datang."Napas Mireya dan Alesia tertahan di tenggorokan."Bukan utusan," lanjut Lyra, matanya terpaku pada kegelapan di ujung koridor. "Ular tua itu sendiri."Dan dari kegelapan itu, sesosok bay

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status