Share

Bab 3

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-26 18:34:03

 

Tiga kali Fatma menghirup napas dan  mengembuskannya, lalu kaki jenjang yang terbalut rok panjang itu melangkah menuju meja makan menghampiri mereka yang sedang tertawa ria.

 

Lebih tepatnya tertawa di atas derita Fatma, menyadari jika mantan kakak madunya menghampiri, seketika Wirda diam membisu mengakhiri tawanya.

 

Tatapan matanya tak henti menyorot Fatma yang sedang mengambil piring lalu mengisi nasi juga lauk pauknya ke piring tersebut dengan wajah tenang walau terlihat sembab.

 

"Buka puasa, Bund, eh Fatma."

 

Ahza mulai membiasakan diri untuk tidak memanggilnya 'Bunda' panggilan spesial yang selalu di ucapnya saat pertama kali memiliki Uwais.

 

Fatma diam tak sepatah katapun mengucap kata, wanita itu sibuk memilih makanan Yang akan disuguhkan kepada kedua anak tercintanya.

 

"Mau di bawa kemana, Bund, eh Fatma? di sini saja makannya," tutur Ahza.

 

Namun, wanita berhijab merah marun itu tetap diam tak bergeming, tangannya masih sibuk mengisi air ke dalam teko untuk stok minuman di dalam kamarnya.

 

Setelah di rasa cukup, wanita itu membawa nampan yang berisi makanan juga minuman ke dalam kamarnya. Akan tetapi, suara panggilan Ahza kembali membuatnya terhenyak dan menghentikan langkah.

 

Kenapa lelaki itu begitu sok peduli? bukankah dia sudah membuangku! Fatma geram.

 

Tak dihiraukan dua pasang mata yang sedang memperhatikannya, lantas ia segera beranjak karena merasa muak.

 

"Fatma! Di mana Uwais? kenapa dia ga buka puasa?" 

 

Wanita itu hanya tersenyum masam, lalu mempercepat langkah karena di dalam kamar sana ada dua buah hatinya yang sedang menunggu.

 

Melihat Fatma yang melengos begitu saja Ahza merasa jengah, ia tak terbiasa diacuhkan oleh Fatma, selama ini mantan istri pertamanya itu selalu bersikap manis dan lembut walau beratus-ratus kali dirinya menorehkan luka.

 

Ahza mulai kesal lalu ia bangkit untuk menyusul Fatma. Namun, Wirda sigap mencekal tangannya.

 

"Mau kemana, Mas?" 

 

"Mau lihat Uwais." sebelah tangannya berhasil melepaskan cengkraman Wirda, lalu lelaki itu segera melangkah menyusul Fatma ke kamarnya.

 

"Kenapa kita makan di kamar sih, Bund?"

 

"Mulai sekarang kita harus terbiasa hidup tanpa Ayah."

 

Langkah kaki Ahza terhenti di depan pintu karena mendengar percakapan anak sulung bersama ibundanya yang cukup membuat hatinya sedikit teriris.

 

Ahza berdiri mematung di depan pintu yang terbuka sedikit untuk mendengar percakapan mereka.

 

"Kenapa?" bocah kecil itu bertanya dengan mulut penuh, telaten Fatma menyuapi kedua anaknya tanpa sesuap pun makanan itu di masukkan ke dalam mulutnya, ia hanya fokus pada perut Uwais yang seharian belajar berpuasa juga Fatimah si bungsu.

 

"Karena Ayah sudah menceraikan Bunda, sekarang Ayah sudah seutuhnya milik Bunda Wirda."

 

Mendengar itu Uwais langsung menghentikan aktivitas mengunyahnya, walau masih belia tetapi ia faham tentang kata cerai, yang berarti harus berpisah dan tak bisa bersama lagi.

 

"Jangan sedih, walau kami bercerai tapi, Ayah dan Bunda tetep orang tua kamu kok," ujar Fatma seraya tersenyum meyakinkan.

 

Namun, ungkapan itu tak dapat mengobati goresan luka di hati Uwais, bocah itu mendadak kehilangan selera makannya dalam sekejap.

 

"Bunda sama Ayah Pisah gara-gara Bunda Wirda ya?" 

 

Manik mata bocah itu mulai mengembun seraya menatap nanar wajah ibundanya, tak kuasa Fatma melihat itu. Namun, apa boleh buat sedini mungkin ia harus memberitahu putra sulungnya agar kelak ketika ia benar-benar pergi, tak lagi merasa heran dan banyak melontarkan pertanyaan.

 

"Ini takdir Allah, Sayang, kita harus khusnudzon jika apapun yang di takdirkannya adalah yang terbaik, kita harus beriman pada qodo dan qodar ya."

 

Fatma berusaha membingkai senyum di bibir merahnya, walau dalam hati terasa perih menyayat-nyayat.

 

"Emang Bunda ga sedih pisah sama Ayah?"

 

Pertanyaan itu sontak membuat aktivitas Fatma terhenti dan terdiam beberapa saat.

 

Tentu saja sangat sakit, bahkan aku ingin menangis dan menjerit sekencang mungkin, lirih Fatma dalam hati, tentu ia takkan berani mengatakan hal itu, cukup dirinya sendiri yang menelan setiap kepahitan.

 

"Engga, Sayang, 'kan Bunda sudah bilang kita harus menerima dengan ikhlas setiap takdir Allah, insya Allah ada hikmah yang baik dibalik ini semua."

 

Mendengar percakapan itu hati Ahza mulai berdesir perih, tak menyangka jika istri yang baru saja ia talak memiliki hati setegar karang.

 

Ia kira Fatma akan murung dan abai terhadap kedua anaknya, tapi ternyata ia masih tetap sama, mengurus kedua anaknya seperti sedia kala, hanya satu yang berbeda yaitu sikapnya berubah dingin dan acuh terhadap dirinya.

 

Ada sedikit sesal yang terbesit dalam hati Ahza, ia faham betul yang dibuang itu adalah berlian. Namun, hasratnya terhadap dunia menjadi tembok penghalang, ia ingin jaya kembali seperti tahun-tahun lalu.

 

Dan yang bisa membuatnya bangkit ialah Wirda. Namun, wanita licik itu memberi syarat harus membuang Fatma terlebih dulu baru ia akan membantu.

 

Aarghh! Ahza mendengkur pelan karena merasa pening atas keputusan yang ia buat, ia berandai-andai jika saja yang mampu membantunya itu ialah Fatma. Namun, bisa apa ia selain mengurus rumah dan kedua anaknya.

 

Ahza juga Wirda belum mengetahui jika Fatma memiliki sepupu kaya raya, ia hanya tahu jika sepupunya Fatma itu seseorang yang sedang merintis usaha.

 

Fatma pernah memberi usul untuk meminjam uang pada Fatan sepupunya. Namun, Ahza menolak tentu saja ia merasa gengsi, pasalnya ia selalu memamerkan keberhasilannya pada semua orang, berhasil dalam bisnis juga berhasil beristri dua.

 

Lelaki egois itu tak ingin Fatan ataupun orang lain tahu jika dirinya sedang dilanda kesulitan, ia hanya ingin semua orang memandangnya kagum penuh hormat.

 

 

*

 

Gimana, Dek, kapan uangnya di transfer? tanya dong sama Papa kamu." 

 

Ahza mulai risau pasalnya sang mertua tak kunjung memberinya uang untuk modal untuk menyambung usaha, padahal ini sudah satu minggu lebih dirinya menjanjikan.

 

"Emmm ... nanti katanya, pengajuan pinjamannya belum di ACC sama bos-nya." Dengan hati-hati Wirda katakan itu.

 

"Kok lama sih? Mas malu kalau restoran kita terlalu lama tutup, apa kata mereka, Mas ga mau mereka tahu kalau sekarang Mas sudah bangkrut, mana sebentar lagi waktunya bayar sewa tempat lagi." Ahza semakin gelisah memikirkan nasib usahanya yang belum memiliki solusi.

 

Sementara di depan pintu kamar Fatma sedang berdiri menguping setiap pembicaraan mereka, ia tersenyum masam dan puas, karena Fatan sudah diberitahu agar tak menyetujui permohonan pinjaman uang ayahnya Wirda yang cukup arogan itu.

 

Untungnya Fatan percaya dan merasa iba setelah ia mengetahui jika sang kakak sepupu diperlakukan sedemikian rupa.

 

Terus saja kamu berharap pada manusia, Mas. Gumam Fatma dalam hati.

 

Sementara Ahza bingung setengah mati memikirkan usaha yang selama ini di banggakan di hadapan orang banyak. 

 

Dia tak ingin kehilangan segalanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arumni Arumni
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 30)

    "Oke kalau gitu, saya nggak akan ambil uangnya lagi, Bapak ambil aja.""Baiklah, Pak."Saat itu juga Uwais langsung pergi ke kos-kosan tempat Anisa, dia menemui pemilik rumah kos kosan untuk bertanya perihal gadis yang membuat perasaannya tidak tenang "Saya nggak tahu soal itu, lagi pula Anisa juga nggak ada bilang apa apa sama saya, kirain dia masih di dalam kamarnya.""Ya ampun." Uwais mengusap wajahnya, dia benar benar merasa khawatir."Memangnya ada apa gitu?""Saya curiga Anisa diculik seseorang, Bu.""Hah, masa sih?""Saya pergi dulu, Bu.""Nak, kau telpon saja polisi."Uwais hanya menoleh sekilas.Ribet banget harus telepon polisi segala, belum harus nunggu 24 jam Setelah Anisa pergi lalu harus ada bukti kuat, lebih baik kucari sendiri.Naik ojek online, Uwais pergi ke rumah salah satu temannya yang paham IT, dia memberikan nomor ponsel Anisa untuk melacak keberadaan saat ini, tentunya sebelum itu Uwais melakukan basa basi."Di sini nih tempatnya."Akhirnya nomor ponsel gadis

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 29)

    Ayah dan anak yang selama ini nampak akrab itu kini mulai saling memandang dengan tajam, Uwais kecewa karena ternyata semua ayah di dunia ini sama, baik itu ayah kandung yang dulu sudah menelantarkannya, juga ayah tiri yang kini boleh mengungkit ngungkit pemberiannya.Kalau tahu akan begini lebih baik dahulu Aku tidak pernah mengizinkan ibuku menikah dengan siapapun, lagi pula kau sanggup menghidupinya sebagai balas jasa karena ia sudah membesarkan seorang diri, begitu pikir Uwais."Nak, tenangkan dirimu ya." Fatma berdiri lalu mengelus bahu Uwais.Amarah yang akan meledak itu seketika pudar mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Fatma, sejak dulu Jika ada masalah apapun dia memang tidak pernah mengeluarkan suara tinggi ataupun bicara kasar."Baiklah, Bi, aku akan pergi nggak bawa apa-apa, termasuk supermarket yang selama ini disokong oleh Abi, ambil aja, aku masih bisa cari uang dengan cara lain yang penting itu halal dan tidak menzalimi orang lain." Uwais tersenyum tipis.Sej

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 28)

    "Gimana Zhafran? Apa penyesalanmu itu ada gunanya?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya, dia juga seorang lelaki normal, satu tahun yang lalu ketika bisnis mereka untung besar, kantor mengadakan pesta yang dihadiri oleh karyawan penting saja, Zhafran sempat mabuk berat dan dibawa ke sebuah kamar hotel lalu dengan lancangnya Selly masuk ke kamar pria itu, menggodanya mati Matian hingga dia mau mengga gahi Selly untuk pertama kali.Perempuan itu tidak bo doh, dia mengabadikan momen itu dengan ponselnya lalu menyimpan rapi dalam sebuah folder untuk dijadikan senjata, Selly yang ambisius sangat ingin menjadi Nyonya Zhafran yang kaya raya, tidak peduli walaupun dia sudah beristri, toh dia tidak pernah melihat wajah istrinya seperti apa karena selalu tertutup cadar, Selly berpikir jika Fatma adalah perempuan tua seperti kebanyakan ibu ibu lainnya karena sudah memiliki anak gadis dan bujang yang beranjak dewasa.Namun, ternyata Zhafran tidak sebodoh itu, sedikit pun dia tidak tertarik menjad

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 27)

    27Hiruk pikuk orang orang di pelabuhan ini membuat Uwais bisa melangkah perlahan tanpa takut dilihat oleh Zhafran dan yang lainnya, bagaimana pun juga Uwais ingin tahu sebenarnya untuk apa Anisa berada di tempat ini? Dirangkul lelaki pula? Apakah memang wanita itu tidak baik seperti kata ayahnya?Dia terus mengendap ngendap bahkan sekarang sudah mulai memakai masker walau wajahnya berkeringat banyak karena terkena teriknya sinar matahari di siang hari.Setelah hampir mendekat Uwais hampir mendengar jelas percakapan mereka, diabtidka terima seorang pria yang berada di hadapan Anisa menyentuh pipi gadis itu, entah kenapa ada rasa cemburu menyelusup ke dalam hatinya, dia pun melangkah lebih dekat lagi "Beneran dia masih pe ra wan ini?""Masih lah segelan, kalau ternyata udah jebol nanti duit kembali lima puluh persen.""Beneran nih ya duit kembali.""Kapan sih gua bohong."Uwais tercekat saat mendengar percakapan Zhafran dan lelaki itu, ternyata Anisa memang benar akan dijual dan mungk

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 26)

    "Tunggu!" Orang orang yang menyeret Anisa langsung menoleh, sementara gadis itu masih meronta ronta sambil menatap Uwais, untuk beberap detik mereka saling berpandangan."Ngapain kalian kasar sama perempuan? Dia itu temanku!"Lalu salah satu lelaki menyorotkan senter ke wajah Uwais hingga lelaki itu merasa silau."Kau kan anaknya Tuan, ngapain di sini?""Mau nyusul temenku, lepaskan dia."Beberapa orang lelaki itu saling berpandangan nampak bingung karena bagaimanapun juga perintah Zhafran pantang dilanggar."Bicarakan saja sama Tuan, urusanku cuma menangkap perempuan ini, dia masuk ke dalam ingin mencuri.""Hah?"Uwais langsung menatap Anisa, rasanya tidak mungkin gadis selembut dia harus mencuri, begitu pikir Uwais."Aku nggak mencuri! Aku mau menyelamatkan ….""Diam! Masuk ke dalam sekarang juga! Silakan Anda bicara dengan Tuan Zhafran, saya nggak mau disalahkan."Melihat Anisa kembali diseret Uwais langsung masuk ke dalam berlarian entah ke mana, beberapa kali dia menghadang para

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 25)

    Pagi itu Wirda sudah tak sabar menanti kedatangan Uwais, pasalnya malam tadi dia langsung pulang ke rumah karena sudah kemalaman dan kelelahan."Mbak, aku sudah agak enakan kalau mau pulang silakan, aku bisa sendiri kok."Fatma menatap Wirda dengan getir, pagi ini Wirda memang terlihat lebih bugar, baru satu malam saja sudah ada perubahan pada tubuhnya lain lagi ketika dirawat di rumah sakit kemarin Wirda lebih banyak tidur dan susah bergerak."Besok deh aku pulang ya, biar yang jaga gantian sama Uwais, hari ini dia ngajar dulu nanti siang baru kemari katanya.""Ngajar di mana, Mbak?" "DI sebuah universitas, Wir, ini hari pertamanya setelah kembali dari Madina, kamu sabar ya.""Oh hebat banget ya anak Mbak, punya bisnis jadi dosen lagi, iya deh aku sabar, tapi gimana suami Mbak?""Tidak hebat tapi Allah yang karuniakan kelebihan itu padanya." Dia tersenyum.Sejak dulu Fatma memang tidak pernah membanggakan dirinya ataupun prestasi anak anaknya pada orang lain, itu semua untuk menjaga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status